Inilah asal mula Bamboo Dome, tempat makan siang para pemimpin G20 di Bali - WisataHits
wisatahits

Inilah asal mula Bamboo Dome, tempat makan siang para pemimpin G20 di Bali

Indonesia telah menyiapkan tempat makan siang Presiden Joko Widodo dengan tamu negara di lokasi yang indah, yaitu gedung Bambu Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali.

Terletak di tepi pantai, Kubah Bambu dapat dilihat dari platform lobi hotel tempat berlangsungnya KTT Kepresidenan G20 Indonesia.

Filosofi bangunan Bamboo Dome, tempat makan siang para pemimpin G20Foto: Tangkapan layar dari saluran YouTube Setpres/BPMI

Di ruang makan seluas 32 meter ini, disediakan 43 kursi dengan tata letak meja bundar yang besar, sehingga para pemimpin dan delegasi dapat menikmati sajian makanan khas Indonesia bersama-sama.

Waktu makan siang adalah salah satu janji penting, sehingga pemilihan dan realisasi tempat dilakukan hampir sepanjang tahun.

Awalnya, tenda akan didirikan di halaman belakang Apurva Kempinski.

“Saat itu permintaannya cukup sederhana, Presiden Joko Widodo ingin makan siang dengan pemandangan laut”,

kata konsultan desain visual KTT G20 Elwin Mok, dikutip dalam siaran persnya, Selasa (15/11/2022).

Ide mendirikan tenda kemudian urung karena dikhawatirkan angin pantai kencang yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Tim kreatif kemudian melakukan diskusi intensif dengan Koordinator Tim Bantuan dan Kemitraan G20 Wishnutama, serta Sekda.

Ide selanjutnya adalah membangun bangunan dari batu bata dan batu.

Namun ide tersebut urung dengan pertimbangan bangunan tersebut hanya bersifat sementara dan akan dibongkar setelah G20 digelar.

“Kami harus mencari sesuatu yang unik yang hanya akan didedikasikan untuk G20,”

kata Elwin.

Inspirasi bisa muncul di berbagai kesempatan selama perjalanan singkat ke Pantai Melasti di Bali Selatan, Elwin dan timnya punya ide cemerlang.

Mereka melihat sejumlah pekerja konstruksi menggunakan bambu dalam sebuah proyek konstruksi setelah berdiskusi dengan tim diputuskan bahwa bambu akan menjadi bahan utama tempat makan siang tersebut.

Bambu memiliki filosofi yang sangat dalam, mudah ditekuk karena sifatnya yang fleksibel, kenyal, dan mudah beradaptasi.

Selain itu, bangunan bambu juga dikenal paling tahan terhadap guncangan gempa.

Tim segera menghasilkan desain yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Bali,

“Sejak kecil saya sudah membuat mainan dari bambu,”

ujar Rubi Roesli, desainer Kubah Bambu.

Selain itu, untuk mematangkan ide, Rubi dan Elwin kemudian bertemu dengan Ashar Saputra, dosen Universitas Gajah Mada (UGM) dan pakar kalkulus bambu.

Mereka berdebat hingga mendapatkan bentuk yang pas, yaitu kubah atau kubah setengah lingkaran.

“Jadi sesuai lambang G20 berupa pegunungan,”

kata Ruby.

Plus, bambu ramah lingkungan. Dengan demikian, setelah dibongkarnya KTT G20 Bamboo Dome, bambu masih bisa digunakan kembali untuk keperluan lain.

Tidak hanya dari segi arsitektur, Kubah Bambu ini sekaligus dapat mempromosikan Indonesia ke dunia internasional atas kualitas budaya Indonesia

“Kami ingin menunjukkan bahwa di tengah dunia sintetik, ada Indonesia yang masih asli”,

pungkas Elwin.

Source: www.piknikdong.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button