Jajanan lama yang masih bertahan di tengah jajanan modern - WisataHits
Yogyakarta

Jajanan lama yang masih bertahan di tengah jajanan modern

WAKTU INDONESIA, MALANG – Cemilan Cenil, makanan tradisional yang terbuat dari tepung tapioka, ternyata merupakan jajanan kuno yang masih bertahan hingga saat ini meskipun masuknya jajanan modern

Cenil tetap menjadi salah satu jajanan pasar terpopuler karena enak, gurih karena dibalut parutan kelapa, dan manis karena ditaburi kicak (gula merah cair atau gula aren).

Berjalan di sekitar pasar tradisional hari ini, kita pasti akan menemukan jajanan imut Di bawah kombinasi jajanan seperti lupis, klepon, ongol-ongol, gempo dan sebagainya.

Meskipun penjual menjual makanan jenis ini, kata pertama yang diucapkan pembeli adalah “beli”. imut“Campur ini dan itu.

mengapa imut Begitu akrab di telinga masyarakat tradisional, ternyata cenil yang terbuat dari tepung tapioka ini memiliki sejarah dan filosofi. Bahkan sudah dikenal sejak tahun 1814-an atau lebih dari dua abad.

Sedangkan jajanan cenil terbuat dari bahan sederhana yang bisa dibeli dimana saja.

resep siapkan makanan ringan

Bahan:

100 gram tepung tapioka
50 gram tepung terigu
sdt garam
sendok teh vanili
150 ml air mendidih
150 gram gula merah
1 lembar daun pandan (untuk saus gula merah)
kelapa parut dan tambahkan sedikit garam lalu kukus
air untuk mendidih
pewarna sesuai selera

Bagaimana melakukan:

1. Campur tepung tapioka, tepung terigu dan tepung ketan putih. Tambahkan garam secukup rasa dan aduk hingga tercampur dan rata.

2. Tuang air panas dari air mendidih ke dalam campuran di atas. Aduk dengan spatula kayu. Saat hangat, uleni dengan tangan hingga rata.

3. Bagi adonan menjadi beberapa bagian. Bola 2 atau 3. Kemudian warnai setiap bagian. Itu bisa hijau, merah, merah muda atau coklat. Campur setiap adonan hingga rata

4. Panaskan air dalam panci hingga mendidih. Ambil sedikit adonan dan bentuk dengan tangan. Bisa dipelintir, bisa bulat, lalu dimasukkan ke dalam air mendidih. Kemudian kita menunggu untuk mengapung. Setelah Anda berenang, santai saja, angkat dan tiriskan.

5. Setelah dingin campur dengan kelapa parut. Kemudian tuang kicak (gula merah cair atau gula aren). Sekarang cenil siap disantap. Sangat mudah, bukan? Mari kita mencobanya.

Saat menikmati jajanan, alangkah baiknya jika kita juga mengetahui tentang sejarah atau asal mula jajanan ini.

Dikutip dari Inibaru/kuliner, jajanan cenil sudah cukup lama ada di Jawa atau diyakini sudah familiar dengan bahasa Jawa sejak zaman Mataram Kuno yaitu abad ke-8 dan sudah ada selama dua abad.

Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Heri Priyatmoko pernah memberikan penjelasan tentang jajanan pasar atau istilahnya kala itu Nyamikan, salah satunya Cenil.

Bahkan masuk dalam Serat Centhini terbitan tahun 1814, khusus untuk Cenil ini.

Menurut laporan, Cenil ini aslinya berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Di Pacitan, cenil disajikan dengan gula aren, namun di beberapa daerah, cenil disajikan dengan gula halus.

Bagaimana Cenil bisa akrab dengan bahasa Jawa? Hal ini tidak lepas dari situasi saat terjadi kelangkaan pangan di nusantara.

Penampilan Cenil yang lengket dan ulet ini bahkan menjadi simbol kehidupan masyarakat saat itu, yang dekat dan saling membantu untuk bertahan hidup bersama.

Oleh karena itu, bersama dengan sejumlah jajanan tradisional lainnya, cenil dianggap sebagai bahan makanan bagi kelangsungan hidup masyarakat Jawa.

“Makanan ini merupakan bentuk ketahanan pangan yang berkontribusi terhadap melimpahnya bahan pangan di nusantara,” kata Heri.

Dari segi kandungan gizinya tergolong rendah.
Seorang sarjana dari Universitas Brawijaya pernah menulis tesis bahwa cenil ini memiliki kekurangan, salah satunya adalah nilai gizi yang rendah.

Salah satu upaya untuk mendongkrak citra Cenil adalah dengan meningkatkan nilai gizi melalui reformulasi yaitu penambahan tepung kemiri dan tepung kacang hijau untuk meningkatkan nilai gizi serat dan protein.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda cenderung memberikan pengaruh yang nyata terutama terhadap kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar serat, tekstur dan tingkat kecerahan produk.

Berdasarkan kebutuhan energi per hari, yaitu 2.000 kkal, angka kecukupan gizi (%RDA) dapat dihitung dengan menggunakan data yang diperoleh bahwa Cenil tradisional dan Cenil reformulasi memiliki persentase tingkat kecukupan gizi yang sama dari total lemak dan karbohidrat total, yaitu 5 % dan 11%.

Kebutuhan protein per hari dapat dipenuhi hingga 6% dengan cenil reformulasi, sedangkan cenil konvensional hanya dapat memenuhi 2% kebutuhan protein. Selain itu, dapat dilihat bahwa Cenil yang diformulasi dapat menyediakan 20% dari kebutuhan serat harian.

Total energi yang dihasilkan dengan mengkonsumsi Cenil yang diformulasi ulang per 90g adalah 170 kkal, sedangkan Cenil tradisional adalah 160 kkal.

**)

Dapatkan update informasi harian terpilih dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Suka, klik tautan ini dan bergabung. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: www.timesindonesia.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button