Hidup berdampingan dengan alam di KBA Suntenjaya - WisataHits
Jawa Barat

Hidup berdampingan dengan alam di KBA Suntenjaya

Suntenjaya adalah sebuah desa di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Berada di ketinggian 1.290 mdpl, desa ini kaya akan sumber daya alam.

Desa Suntenjaya merupakan salah satu dari 6.239 desa mandiri berdasarkan Indeks Desa Pembangunan (IDM) yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada tahun 2022.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, desa mandiri adalah desa yang memiliki ketersediaan dan akses pelayanan dasar yang memadai, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang mudah, pelayanan publik yang baik, dan tata kelola pemerintahan yang baik.

Desa mandiri adalah desa dengan Indeks Pembangunan Desa (IPD) lebih dari 75. Menurut Kementerian Desa, Kementerian PDTT memiliki lima kategori desa, yaitu desa sangat tertinggal, desa tertinggal, desa berkembang, desa maju, dan desa mandiri. desa. Desa mandiri ini merupakan level tertinggi dengan indikator memenuhi kriteria yang diatur dalam UU No 6 Tahun 2014.

Desa Suntenjaya telah dikategorikan sebagai Desa Mandiri dan Desa Wisata sejak tahun 2018. Dengan menggandeng lembaga, akademisi, peneliti, pemerhati lingkungan, dan CSR perusahaan, warga Desa Suntenjaya dapat memberdayakan diri melalui pemanfaatan hasil perkebunan dan peternakan.

Pertanian melindungi alam

Desa Suntenjaya merupakan hasil pemekaran dari Desa Cibodas pada tahun 1979, namun untuk benar-benar eksis sebagai desa baru, baru terealisasi pada tahun 2014. Terdapat empat dusun yang termasuk dalam wilayah Desa Suntenjaya dengan jumlah penduduk sekitar 9.000 jiwa.

Dengan mata pencaharian utama penduduk sebagai petani dan peternak, Desa Suntenjaya menerapkan sistem pertanian terpadu, memadukan sektor peternakan dan perkebunan untuk meningkatkan kualitas hasil panen, menjaga ketertiban alam dan masyarakat, serta membangun kesejahteraan masyarakat.

Penerapan sistem pertanian terpadu di Suntenjaya melalui pemanfaatan kotoran ternak diolah menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan dengan proses pengomposan cacing dikenal sebagai vermicompost (pembentuk cacing).

Lanjut membaca

Cacing tersebut kemudian dimanfaatkan oleh warga setempat untuk memenuhi kebutuhan pupuk dalam budidaya sayuran dengan cara yang ramah lingkungan. Sedangkan limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan dikomposkan menjadi sumber pupuk organik.

Penduduk desa memahami bahwa lahan yang terus-menerus dirawat dengan pestisida buatan telah habis dan tidak dapat lagi ditanami.

“Jadi upaya kami adalah menggunakan kompos agar unsur hara di dalam tanah kembali kaya,” kata Kepala Desa Karang Taruna RW 07 Suntenjaya Panji Budiantara saat ditemui ANTARA.

Cacing yang dibudidayakan warga desa Suntenjaya dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik.  (Antara/Asep Firmansyah)

Cacing yang dibudidayakan warga desa Suntenjaya dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik. (Antara/Asep Firmansyah)

Hasil peternakan yang mengarah pada prinsip zero waste farming tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan petani dengan menekan biaya pembelian pakan ternak. Hal ini dikarenakan mereka memanfaatkan limbah sayuran sebagai sumber pakan ternak dan kotoran hewan sebagai sumber pupuk organik sayuran.

Untuk menambah nilai hasil panen dari kebun dan ternaknya, warga Suntenjaya juga menghasilkan berbagai produk olahan seperti penjualan pisang,
Keripik bayam, yogurt, fudge, dan kopi.

Tak hanya itu, desa ini juga dikenal sebagai desa penghasil susu terbaik di Lembang bersama dengan Desa Cibodas, Desa Cikahuripan dan Desa Cikole. Adapun hasil pertanian warga Suntenjaya seperti kopi, tomat, wortel, selada, kentang, kol, pisang, strawberry, markisa dan sejumlah tanaman hortikultura lainnya.

“Kami bahkan memasok 200 ekor domba ke Kota Bandung setiap tahun dan memasok hasil peternakan ke sejumlah supermarket,” kata Kepala Desa Suntenjaya Asep Wahono.

Asep Mafhum, jumlah domba yang dikirim sebenarnya masih sedikit dibandingkan kebutuhan daging harian. Namun, ia patut berbangga karena masyarakat Desa Suntenjaya berdaya dalam ketahanan pangan dan mampu mendistribusikan hasil pertaniannya.

Desa Astra Berseri

Yang menarik dari desa ini adalah sikap warganya yang menolak kehadiran investor. Tokoh masyarakat Desa Suntenjaya, Gunawan Azhari mengatakan, banyak lahan di kawasan Lembang yang beralih fungsi menjadi kawasan wisata.

Lembang merupakan daerah resapan air yang memenuhi kebutuhan air tanah penduduk kota Bandung dan sekitarnya. Namun kini daya tahan lembang menahan limpasan air hujan tidak sebesar dulu karena banyaknya alih fungsi lahan.

Gunawan mengatakan, tidak sedikit investor yang ingin masuk ke Desa Suntenjaya dan menjadikan kawasan itu sebagai tempat wisata. Namun, dia dan penduduk desa lainnya setuju untuk menolak tawaran tersebut karena akan ada hal yang harus dikorbankan.

Gunawan dan warganya memilih hidup berdampingan dengan alam, menghormati dan menjaga segala yang ada di dalamnya. Mereka hanya ingin menjadikan Suntenjaya sebagai desa pendidikan yang produktif, bukan sekadar tempat wisata.

“Kami tidak ingin hanya menjadi penonton, dan pemuda di sini hanya sebagai satpam saja,” tegasnya.

Di tahun 2019, antusiasme masyarakat Suntenjaya membuat PT Astra International Tbk tertarik untuk menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) ke desa tersebut dan menjadikannya sebagai Kampung Astra Berseri (KBA).

Kampung Berseri Astra merupakan program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang mengintegrasikan empat pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dalam suasana desa. Sejauh ini sudah ada 170 Desa Astra Berseri.

“KBA Suntenjaya merupakan desa dengan program pembangunan dalam kelestarian lingkungan yang bertujuan untuk mewujudkan desa yang asri, sehat dan tahan terhadap perubahan iklim yang saat ini menjadi penyebab permasalahan lingkungan dalam kehidupan masyarakat,” ujar Director Corporate Communications Astra Junge Kelana Soebroto.

Boy mengatakan, bentuk dukungan Astra seperti pelatihan, pembagian alat dan pemantauan, agar program-program yang dilakukan masyarakat terus berlanjut. Yang paling penting, kata dia, adalah pembinaan. Salah satu hasil kerjasama ini adalah kemampuan menjual produk hortikultura yang berkualitas.

Selain itu melalui Astra, desa Suntenjaya juga mengembangkan pengelolaan air, dengan memanfaatkan air hujan sebagai cadangan air yang dapat digunakan untuk menyiram sayuran melalui tandon berkapasitas 5.000 liter.

Menampung air hujan tidak hanya bermanfaat saat musim kemarau tiba, tetapi juga dapat menekan limpasan berlebih yang dapat menyebabkan banjir dan erosi.

Semangat Astra untuk mengembangkan KBA Suntenjaya menjadi desa yang cerah, hijau dan produktif berjalan beriringan dengan pencarian kesuksesan dan dukungan bersama Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button