Jawa Timur

Jumat malam di Dolly’s Alley (7); Terganggu, dilempari batu di Masjid Taubah

Reporter:
Guruh Dimas Nugraha|

Editor:
Hati Yunani-Palestina|

Selasa 04/10/2022, 10:49 WIB

Gang menuju Masjid di Taubah. Masjid ini memiliki dinding keramik berwarna hijau. Beberapa orang menggunakannya sebagai tempat untuk membaca Al-Qur’an. —

SURABAYA, DISWAY DAY – Di kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara, ada sebuah masjid yang terletak sangat dekat dengan deretan rumah bordil. Terletak di ujung gang di sebelah kiri. Di Masjid Taubah, ada saksi bisu angin Dolly di masa lalu.

Adzan Isya terdengar di bekas kawasan prostitusi Dolly. Kami berada di lapangan, yang berdiri di atas properti yang pernah digunakan sebagai rumah bordil. Yaitu Wisma Gaza dan Wisma Madonna.

Kubah masjid menyala. Terlihat bagian atas masjid, menyembul di antara pemukiman penduduk.

Di Masjid Taubah namanya. Didirikan pada dekade 90-an. Tidak ada yang tahu persis tahun pembuatannya. Namun masjid ini dibangun dengan susah payah.

“Ada banyak perlawanan dari warga sekitar, terutama dari pengusaha prostitusi. Nggak nyangka, ada masjid di dekat rumah bordil,” kata Mustofa Sam, salah satu Pemandu Wisata Malam Jumat Dolly Gang.
Di dalam Masjid Taubah, yang azannya berbaur dengan bau dupa dan suara desahan, berada di gang sempit di utara Dolly’s Alley. -JULIAN ROMADHON/Daily Disway-

Namun, salah satu donaturnya adalah Abah Saka. Pemilik rumah bordil terbesar Dolly: Wisma Barbara. Baginya, dosa, surga dan neraka adalah urusannya dengan Tuhan. Layanan harus terus berjalan. Fasilitas harus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan spiritual penghuni. Siapa tahu ada orang di industri yang masih perlu berdoa atau ingin bertaubat. Datang saja ke masjid.

Jarwo Susanto, salah satu pemandu yang juga mantan pedagang kopi di kawasan Dolly, akan dikenang selamanya. Dia ingat betul mendengar adzan Maghrib, bersama dengan bau dupa dan dupa di sepanjang gang.

“Dulu, pengelola rumah bordil menggunakan seni mistik. Setiap Maghrib, bukan hanya bau parfum dari parfum pelacur. Tapi juga bau dupa dan dupa,” katanya.
Setelah meninggalkan Wisma Barbara, para peserta melanjutkan jalan-jalan dan menikmati Friday Night Tour di Gang Dolly menuju Masjid At Taubah. Beberapa mucikari dan PSK terkadang terlihat sedang salat di masjid. -JULIAN ROMADHON/Daily Disway-

Sekitar pukul 19.00, usai adzan Maghrib, area Dolly mulai bergejolak untuk pertama kalinya. Stomper berbondong-bondong. Tidak pernah sehari pun kesepian. Maka tidak mengherankan jika sebelum mereka datang, dupa dan dupa dinyalakan sebagai sarana relaksasi dan belas kasihan. Jadi stompers bisa tinggal dengan pelacur.

Masjid At-Taubah yang azannya berbaur dengan bau dupa dan helaan napas, terletak di gang sempit sebelah utara gang Dolly. Letaknya tidak jauh dari rumah warga.

Melihat ke dalam, kamar imam masjid bersebelahan dengan rumah bordil. “Alangkah anehnya berdoa di sini saat ini. Anda harus tetap khusyuk, meskipun kebisingan di luar tidak dapat diprediksi,” kenang Jarwo.

Masjid ini memiliki dinding keramik berwarna hijau. Beberapa orang menggunakannya sebagai tempat untuk membaca Al-Qur’an. Salah satu penghuni keluar dari rumah dan melihat kehadiran kami, peserta Friday Night Tour di Gang Dolly.

Jarwo sempat mengobrol dengannya tentang kegiatan hari itu. Pria itu tersenyum. Lalu masuk kembali ke dalam rumah.

Penduduk setempat pasti pernah mengalaminya saat Dolly masih ada. Juga Masjid At Taubah. Beberapa mucikari dan PSK terkadang terlihat sedang salat di masjid. Tentu tidak satupun dari mereka yang siap dalam hati untuk bekerja di dunia hitam. Mereka masih mengingat Tuhan dan berharap untuk bebas. Dapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Sumber:

Source: harian.disway.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button