Kebijakan Pariwisata TNBTSA mengabaikan Tenggeresen - WisataHits
Jawa Timur

Kebijakan Pariwisata TNBTSA mengabaikan Tenggeresen

Kebijakan Pariwisata TNBTSA mengabaikan Tenggeresen

Malang, IDN Times – Peneliti ekologi pariwisata Universitas Brawijaya (UB) Abdul Wahid mengatakan, masyarakat kawasan wisata Bromo, Tengger, Semeru, Taman Nasional Arjuno (TNBTSA) masih belum sepenuhnya terlibat dalam pengelolaan wisata. Fakta ini terungkap dalam sebuah majalah terbaru berjudul Membentuk Kembali Pariwisata Berbasis Masyarakat: Tantangan dan Perspektif Partisipasi Masyarakat Adat Tengger Ngada.

“Kita bisa bercermin pada wisata berbasis budaya seperti di Ngadas, yang tidak hanya bicara keindahan alam dan infrastruktur. Melainkan tentang pemberdayaan masyarakat adat Tengger seperti di Ngadas sendiri.Itulah yang dimaksud dengan ekologi di kawasan wisata, ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (1/9/2023).

Menurut dia, pemerintah memang memberikan hibah pembangunan Keluarga tamu, Perbaikan jalan tol hingga pembangunan penginapan berbintang seperti di Jemplang. Namun, nasib masyarakat Tengger sebagai pelaku utama ekologi pariwisata tidak diperhitungkan.

“Ternyata warga desa Ngadas mengeluhkan pencabutan tiket TNBTSA bagi tamu desa yang tidak melakukan perjalanan. Ini bisa terjadi karena pemerintah tidak pernah mengajak masyarakat untuk berdialog tentang penetapan kebijakan tilang,” jelasnya.

Wahid melihat kebijakan pemerintah terkesan tidak bisa dipertahankan dan tanpa pendekatan aktif kepada masyarakat. Hal ini terlihat dari berbagai program pemerintah seperti pelatihan UMKM dan Pokdarwis yang terkesan dilakukan secara sporadis tanpa penilaian terhadap keberlanjutan program.

“Selain itu, pembangunan homestay minim kajian masyarakat hingga ditolak warga setempat. Padahal komunitas Ngadas merupakan tipe komunitas yang unik,” jelasnya.

Menurutnya, kehidupan orang Ngadas sangat sarat dengan hasil pertanian tanpa harus membuka diri keluarga tamu. Padahal, di masa pandemi COVID-19, masyarakat mengembalikan bantuan pemerintah pusat karena dirasa sudah cukup.

Menurut Wahid, wisata di TNBTSA bukan sekadar mengeksploitasi alam. Menurutnya, keunikan budaya suku Tengger justru bisa menjadi daya tarik tersendiri. Oleh karena itu, perhatian pemerintah harus lebih dipusatkan pada masyarakat Tengger yang menjadi prioritas. Hal ini dikarenakan Gunung Bromo tidak dapat dipisahkan dari budaya Tengger.

“Bromo bukan hanya soal alam dan ketersediaan infrastruktur pendukung, tapi juga budaya masyarakatnya. Masyarakat bukan hanya faktor pendukung seperti ketersediaan infrastruktur, tapi para pelaku budaya itu sendiri,” ujarnya. dikatakan.

Wahid melanjutkan, meski pemerintah ingin menjadikan TNBTSA sebagai Bali baru, jangan hanya fokus pada jumlah kunjungan. Ada hal lain yang perlu diperhatikan juga, yaitu bagaimana memperkenalkan keunikan masyarakat Tengger dan keunikan budayanya.

Berdasarkan data Balai Taman Nasional (TNBTS) Bromo Tengger Semeru, jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan Gunung Bromo mencapai 318.000 pada tahun 2022. Sedangkan pada tahun 2021 tercatat hanya 138.000 orang.

“Memang kehadiran di TNBTSA meningkat 230 persen sejak 2022, tapi pemerintah harus berani menjadikan Tengger dan budayanya sebagai modalitas prioritas utama. Apalagi ketika pemerintah berencana menjadikan TNBTS sebagai salah satu dari 10 kawasan strategis pariwisata nasional melalui Perpres No 18 Tahun 2020,” ujar dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya ini.

Baca Juga: Kaldera Bromo Ditutup Saat Upacara Adat Tengger, Simak Infonya!

Komunitas IDN Times adalah media yang menawarkan platform untuk menulis. Semua karya tulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button