Keraton Kasepuhan Cirebon melestarikan tradisi Apeman - WisataHits
Jawa Barat

Keraton Kasepuhan Cirebon melestarikan tradisi Apeman

CIREBON merupakan tujuan wisata sejarah yang sangat populer. Berbagai situs dan budaya masih dilestarikan di kota yang dikenal sebagai kota udang ini.

Selain itu, Kota Cirebon merupakan lintasan bagi pengendara yang menggunakan jalur Utara atau Pantura tanpa melalui tol Trans Jawa. Bangunan bersejarah dan tradisi yang masih berdiri di masyarakat merupakan tempat wisata yang sangat mudah dilupakan.

Baca juga:

Tradisi Manghutti Tandok dilakukan oleh perempuan Batak

apemElang Ayi (Mauritz) Keraton Kasepuhan Cirebon Pemangku adat

Salah satunya adalah tradisi manusia kera. Biasanya Keraton Kasepuhan Cirebon mengadakan tradisi Apem atau Apeman pada hari Selasa 13 September 2022.

Tradisi Apeman berlangsung di Langgar Alit, sebuah bangunan kecil di sebelah kiri bangunan utama Keraton Kasepuhan nomor 43 Jalan Kasepuhan, Desa Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Pejabat Keraton Kasepuhan Cirebon Elang Ayi mengatakan bahwa tradisi Apeman dilakukan setiap tanggal 15 bulan Safar.

Elang Ayi membeberkan makna dari tradisi Apem yang diadakan setiap bulan Safar.

Elang Ayi menjelaskan bahwa tradisi Apem atau Apeman ini dilakukan pada bulan Maulid, Oktober 2022, dalam rangka persiapan Jimat Panjang.

“Tradisi Apem sendiri berasal dari kata Afun yang artinya saling memaafkan karena Allah menurunkan penyakit di bulan Safar ini agar kita terbebas dari hal-hal yang tidak kita inginkan,” ujarnya.

Tidak hanya menjalankan tradisi manusia kera, di bulan Safar Keraton Kasepuhan juga mengadakan tradisi Fishbaceman yang dilaksanakan pada tanggal 5 Safar dan dibuka pada tanggal 5 Maulud.

Baca juga:

Seba Baduy, bentuk ‘upeti’ kepada pemerintah

apemTradisi Apeman ini menyiapkan Jimat Panjang di bulan Maulid. (Mauritz)

“Dulu juga ada tradisi yang disebut Rabu Wekasan, dalam tradisi ini biasanya kita mandi di Sungai Kriyan untuk menghilangkan sial,” lanjutnya.

Tradisi manusia kera sendiri sudah dimulai sejak zaman Sunan Gunung Jati atau lebih dari 400 tahun yang lalu.

“Nantinya kue apem ini akan diberikan kepada masyarakat sekitar keraton dan kerabat keraton,” ujarnya.

Tradisi ini selalu dilakukan setiap tahun, bahkan di masa pandemi COVID-19.

“Majulah karena zaman adat kita sendiri sudah kalah dengan Covid,” pungkasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Cirebon Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat, kerabat keraton, abdi dalem, warga dan sejumlah mahasiswa yang magang di keraton. (Moritz/Jawa Barat)

Baca juga:

Memetik laut adalah bentuk rasa syukur atas hasil laut yang melimpah

Source: merahputih.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button