Iskandar, seniman jogja yang membuat wayang sampah, mengeksplorasi karya-karyanya hingga ke luar negeri
BacaJogja – Kreatif dan ramah lingkungan. Demikian sanksi jitu yang ditujukan kepada Iskandar Hardjodimuljo, warga Sapen, RT 21 RW 06 Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta.
Di tangan pria berusia 60 tahun ini, kertas bekas dan plastik bisa menjadi kerajinan wayang. Dari segi penampilan, karakternya sama sekali tidak kalah dengan wayang kulit. Tentu saja, seiring dengan berkurangnya populasi sampah, hal ini akan memberi nutrisi dengan kreativitasnya. Bahkan, karyanya telah dijual ke luar negeri.
Diakui Iskandar, ide tersebut berawal dari kecintaannya pada dunia wayang. Dia menyukai boneka sejak kecil. “Akhirnya muncul ide membuat wayang dari barang bekas atau sampah,” ujarnya, Jumat, 6 November 2023.
Baca Juga: Lejar Ciptakan Wayang Sebagai Media Kreatif Cerita Rakyat Suku Malind Merauke
Ia menekuni pembuatan wayang dari barang bekas sejak tahun 2013. Dia pertama kali diundang oleh seorang teman untuk berpartisipasi dalam Jakarta Biennial, tetapi dana terbatas.
Untuk mengatasinya, ia memanfaatkan limbah dari Sungai Ciliwung karena ia juga menjadi relawan untuk memperbaiki lingkungan. Selain itu, saat itu akibat banjir besar banyak sampah yang berserakan di Kali Ciliwung.
Wayang yang terbuat dari barang bekas iskandar disebut wayang uwuh. Dalam bahasa Jawa, kata uwuh berarti sampah. Ratusan atau bahkan lebih boneka dibuat.
Baca Juga: Wisata Boneka Spesial, Kreasi Seni Boneka dan Multimedia di Kulon Progo
Beberapa tokoh boneka yang dibuat adalah Pandawa Lima, Ramayana seperti Rahwana, Rama, Sinta, Wibisana, Kumbakarna, Anoman dan lain-lain. “Semar, saya tidak hanya membuat karakter. Saya juga bikin gareng dan bagong, mukanya sama, badannya agak beda,” ujarnya.
Lulusan Sarjana Akuntansi belajar membuat wayang dari barang bekas secara otodidak. Saya menyukai wayang sejak kecil dan pernah membuatnya dari kertas bekas.
Sampah Banjir Sungai Ciliwung
Awalnya ia bingung mengubah sampah menjadi wayang. Namun dengan ide dan kreatifitas yang langsung diterapkan, ia terus belajar dan dilatih membuat boneka dari sampah kertas, plastik botol air mineral dan sampah plastik lainnya.
Iskandar Hardjodimuljo, 60 tahun, warga Sapen, RT 21 RW 06 Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, memperlihatkan boneka yang terbuat dari barang bekas atau sampah. (Foto: Kotamadya Yogyakarta)
“Otodidak. Mungkin karena ayah saya dulu seniman, mungkin warisan. Tidak ada yang mengajari saya melukis. Coba sendiri dan pelajari sendiri,” kata Iskandar.
Bahan baku pembuatan boneka wayang diperoleh dari daerah setempat. Apalagi saat Iskandar mengayuh sepedanya di pagi hari, ia akan mencari sampah dan membawanya pulang untuk dijadikan bahan baku pembuatan wayang. Misalnya sampah kertas bekas kotak makanan.
Terkadang ia juga mendapat barang bekas dari teman-temannya. Limbah yang dihasilkan dibersihkan dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Misalnya, sampah berbahan dasar kertas seperti karton dibersihkan dengan kain lembab dan dijemur. Setelah itu, buatlah pola atau sketsa tokoh wayang tersebut di atas kertas atau plastik yang sudah dibersihkan.
Baca juga: Flash mob 100 dalang cilik di Malioboro Yogyakarta
Kertas bekas kemudian dipotong sesuai pola. Kemudian gambar boneka diwarnai dengan cat akrilik. Terakhir, pasang bilah kayu untuk rangka boneka dan gerakkan tangan boneka. “Warna simbol wayang harus diutamakan karena wajah merupakan simbol karakter wayang,” tambah bapak dua anak ini.
Harga Rp 25.000 sampai jutaan
Menurutnya, pembuatan boneka membutuhkan waktu yang berbeda-beda tergantung tingkat kesulitannya. Jika sulit, bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu.
Sebuah boneka dijual dengan harga berbeda-beda tergantung kesulitan dan apresiasi pembeli. Mulai dari Rp 25.000, boneka Iskandar termahal pun harganya mencapai lebih dari Rp 1 jutaan.
Iskandar Hardjodimuljo, 60 tahun, warga Sapen, RT 21 RW 06 Demangan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, membuat boneka dari barang bekas atau sampah. (Foto: Kotamadya Yogyakarta)
Untuk itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk mencintai lingkungan, memilah sampah dan bekerja dari sampah, karena hasilnya bisa berlipat ganda. “Sampah yang bisa dikomposkan dikomposkan. Sampah yang bisa dijadikan karya seni dijadikan karya seni. Karena jika bisa mengubah sampah menjadi “emas” dengan nilai jual yang tinggi. Kalau sampahnya dijual ke lapak daur ulang, perkilonya murah, tapi kalau dijadikan karya bisa dilipatgandakan,” jelasnya.
Iskandar pertama kali memamerkan karya wayangnya di Jakarta. Misalnya di Taman Ismail Marzuki dan mendapat respon positif, sehingga sering diundang mengisi workshop daur ulang sampah.
Karya menjadi koleksi Museum Etnografi di Belanda
Pada 2017 ia diundang oleh organisasi nirlaba ke pameran dan lokakarya tunggal di Thailand. Sebagai hasil dari kegiatan ini, boneka-bonekanya masih sering dipamerkan di Pusat Seni dan Budaya Bangkok di Thailand.
Baca Juga: Pesta Boneka 2022 dari 18 Negara di Kampoeng Media Sleman Yogyakarta
Karya Wayang Sampah juga dibawa ke Prancis dan menjadi koleksi museum etnografi di Belanda. Sekembalinya ke kota Yogyakarta, ia juga terlibat dalam pameran kemungkinan kegiatan Jogja City Festival 2022 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.
“Karena saya dulu aktif di media sosial. Dia (orang asing) memantau media sosial seperti Facebook dan Instagram dan berkembang melalui WA,” ujarnya yang juga memberikan workshop tentang sampah dari piring plastik bekas dan keranjang bekas untuk anak-anak setempat. (Pemerintah Kota Yogyakarta)
Source: news.google.com