Kampoeng Dolanan melestarikan permainan tradisional dan mengajak anak-anak bermain di CFD Tunjungan - WisataHits
Jawa Timur

Kampoeng Dolanan melestarikan permainan tradisional dan mengajak anak-anak bermain di CFD Tunjungan

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, Komunitas Kampoeng Dolanan mengajak anak-anak untuk melestarikan permainan tradisional. Hari ini, Minggu (14/8/2022), Kampoeng Dolanan mempersembahkan 10-13 permainan tradisional di hari bebas kendaraan atau Hari tanpa kendaraan bermotor (CFD), di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Mustofa Sam, Camat Kotapraja Kampoeng Dolanan, mengaku sengaja memilih Jalan Tunjungan karena merupakan ikon wisata. warisan Kota Surabaya. Sejak akhir 2016, ia dan teman-temannya rutin mengadakan booth gratis setiap hari Minggu.

“Lagi pula, tempatnya murah, kan?” melindas seperti CFD di wilayah lain. Kami dulu bergabung dengan beberapa teman komunitas. Jadi, ada cerita tentang sejarah, juga Ludruk, sekarang tinggal dua, Kampoeng Dolanan dan Aksi Sebaya, membawa buku dan dongeng,” kata Cak Mus, panggilan akrabnya saat bertemu dengannya. Suarasurabaya.netMinggu (14.8.2022).

Sejak pukul 06.00 WIB, stand sederhana itu terus didatangi anak-anak kecil rata-rata usia sekolah dasar. Sepintas, tidak ada yang istimewa dari stand tersebut. hanya satu spanduk identitas komunitas, beberapa spanduk tidak begitu besar sehingga dirancang sebagai alat permainan pergelangan kaki di atas aspal, sejumlah karung goni dan peralatan bermain tradisional lainnya.

Namun, permainan tradisional mampu membuat anak-anak yang bermain senang. Bahkan tak sedikit orang tua yang merindukan permainan tradisional juga mencoba bermain dengan anaknya.

“Kami menawarkan 10 hingga 13 permainan tradisional seperti tarik tambang, pergelangan kakibalap karung, egrang tali bambu, lompat tali, dakon, bekeldan lain-lain,” kata Cak Mus.

Komunitas yang berjumlah lebih dari 300 orang ini sengaja membuat program untuk mengenalkan permainan tradisional. Mulai dari desa ke desa, antar sekolah, hingga tempat umum. Nama “Kampoeng Dolanan” juga dipilih karena permainan tradisional tersebut berasal dari desa, meskipun saat ini sudah jarang dimainkan.

“Meeting pointnya di Jalan Kenjeran Gang 4 C Simokerto Surabaya. Namun, ketika kami keluar, kami biasanya mengundang anak-anak dari desa untuk bermain, ”tambahnya.

Anak-anak bermain Dakon di Kampoeng Dolanan saat Lapak Hari tanpa kendaraan bermotor di Jalan Tunjungan, Minggu (14/822). Foto: Redhita Suarasurabaya.net

Dengan cara ini, ia berharap setidaknya membangkitkan keinginan anak-anak untuk terus bermain dengan peralatan bermain tradisional. Menurutnya, pengunjung CFD sangat antusias. Anak-anak yang datang sering ingin kembali pada minggu-minggu berikutnya.

“Saya melihat antusiasme yang besar, banyak anak ingin kembali, bahkan orang tua ikut bermain. Kadang orang tua mengajak anaknya bermain, silakan. Banyak yang berpikir anak-anak lebih suka gimmickmeskipun Tidak. Kalau kita perkenalkan dan ajak mereka, mereka juga suka,” lanjutnya.

Semua alat permainan yang disediakan di stand dapat digunakan secara gratis. Bahkan, Mostofa mengaku membebaskan pengunjung yang menggunakan perangkat game miliknya.

“Kami hanya mengedukasi cara bermainnya. Tapi kadang saya paham. Mereka bebas bermain dengan versinya masing-masing karena setiap permainan memiliki aturan yang berbeda. Kami mencoba menggali kearifan lokal masing-masing daerah agar bisa terangkat”, tukang kunci.

Aprilia bertemu seorang pengunjung Suarasurabaya.net juga mengaku senang bermain alat musik tradisional dengan putrinya yang berusia 7 tahun di booth Kampoeng Dolanan.

“Ini juga membantu di tempat umum, gratis, jadi anak-anak bisa belajar tentang permainan tradisional, sekarang sudah jarang. Itu sangat penting karena menurut saya mainan tradisional lebih menyenangkan,” kata Aprilia sambil bermain pergelangan kaki dengan putranya.(lta/dfn/rid)

Source: www.suarasurabaya.net

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button