Hasil identifikasi risiko HSE dan bencana untuk diterapkan di desa wisata tahun ini - WisataHits
Jawa Barat

Hasil identifikasi risiko HSE dan bencana untuk diterapkan di desa wisata tahun ini

Wartawan Tribunnews, Chorul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tim peneliti dari Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melaksanakan kegiatan Health, Safety and Environment (HSE) dan Disaster Risk Identification di Desa Wisata.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam format focus group discussion untuk mencari formulasi terbaik untuk meminimalisir risiko bencana, baik alam maupun non alam, di desa-desa wisata di Tanah Air.

Ketua DRRC UI Fatma Lestari mengatakan, kegiatan identifikasi ini mengikutsertakan dan mendukung dinas pariwisata dan stakeholder desa wisata dari 7 pemerintah provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, Bali, Sumatera Barat, dan Jawa Barat. tim peneliti dari DRRC UI, mahasiswa, dosen dan alumni jurusan K3 UI dengan Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif RI.

Baca Juga: Desa Wisata Terbukti Tingkatkan Perekonomian Masyarakat 30 Persen

“Hasil yang diperoleh dari forum ini akan menjadi dasar untuk program HSE dan manajemen risiko bencana di resor wisata dan desa liburan yang rencananya akan kami implementasikan pada tahun 2022. Dari REA ini juga kita akan mengetahui risiko mana yang paling tinggi dan menjadikannya prioritas agar dikelola secara efisien dan tepat, berbasis risiko,” kata Fatma, tertulis, Kamis (6/10/2022).

Indra Ni Tua, Direktur Tata Kelola Destinasi Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, menjelaskan Indonesia yang berstatus Ring of Fire sebenarnya memiliki portofolio produk yang paling khas.

Upaya mitigasi risiko bencana pada tahap awal ini sangat diperlukan, bahkan jika diperlukan lebih banyak investasi.

Metode yang digunakan sesuai dengan slogan yang digunakan Menteri Sandiaga Uno di Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif yaitu kerjasama. Kemparekraf menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan harus berkelanjutan.

“Kegiatan manajemen krisis ini baru, kami hadirkan kepada pengelola wisatawan dan atraksi wisata. Prinsipnya adalah bagaimana kita menerapkan, meningkatkan dan memainkan peran yang lebih besar di masa depan. Bagaimana ilmu dan sifatnya bisa dilakukan secara ilmiah sehingga bisa kita implementasikan,” kata Indra.

Dalam pelaksanaan REA ini akan dicari data langsung dari para pelaku desa wisata, sehingga dapat diketahui dan dapat dicatat bencana apa saja yang terjadi beserta intensitas dan kerugian yang diderita.

Source: www.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button