Karena mereka tidak bisa makan jatah, populasi monyet Nepa terancam menurun - WisataHits
Jawa Timur

Karena mereka tidak bisa makan jatah, populasi monyet Nepa terancam menurun

SAMPANG, koranmadura.com – Karena populasi monyet di wisata hutan monyet Nepa di Desa Batioh, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur tidak lagi menerima jatah makanan, terancam menyusut karena mereka bermigrasi ke sejumlah hutan yang jauh dari lokasi wisata untuk bertahan hidup.

Salah satu penjaga Hutan Kera Nepa H. Sahri (75) mengatakan, jatah makan monyet di wisata hutan Kera Nepa sampai saat ini belum mendapatkan jatahnya. Bahkan, pihaknya mengatakan sudah tujuh bulan sejak kera Nepa berhenti menerima kiriman makanan dari pemerintah kabupaten setempat.

“Monyet-monyet di Hutan Nepa lapar. Sudah tujuh bulan sejak tidak ada bahan makanan yang dikirim. Ketika saya bertanya dia bilang dia tidak bisa menemukan jagung. Ya, saya berkata, Anda tidak akan menemukan jagung jika Anda tidak membelinya. Biasanya makanan monyet dikirim oleh Pemkab dari Sampang ke Kabupaten Banyuates dan dari Banyuates ke lokasi monyet,” katanya, Senin, 22 April.

Biasanya, lanjut H. Sahri, berat makanan berupa jagung atau kacang-kacangan yang dikirim oleh pemerintah daerah kepada kera di hutan Nepa adalah 50 kilogram per bulan. Jatah pakan harian monyet di Hutan Nepa sekarang 6 kg.

“Biasanya, sekitar setengah kuintal jagung dikirim setiap bulan. Saya memberi makan monyet dua kali sehari. Pagi tiga kilogram dan sore tiga kilogram,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan bahwa populasi monyet di Nepa Monkey Forest sudah mulai berkurang karena mereka meninggalkan hutan untuk mencari makan di luar hutan.

“Ada yang meninggalkan hutan untuk mencari makan karena lapar. Apa yang keluar mungkin atau mungkin tidak kembali. Sekarang tersisa sekitar 500 ekor monyet di sini,” katanya.

Ia pun mengaku selama enam tahun sebagai penjaga Hutan Kera Nepa, ia hanya diminta dan tidak dibayar. Hanya saja ia diminta oleh pengelola Nepa Monkey Forest untuk menjaga dan mengawal para pengunjung.

“Saya tidak dibayar, hanya mengandalkan sedekah pengunjung yang saya bawa. Saya diminta oleh penjaga untuk menyediakan makanan dan pengunjung dan untuk menjaga pengunjung muda berpasangan agar tidak cabul. Karena di dalamnya ada tempat keramat Raden Segoro, yang pada tanggal 12 Jumadil Uula dipadati pengunjung yang melakukan slametan,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang, Marnilem membenarkan saat dikonfirmasi bahwa kera di hutan Kera Nepa tidak lagi menerima jatah makanan dari Pemkab Sampang karena kekurangan dana. Oleh karena itu tidak lagi dianggarkan untuk tahun anggaran berjalan.

“Selanjutnya, PAD tidak lagi disimpan di hutan Monkey Nepa. Jadi kita serahkan ke desa untuk dikelola secara mandiri, seperti wisata Lon Malang, dimana desa bisa mengelola sendiri dan menjadi pendapatan desa,” ujarnya. (MUHLIS/ROS/VEM)

Source: www.koranmadura.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button