Gunung Tangkuban Parahu, cerita rakyat dan keindahan alamnya - WisataHits
Jawa Barat

Gunung Tangkuban Parahu, cerita rakyat dan keindahan alamnya

bandung

Salah satu keunikan dan daya tarik kota Bandung adalah setiap sudut kota dihuni oleh pegunungan. Total ada sepuluh gunung yang mengelilingi kota Bandung. Pegunungan di semua sisi membuat kota bunga ini terasa seperti berada di “mangkuk”.

Salah satu gunung yang paling terkenal adalah Gunung Tangkuban Parahu. Gunung Tangkuban Parahu bahkan memiliki cerita rakyat sendiri yaitu legenda Sangkuriang.

Legenda Sangkuriang menceritakan kisah seorang putri bernama Dayang Sumbi. Dengan wajahnya yang cantik, Dayang Sumbi membuat banyak raja jatuh cinta dan berjuang untuk memenangkan hatinya.

Dahulu kala, Dayang Sumbi diasingkan di puncak bukit dengan penjelmaan dewa berupa anjing jantan bernama Tumang. Saat menenun, kain Dayang Sumbi jatuh. Karena malas, ia pun bersumpah siapa pun yang mengambil kain itu, jika laki-laki, akan menjadikannya suaminya. Ternyata, Tumang mengambil kain itu dan mereka menikah dan dikaruniai seorang anak, Sangkuriang.

Sangkuriang berkembang menjadi pemanah yang handal. Suatu hari Sangkuriang pergi berburu dan memerintahkan si Tumang untuk memburu Wayungyang si babi betina. Karena tidak patuh, Sangkuriang melepaskan panahnya dan membunuh Tumang.

Kemudian hati tumang diberikan kepada wayang sumbi untuk dimasak dan dimakan. Setelah Dayang Sumbi tahu apa yang dimakan adalah hati Tumang, kemarahannya tak tertahankan dan dia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok tempurung kelapa. Pukulan itu melukai kepala Sangkuriang.

Sangkuriang sangat menyesal dan berjalan berkeliling. Setelah sekian lama, tanpa sadar ia kembali ke ibunya Dayang Sumbi. Keduanya tidak saling mengenal dan akhirnya jatuh cinta. Suatu ketika Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala Sangkuriang. Dia juga ingat memukul kepala putranya dan mencoba menjelaskan kepada Sangkuriang bahwa dia adalah ibunya.

Namun, Sangkuriang tidak peduli dan tetap ingin menikahi Dayang Sumbi. Agar pernikahan tidak terjadi, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membangun sebuah danau dan perahunya dalam satu malam. Sangkuriang, dibantu oleh makhluk halus, segera bergegas memenuhi keinginan Dayang Sumbi.

Melihat hal itu, Dayang Sumbi segera membentangkan kain itu ke timur dan memohon kepada Sangkuriang yang gagal. Keinginannya dikabulkan dan segera matahari terbit.

Sangkuriang murka dan menendang perahu yang dibangunnya hingga perahu terbalik dan tiarap. Perahu berubah menjadi Gunung Tangkuban Parahu.

Sangkuriang kemudian terus mengejar Dayang Sumbi yang menghilang dan berubah menjadi Bunga Jaksi. Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi hingga akhirnya menghilang ke alam gaib.

Selain cerita rakyat, situs resmi Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu menulis bahwa Gunung Tangkuban Parahu sebenarnya terbentuk dari letusan Gunung Sunda. Sainsgeografi.com juga menyebutkan bahwa Gunung Sunda meletus dua kali. Letusan pertama terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu dan letusan kedua sekitar 55.000 tahun yang lalu. Kedua letusan tersebut berhasil menghasilkan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang dan Gunung Bukit Tunggul.

Menurut situs TWA Gunung Tangkuban Parahu, gunung tersebut telah meletus sebanyak 16 kali. Pertama kali pada tahun 1829 dan terakhir pada tahun 1994. Namun, Gunung Tangkuban Parahu kembali meletus pada tahun 2019.

Saat pertama kali meletus pada tahun 1829, letusan Gunung Tangkuban Parahu mengeluarkan batuan dan abu dari kawah Ratu dan Domas.

Gunung Tangkuban Parahu juga menjadi salah satu tempat wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Gunung yang berada pada ketinggian 2.084 mdpl ini pertama kali ditetapkan sebagai cagar alam dan taman wisata pada 3 September 1974. Penetapan itu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 528/Kpts/Um/9/1974.

TWA Tangkuban Parahu sangat berbau gas belerang. Meski terbakar, DetikTravel menyebut gas belerang ini efektif untuk kesehatan kulit. Berbagai pedagang di kawasan TWA juga kerap menjual belerang.

Selain itu, TWA Tangkuban Parahu juga memiliki banyak sumber air panas yang tersebar di beberapa daerah. Sebenarnya pengunjung bisa merebus telur di permukaan sumber air panas, namun tidak semua sumber air panas bisa dikunjungi karena alasan keamanan.

Meski Gunung Tangkuban Parahu masih aktif hingga kini, TWA Gunung Tangkuban Parahu jarang sepi pengunjung. Harga tiket masuk (HTM) yang terjangkau menjadi salah satu daya tarik wisatawan.

TWA yang dikelola oleh PT Graha Rani Putra Persada dikenakan biaya Rp 20.000 untuk HTM pada hari biasa dan Rp 30.000 pada hari libur. TWA Gunung Tangkuban Parahu juga menawarkan layanan shuttle bus dari Jayagiri ke Kawah Ratu dengan harga Rp 7.000.

Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi juga akan dikenakan biaya masuk kendaraan. Berikut daftarnya:

harga hari kerja

  • Sepeda: Rp 7.000
  • Sepeda Motor: Rp 12.000
  • Mobil: Rp25.000
  • Bus: Rp 110.000

harga liburan

  • Sepeda: Rp 10.000
  • Motor: Rp 17.000
  • Mobil: Rp 35.000
  • Bus: Rp150.000

TWA Tangkuban Parahu dapat dikunjungi di Jl. Tangkuban Parahu No.282, Cikole Lembang, Kab.Bandung Barat 40391, Indonesia.

Tonton video “Kawah Ratu, Kawah Terbesar di Kompleks Gunung Tangkuban Parahu, Bandung”.
[Gambas:Video 20detik]
(tey/tya)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button