Kenali Disability Culture Week 2022, ada apa saja? - WisataHits
wisatahits

Kenali Disability Culture Week 2022, ada apa saja?

Mulai tahun 2016 telah diadakan kegiatan Jambore Penyandang Disabilitas yang merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan pelibatan para sahabat penyandang disabilitas yang juga didukung oleh Kundha Ka Budayadan (Kantor Kebudayaan) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Seiring berjalannya waktu, tiga tahun kemudian, di tahun 2019, kegiatan ini berubah menjadi Pekan Budaya Disabilitas.

Konferensi Pers Disability Culture Week 2022Konferensi Pers Disability Culture Week 2022, foto: Tim PBD 2022

Pekan Budaya Disabilitas (PBD) yang digelar sejak tahun 2019 terbagi dalam beberapa program acara.

Di antara program PBD yang juga terus mendapatkan dukungan Kundha Ka Budayaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pameran, lokakarya, pertunjukan, dan operet inklusi.

Sukses dilaksanakan pada tahun 2019 dengan lokasi di kawasan gedung Societet militer Taman Budaya Yogyakarta, tepatnya pada tahun 2020 pada masa pandemi yang saat itu telah menyebar ke lebih dari
lebih dari 6 bulan yang lalu, Pekan Budaya Disabilitas tetap eksis meski dengan keterbatasan yang ada, khususnya dengan mengusung tema “Pancarona”.

Di tahun 2021 ini pandemi belum juga berakhir, namun Pekan Budaya Disabilitas 2021 akan selalu hadir dengan tema “Gemati”.

Bahwa meski pandemi telah membatasi semua langkah, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, PBD 2021 tetap hadir dengan menghadirkan program acara yang variatif yang tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya.

Mengangkat tema Ngayomi Ngayemi

Akhirnya, Pekan Budaya Disabilitas kembali hadir di tahun 2022 dengan tema “Ngayomi Ngayemi”.

Diselenggarakan dengan durasi yang sama dengan tahun sebelumnya, yakni selama 6 hari, mulai 28 November hingga 3 Desember 2022.

Mengambil tema tahun 2020 yaitu Pancarona sebagai keinginan untuk tetap bisa memberi warna pada kehidupan meski dalam keadaan sulit akibat pandemi.

Melanjutkan tahun 2021 yang masih merupakan tahun yang sulit akibat pandemi, tema “emosi” muncul sebagai tema, salah satu tujuannya adalah agar kita semua dapat peduli dan memiliki sikap pengertian yang benar terhadap sesama, bagaimanapun keadaannya. .

Berawal dari tema tahun 2020 dan 2021, kata “Ngayomi Ngayemi” diangkat menjadi tema Pekan Budaya Disabilitas 2022 kali ini. Diambil dari kata dasar bahasa Jawa “ayom” dan “ayem” yang memiliki padanan kata “melindungi” dan “menjadi bahagia”.

Dari situ bisa kita definisikan bahwa dengan tema “Ngayomi Ngayemi” ini, ada sebuah cita-cita atau keinginan untuk bisa melindungi diri kita sendiri dan membahagiakan diri kita sendiri, termasuk antara kita dan teman-teman dengan semua teman difabel, sehingga secara tidak langsung ‘inklusif’
mapan.

Pekan Budaya Penyandang Cacat datang ke pedesaan

Bisa dibilang acara Disability Culture Week 2022 ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya terutama dari segi tempat penyelenggaraannya.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya berada di wilayah kota Yogyakarta, kali ini PBD 2022 berpindah ke pedesaan yaitu di Desa Wisata Kebon Agung, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bertepatan dengan diadakannya Pekan Budaya Difabel 2022 kali ini, pada Sabtu, 26 November 2022 diadakan konferensi pers di Pendhapa Kundha Kabudayan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bapak Arif Wijayanto atau yang lebih akrab disapa Broto Wijayanto selaku ketua panitia sekaligus manager produksi mengatakan bahwa alasan dipilihnya Desa Wisata Kebon Agung Imogiri ini tidak hanya untuk menggaungkan hamparan desa wisata dengan alamnya yang selalu asri dan dilengkapi dengan pemandangan Bendungan Tegal dan kuliner khas mie ayam.

Lebih dari itu, juga karena ada keinginan untuk sementara mengalihkan fokus kepada teman-teman penyandang disabilitas di pedesaan, yang artinya kita juga perlu hadir di tengah, apalagi Imogiri merupakan daerah yang beberapa penduduknya difabel. setelah gempa tahun 2006.

Selain itu, terkait tema “Ngayomi Ngayemi” Broto juga mengatakan, terlintas di benaknya keberadaan daun pisang dan pohon yang banyak tumbuh di desa tersebut.

“Karena di pedesaan banyak pohon pisang, acara ini dimulai dari sana.

Bahwa dengan pohon pisang kita bisa berteduh. Selain itu, dengan daun pisang kita juga bisa tenang karena bisa menyajikan banyak masakan yang enak.

Tak lain karena banyak jajanan lezat yang dibuat dengan daun pisang; ada tempe, nagasari, lemper dan makanan lainnya,”

kata Broto Wijayanto.

Sementara Drs. Aryanto Hendro Suprantoro, Kepala Seksi Kesenian Dinas Kebudayaan DIY mengatakan, jika berbicara budaya secara inklusif, berarti kita juga harus memikirkan keberadaan dan peran aktif teman-teman difabel, bukan hanya satu mata pelajaran. . tetapi juga objek.

“Jika sebagian besar daerah di provinsi lain hanya sebatas menyelenggarakan pekan olahraga, maka ada yang patut kita banggakan di sini, yaitu kita juga memiliki pekan bagi penyandang disabilitas yang rutin kita selenggarakan setiap tahun.

Sementara itu, dengan bergabung bersama kami di desa, secara tidak langsung kita dapat saling berbagi budaya, terutama dengan dapat memahami budaya dan kebutuhan teman-teman difabel”,

kata Pak Hendro.

Lain kali ada Dra. Y. Eni Lestari Rahayu sebagai Kepala Divisi Pemeliharaan
dan perkembangan adat, tradisi, lembaga budaya dan seni yang diharapkan
Pekan Budaya Disabilitas 2022 ini benar-benar berdampak positif bagi masyarakat
desa, difabel dan non difabel.

“Selain menjadi kegiatan unggulan, saya berharap Pekan Disabilitas ini juga dapat memberikan dampak nyata bagi pembangunan desa, sehingga benar-benar tercipta masyarakat yang inklusif.”

kata Bu Eni.

Cublik Sulistyo dan Patoni selaku perwakilan masyarakat difabel dan non difabel Desa Kebon Agung mengatakan hal yang sama.

Bahwa masyarakat mendapat respon yang sangat positif, karena kali ini kampung halaman mereka justru memiliki aktivitas yang hanya bisa mereka lihat dari jauh.

“Kami senang sekali, apalagi tetangga dan teman-teman kami di kampung langsung antusias dengan ide mengisi troli untuk dijual kembali.

Artinya, sebagai penyandang disabilitas, saya merasa bahwa masyarakat inklusif sedang terjadi, dan itu nyata di depan mata saya,”

Cublik menjelaskan.

Tumpengan Pekan Budaya Disabilitas 2022

Tumpengan Pekan Budaya Disabilitas 2022Tumpengan Pekan Budaya Disabilitas 2022, foto: Tim PBD

Usai jumpa awak media pada pagi hari, sore hari warga desa wisata Kebon Agung menggelar doa bersama sekaligus tumpengan yang dihadiri panitia dan kantor dinas.
Budaya DIY – dalam hal ini diwakili oleh Bapak Hendro.

Yang baru di Pekan Budaya Disabilitas 2022

Pekan Budaya Penyandang Disabilitas 2022 yang digelar selama 6 hari dibuka pada 28 November di kawasan Tegal Jayan Bendung – Desa Wisata Kebon Agung Imogiri dengan penampilan Puser Bumi, grup musik asal Yogyakarta yang masing-masing anggotanya adalah penyandang disabilitas netra.

Grup musik ini sudah tampil di berbagai negara, termasuk Korea Selatan.

Di sampingnya ada Ndaru ‘Ndarboy Genk’, musisi dangdut asal Bantul, Yogyakarta yang sedang naik daun.

Usai acara pembukaan hingga penutupan APB 2022 yang bertepatan dengan perayaan Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada 3 Desember, banyak program yang dihadirkan.

Diantaranya adalah pertunjukan, workshop, pasar populer dan masih banyak lagi.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, seluruh program yang dihadirkan pada Pekan Budaya Disabilitas 2022 kembali dapat dinikmati masyarakat secara gratis.

Penyelenggaraan event Semaine Culture Handicap 2022 juga sudah diinisiasi kali ini
oleh beberapa kelompok penggiat seni dan budaya yang bertemu dengan teman-teman penyandang disabilitas,
juga didukung oleh Privileges Fund melalui Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

Source: www.piknikdong.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button