Hal inilah yang diduga menjadi alasan mengapa wisatawan tidak betah berlama-lama di Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Hal inilah yang diduga menjadi alasan mengapa wisatawan tidak betah berlama-lama di Jogja

Harianjogja.com, JOGJA— Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY menilai Jogja masih kekurangan pagelaran budaya lokal yang digelar pada malam hari. Kondisi ini menyebabkan banyak wisatawan yang langsung pulang setelah mengunjungi tempat wisata sehingga lama tinggal wisatawan menjadi minim.

Ketua GIPI DIY Bobby Ardianto mengaku banyak menerima keluhan dari wisatawan, terutama dari mancanegara, bahwa Jogja masih belum ada pagelaran budaya pada malam hari. Jadi masih sangat sepi di malam hari saat ingin menikmati pertunjukan budaya lokal.

“Jadi budaya hidup malam sangat terbatas di jogja. Bahkan ada yang seperti Purawisata dan lain-lain tapi setelahnya [wisatawan] standarnya tidak seperti yang diharapkan,” katanya, Rabu (22/4/2020).

Kondisi ini sangat berbeda dengan Bali yang anginnya bisa masuk hampir ke segala arah kinerja budaya lokal yang dapat ditemui hampir setiap hari. Wisatawan yang ingin menikmati Barong, Legong, Kecak bisa ditemui di Bali setiap hari. Konsep ini bertujuan untuk menarik wisatawan untuk tinggal lebih lama.

Menurutnya, ini ironis di tengah Jogja yang terus berusaha mempertahankan diri sebagai kota budaya. Karenanya ia mendorong berbagai pihak untuk dapat mewujudkan keinginan para wisatawan tersebut. Kebutuhan akan pagelaran budaya malam ini paling mendesak di Kota Jogja karena banyak wisatawan yang menginap di hotel-hotel di Kota Jogja.

Dalam hal ruang acara untuk pertunjukan, ada banyak ruang di DIY. Jogja punya ruang dalam tetap di luar cukup representatif. Namun, hal ini membutuhkan komunikasi dengan semua pemangku kepentingan, terutama antara pemerintah dan industri pariwisata. Karena untuk menciptakan pertunjukan budaya lokal yang konsisten, tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah, ingat kinerja sifatnya kolosal membutuhkan anggaran. Oleh karena itu, industri harus turun tangan untuk mewujudkan pertunjukan malam yang berkelanjutan.

“Ini membutuhkan sinergi antara pemerintah dan industri yang bekerja sama, saya yakin itu bisa dilakukan. Karena sampai sekarang ada yang masih jalan sendiri-sendiri, jadi belum terwujud. Itu momentum kita untuk bersatu,” katanya.

Bobby menekankan, minimnya pertunjukan malam membuat wisatawan kesulitan meningkatkan jumlah pengunjung perbaikan rumah. Empat wilayah dan satu kota tidak terintegrasi dengan baik, jadi tidak banyak yang bisa dinikmati wisatawan. Wisatawan sering pergi ke tempat wisata di wilayah Kabupaten pada pagi hari dan ke kota Jogja pada sore hari. Di sisi lain, kota Jogja memiliki keterbatasan dalam menyajikan pertunjukan budaya di malam hari.

BACA JUGA: Tol Boyolali Kecelakaan, 3 Orang Meninggal, Salah Satunya Akan Menikah Bulan Depan

“Sehingga durasi tinggal Kami tidak akan bergerak antara 1,5 dan 1,7 hari, bahkan tidak dua hari. Ini sebenarnya terjadi di Solo, Semarang. Walaupun kita semua punya Borobudur, tapi daerah relokasinya parsial, tidak ada integrasi,” ujarnya.

Keberadaan Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia telah menjadi tujuan wisata bagi banyak wisatawan mancanegara. Jogja menjadi salah satu penyangga destinasi ini karena setiap wisatawan hanya bisa menikmati Borobudur selama kurang lebih dua jam. Namun, setelah mengunjungi Borobudur, hal ini perlu ditangkap wisatawan untuk menginap di Jogja.

“Memang ada acara malam yang diadakan dinas, tapi tidak konsisten setiap hari, yang dibutuhkan wisatawan setiap hari. Yang normal tidak ada di Jogja,” ujarnya.

Ia mencontohkan salah satu pertunjukan budaya lokal yang memiliki potensi besar bagi wisatawan, yakni sendratari. Saat ini sendratari yang lebih dikenal adalah Ramayana, meski Jogja memiliki banyak cerita lokal yang bisa dijadikan tema.

“Sama seperti sendratari Pramodhawardhani tentang pendiri Borobudur yang dirangkai oleh sejumlah pelaku budaya, akan menarik untuk menyelenggarakannya sebagai malam budaya ke depan,” ujarnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button