JJLS dijadwalkan terhubung pada 2025 dan PHRI prihatin City Lines sepi wisatawan - WisataHits
Yogyakarta

JJLS dijadwalkan terhubung pada 2025 dan PHRI prihatin City Lines sepi wisatawan

JJLS dijadwalkan terhubung pada 2025 dan PHRI prihatin City Lines sepi wisatawan















BDG


Wonosari, (pidjar.com) – Pembangunan Jalan Lingkar Selatan (JJLS) di Kabupaten Gunungkidul dijadwalkan selesai pada 2025. Dengan menghubungkan jalur ini diharapkan dapat menjadi transportasi alternatif baik bagi wisatawan maupun masyarakat umum. Namun, ada kekhawatiran dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gunungkidul jika jalur ini terhubung dengan Kabupaten Bantul dan Wonogiri.

Ketua BPC PHRI Gunungkidul Sunyoto mengatakan JJLS yang sedang berlangsung saat ini memberikan dampak positif. Akses menuju Gunungkidul dan daerah lainnya dari sisi selatan menjadi lebih mudah dan cepat. Tentu saja, pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat di wilayah selatan, bahkan mungkin lebih cepat daripada di wilayah tengah dan utara. Beberapa perubahan ekonomi sudah muncul, meski belum signifikan.

Namun, PHRI sendiri khawatir kota (pusat) dan sekitarnya akan tertinggal dari segi pertumbuhan ekonomi dan kunjungan wisatawan ke depannya. Karena ketika JJLS selesai, biro perjalanan pasti akan memilih akses yang lebih mudah dan cepat, yaitu melalui JJLS. Berbeda dengan sekarang yang masih melewati kawasan Kota Wonosari.

“Tentu ada kekhawatiran pertumbuhan ekonomi akan tertinggal di tengah ketika JJLS selesai. Agen perjalanan pasti akan memilih akses yang lebih mudah dengan banyak pertimbangan. Selama ini tujuan wisatanya pantai, kalau nyambung yang dari jogja langsung JJLS tanpa lewat kota. Begitu juga yang dari Solo atau Jawa Timur langsung ke JJLS dan pantai,” kata Sunyoto.

“Kemudian objek wisata seperti minat khusus, air terjun dan lainnya akan dipindahkan. Mereka memperhitungkan waktu, karena kebanyakan untuk malam hari di kota Jogja (Malioboro) dan sekitarnya,” imbuhnya.

Ia telah menyampaikan keprihatinannya kepada Bupati Gunungkidul, Sunaryanta. Ia berharap kekhawatiran PHRI bisa ditanggapi dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menindaklanjutinya. Sebab selama ini 80 persen wisatawan memutuskan untuk berkunjung ke pantai.

“Misalnya jalan raya Wonosari-Baron diperbaiki, tidak perlu diperlebar, tapi ada perbaikan. Jadi turis tetap ada dan ada keadilan ekonomi,” ujarnya.

Selain itu objek wisata seperti Goa Pindul, Air Terjun Sri Gethuk dan objek wisata lainnya dapat dioptimalkan kembali. Termasuk hiburan malam untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama.

“Untuk menghindari gap nantinya, TBG bisa digunakan untuk memberikan hiburan setiap malam. Sehingga lama tinggal wisatawan lebih lama, mereka tidak langsung ke Jogja dari pantai, tapi melihat pertunjukan di sektor tengah Gunungkidul (kota) dulu,” tambah Sunyoto.

Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Heri Nugroho menambahkan, wajar jika pertumbuhan ekonomi kawasan selatan semakin menggeliat setelah dibukanya pintu gerbang JJLS Barat-Timur. Namun, pemerintah juga harus ingat bahwa tidak akan ada kesenjangan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

“Jangan sampai celah ini muncul, pemerintah daerah harus punya terobosan baru untuk memaksimalkan destinasi wisata lepas pantai. Ada goa, air terjun, wisata budaya, wisata minat khusus dan sebagainya,” kata politikus Partai Golkar itu.

Infrastruktur di kawasan tengah yang saat ini menjadi akses utama juga perlu mendapat perhatian. Selama ini pada waktu-waktu tertentu sering terjadi kemacetan dan sebagainya. Sebagai wakil rakyat, ia telah mengajukan beberapa opsi perbaikan infrastruktur kepada pemerintah.

“Sudah saya usulkan, malah saya ceritakan sisa kawasan Songbiru-Kepras-Wetan-Ndalan, di ruas pasar Mulo harus ke kanan jalan, lalu depan balai desa Kemiri kalau tanjakan menanjak ada di Jalan Kepras Barat menuju Baron. Tapi tidak ada tanggapan,” tambahnya.

Dia menyoroti beberapa contoh daerah mati akibat jalan tol yang berdampak pada perekonomian masyarakat. Apa yang terjadi di daerah lain juga harus dijadikan bahan evaluasi oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

“Harus ada koordinasi antar kabupaten dan provinsi yang masing-masing memiliki kewajiban membangun jalan agar akses tetap menjadi pilihan wisatawan,” pungkasnya.


Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button