Istana Cirebon Kanoman Warisan dan sejarah yang luar biasa - WisataHits
wisatahits

Istana Cirebon Kanoman Warisan dan sejarah yang luar biasa

Tempat penelitian astronomi terbesar dan tertua di Indonesia adalah Observatorium Bosschaa.

Jam buka: 24 jam
Tiket masuk: Rp1.000,00- Rp250.000,00
Nomor telepon:
Aktivitas: Bermain pasir di pantai, Berenang di pantai, Berjemur di pantai, Bermain jet ski, Wisata kuliner, Belanja oleh-oleh
Waktu terbaik: Pagi atau malam
Perlu membawa: Topi, air minum, ransel, tenda, kamera, baju ganti
Larangan: Tidak ada sampah, tidak membahayakan lingkungan
Alamat: Sidoarjo, Tepus, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta
Fasilitas umum: Toilet, Toko oleh-oleh, Tempat Pengamatan, Tempat Ibadah, Warung makan, Parkir luas, Akomodasi, Wahana, Jet Ski
Akses jalan: Bagus
Toko: Ada
Peta daring: Tampilkan peta

Apakah Anda sudah memiliki rencana untuk melakukan perjalanan? Ingin berwisata ke tempat wisata yang tidak biasa? Nah mungkin kali ini kami dari tim dolanyok akan memberikan gambaran untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang tidak biasa.

Siapa sangka kota Cirebon yang terkenal dengan kota udang dan kota wali memiliki tempat wisata yang sangat menarik. Tempat wisata yang kaya akan sejarah. Tempat wisata tersebut bernama Istana Kanoman.

Tempat wisata ini terbilang unik, karena selain bisa berwisata, kamu juga bisa mengetahui atau belajar sejarah. Apa enaknya jalan-jalan ke sana. Yuk simak artikel di bawah ini sebelum mengunjunginya

Sekilas tentang Istana Kanoman

Keraton Kanoman tidak hanya menjadi obyek wisata budaya yang banyak dikunjungi wisatawan seperti itu. Keraton ini memiliki peran penting bagi berdirinya kota Cirebon.

Selain itu, istana ini juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan Islam di kota ini. Oleh karena itu tidak heran jika istana ini memiliki corak religi Islam yang kental.

Di dalam istana, itu dibagi menjadi beberapa kompleks besar. Kompleks ini terdiri dari beberapa bangunan tua. Selain itu, Anda dapat melihat berbagai jenis benda antik dan kuno.

Alamat

Keraton ini terletak di Cirebon, tepatnya di Jl. Kanoman No. 40, Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Jika anda kurang puas dengan wisata sejarah di Keraton Kanoman, anda bisa mengunjungi keraton lain yang masih berhubungan dengan keraton, yaitu Keraton Kacirebonan yang berjarak 700 meter, Keraton Kasepuhan yang berjarak 1,2 km, atau bisa juga mengunjungi Cirebon Waterland yang berjarak 2,3 km.

Biaya masuk

Jika ingin mengunjungi istana ini tidak perlu mengeluarkan banyak uang, karena harga tiketnya hanya Rp 10.000,- dan berlaku setiap hari.

Jam operasional

Anda bisa mengunjungi istana ini setiap hari mulai pukul 09:00 hingga 17:00 WIB.

Cerita

Keraton yang berdiri pada tahun 1679 M ini terletak di kota Cirebon yang merupakan salah satu tonggak sejarah perkembangan agama Islam di kota Cirebon. Keraton ini didirikan oleh keturunan ke-7 Sunan Gunung Jati atau Syarief Hidayatullah bernama Sultan Anom 1 atau Pangeran Muhammad Badrudin Kartawijaya.

Berdirinya keraton ini tidak lepas dari wasiat Sultan Banten bernama Ki Ageung Tirtayasa yang mengangkat 2 orang pangeran Kerajaan Mataram. Aturan 2 kesultanan. Ia bernama Pangeran Badruddin Kertawijaya yang bertahta di Kesultanan Kanoman dan mendapat gelar Sultan Anom, sedangkan Pangeran Syamsuddin Martawijaya bertahta di Kesultanan Kasepuhan dan mendapat gelar Sultan Sepuh.

Awalnya dimulai pada masa pemerintahan Pangeran Karim, dia adalah Sultan VI Keraton Pakungwati yang bergelar Panembahan Ratu II Mataram yang sudah pro-Belanda, mencurigai Cirebon bekerja sama dengan Banten untuk memimpin pemberontakan. Oleh karena itu, Sultan Amangkurat yang merupakan mertua Panembahan Girilaya meminta menantunya untuk datang ke Mataram.

Panembahan Girilaya juga mengunjungi Sultan Amangkuran, yang pemanggilannya merupakan keinginan kerabat untuk menantunya. Namun ternyata dia tidak dipanggil seperti yang dia kira, panggilan itu adalah hukuman atas kecurigaan Mataram terhadap Cirebon.

Akhirnya Sultan Amangkurat I mencegah Panembahaan Girilaya kembali ke Cirebon untuk selama-lamanya. Dan sampai akhir hayat dan kematiannya di Mataram, beliau dimakamkan di Bukit Wonogori pada tahun 1667 M.

Dengan rasa sedih dan menyesal, kedua putra Panembahan Girilaya kembali ke Cirebon untuk melanjutkan kepemimpinan ayahnya. Karena kebijakan Sultan Banten yang dianggap sebagai keturunan, Kesultanan Pangkungwati dibagi menjadi 3 bagian.

Karena akan diberikan kepada 3 anaknya yang berhak menggantikan ayahnya. Pangeran Karim mendapatkan Keraton, Pangeran Martawijaya mendapatkan Keraton Kasepuhan, Pangeran Wangsakerta mendapatkan Keraton Kacirebonan, dan Pangeran Kertawijaya mendapatkan Keraton Kanoman.

Mitos

Menurut cerita yang tertulis dalam beberapa manuskrip kuno, Pintu Si Blawong sudah ada sebelum Keraton Kanoman berdiri. Yaitu pada masa pemerintahan Raja Sri Jayabhupati Kerajaan Pajajaran sebagai raja ke-20.

Konon Gerbang Si Blawong dipercaya dapat menghubungkan dengan dunia gaib. Dan pintu itu masih ada dan masih kokoh hingga saat ini. Gerbangnya hanya ada di tiga tempat, yaitu Kanoman, Kerajaan Padjajaran, dan Surga.

Sebelumnya, pintu ini hanya dilintasi oleh keluarga kerajaan yang hendak menuju Siti Hinggil. Saat ini hanya buka setahun sekali dan hanya dilewati oleh sultan saat berparade dan mengenakan pakaian sufi.

Bangunan

Keraton ini terbagi menjadi beberapa kompleks dengan bangunan seperti:

Struktur bangunan istana menghadap ke utara. Selain itu, terdapat bangunan bergaya Hindu yang berfungsi sebagai tempat berpidato atau menghadiri upacara. Tempat itu bernama Balai Manguntur.

Di tengah istana terdapat kompleks bangunan yang disebut Siti Hinggil, seperti namanya yang berarti “dataran tinggi”. Bangunan ini sudah ada sejak abad ke-14 Masehi. Bangunan ini juga menjadi saksi penyebaran agama Islam di negara Cirebon.

Di depan keraton terdapat alun-alun yang berfungsi sebagai tempat warga berkumpul atau menerima tamu yang hendak masuk menghadap Sultan Anom.

Halaman Jinem anom merupakan halaman berbentuk L yang berfungsi untuk melindungi jantung istana ini.

Pelataran Keraton Kanoman merupakan bagian dari inti keraton. Pelataran ini dibangun oleh Sultan Anom III dengan gaya kolonial. Lokasinya juga di sebelah halaman Jinem.

Daya tarik

Jika Anda mengunjungi istana ini, Anda dapat melihat peninggalan sejarah istana ini dan belajar tentang sejarah istana ini.

peninggalan sejarah

Di istana ini tersimpan salah satu kereta kuda legendaris bernama Paksi Baga Liman. Kertas yang dibuat Pangeran Losari dari kayu cokelat ini dibuat pada tahun 1428 Masehi. Kereta ini memiliki bentuk gabungan tiga hewan seperti namanya yang memiliki tiga kekuatan yaitu darat, laut dan udara.

7 sumur

Istana ini memiliki 7 sumur. Namun, kedua sumur kedaton itu hanya bisa dilihat setahun sekali, yakni saat peringatan Maulid Nabi. Sumur-sumur ini memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan keinginan yang memiliki tujuan.

Pusat Peradaban Cirebon

Anda bisa berwisata sekaligus menelusuri dan menemukan jejak sejarah peninggalan Sunan Gunung Jati yang masih terjaga kelestariannya.

Museum Senjata

Anda bisa melihat dan mengetahui sejarah peninggalan-peninggalan yang digunakan untuk berperang melawan Belanda.

Meredakan

Jika Anda ingin bermalam atau bermalam untuk melanjutkan kunjungan keesokan harinya, Anda bisa mengunjungi beberapa hostel yang berada di sekitar tempat wisata ini. Pilihan akomodasi termasuk Hotel Intan, 2 km, Hotel Cordela Cirebon, 2,5 km, atau Batiq Hotel Cirebon, 3 km.

Jika Anda ingin berwisata kuliner, Anda bisa mengunjungi beberapa restoran terdekat seperti Warung Makan Harun yang hanya berjarak 100 meter, Empal Gentong Ibu Lubna yang berjarak 2,4 km, Nasi Kucing Drupadi Swarnabumi yang berjarak 2,5 km.

Pertanyaan dan jawaban

Berikut informasi mengenai tempat wisata budaya keraton ini:

Kesimpulan

Keraton merupakan salah satu objek wisata sejarah dan budaya kota Cirebon. Mari kita cari tahu tentang penyebaran Islam dan budaya kota ini.

Source: dolanyok.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button