Gunakan lahan kosong dan tanam sayuran organik - WisataHits
Jawa Tengah

Gunakan lahan kosong dan tanam sayuran organik

Mercusuar.co Wonosobo – Kelompok Wanita Tani Munawaroh di Dusun Blederan berhasil membudidayakan berbagai jenis sayuran organik di lahan terbuka. Mereka tidak hanya menjual hasil panen mereka, tetapi mereka juga membuka agrowisata bagi para pelancong yang ingin belajar menanam. Program ini mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi warga.

Nuansa kampung sayur bisa dirasakan saat pertama kali memasuki gerbang Dusun Blederan. Hal ini terlihat di berbagai sudut rumah warga yang ditanami berbagai sayuran organik. Padahal, setiap RT memiliki lahan untuk media pembelajaran bercocok tanam, mulai dari RT 10 sampai RT 15. Masing-masing lahan diberi nama yang berbeda-beda, misalnya di RT 12 yaitu Lahan Belajar Loh Jinawi 12 Pass dan RT 15 disebut Gangsal Welas. Negara Belajar.

Sekretaris Desa Blederan Ida Indriawati menjelaskan, program tersebut dimulai pada 2018. Awalnya, kegiatan ini bertujuan untuk menghemat pengeluaran rumah tangga. Warga memanfaatkan halaman depan rumah dengan berbagai jenis sayuran, mulai dari pakcoy, selada, daun bawang, kemangi, kol, kentang dan masih banyak lagi.

“Seiring berjalannya waktu program ini berkembang dan kami sedang memikirkan bagaimana kami dapat terus meningkatkan perekonomian warga. Awalnya kami mendapat bibit dari program CSR AQUA dan warga berkomitmen untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan,” kata Ida yang ditemui Senin (22/8) di sela-sela pekerjaannya.

Saat itu, lanjut Ida, acara dilanjutkan dengan pembagian polibag. Setiap rumah dialokasikan 20 dan setiap pekarangan di setiap RT dibagi seribu. Kemudian dibentuklah Kelompok Tani Munawaroh dan mereka mendapatkan pelatihan tentang penanaman dan penggunaan lahan yang benar.

“Nah, dengan tanaman sayur di depan rumah pribadi, hasilnya untuk setiap keluarga. Tapi kalau penjualan dalam negeri masing-masing RT masuk ke garapan RT, biasanya digunakan untuk perawatan lahan, pembelian pupuk, piknik, pembelian seragam, dan lain-lain,” kata Ida.

Ida mengatakan bahwa banyak orang mencari sayuran untuk desa mereka. Selain dijual kembali, banyak juga yang membeli untuk kebutuhan kompetisi kebersihan lingkungan. “Biasanya banyak lomba K3 di bulan Juli atau Agustus, yang tidak mau polybag di sini. Dulu, kami pernah punya omzet Rp 25 juta di sebuah dusun hingga menggeledah rumah warga,” tambah ibu dua anak ini.

Sayuran Organik dari Desa Blederan Wonosobo

Sejak didirikan sebagai desa agrowisata, menurut Ida, banyak orang yang berkunjung untuk belajar menanam sayuran organik yang baik. Tidak main-main, pengunjungnya bahkan berasal dari Papua, Medan, Palu, Lombok, Bojonegoro, Tasikmalaya, Semarang dan masih banyak lagi.

“Kalau mau kesini minimal 10 orang tarifnya per orang 15.000 rupiah. Biasanya kita juga pasang iklan lewat sosial media, Facebook, Instagram, Whats App, dan banyak tamu yang sudah ke sini ketagihan untuk kembali lagi,” jelas Ida.

Anggota KWT Munawaroh RT 15, Nas (65), mengaku puas dengan program pemanfaatan lahan ini. Karena desa tidak hanya bisa menambah penghasilan, tapi juga asri, bersih dan sejuk dipandang. “Selain itu, jika banyak pameran, banyak orang di desa kami yang mencari tanaman, kami akan memanen rupiah. Akan lebih baik lagi jika ada kunjungan dari berbagai kota,” katanya.

Begitu pula dengan Siti Maryam (60), penanggung jawab properti di RT 12 RW 4. Dari situ dia bisa mendapatkan tambahan pundi-pundi rupiah. “Ya, kami bersyukur dengan hasilnya. Kalaupun tidak punya, setidaknya tidak bingung mau masak,” kata Maryam.

Maryam dan ibu-ibu rumah tangganya biasa bercocok tanam setiap jam 2 siang. Ada banyak jenis tanaman yang diolah, mulai dari selada, daun bawang, kangkung, capung dan masih banyak lagi.

Maryam mengaku menggunakan pupuk kandang untuk mengobatinya, yang diairi dengan cairan khusus yang dia campur sendiri. “Jadi istilahnya menggunakan tahi lalat. Ini bahan buah busuk yang ditampung dan airnya dipakai untuk menyiram,” kata perempuan berambut pendek ini.

Dia berharap lebih banyak orang akan mengunjungi desanya untuk wisata. “Kami juga ingin berbagi ilmu dengan wisatawan. Semoga program ini dapat terus memberikan dorongan yang lebih besar bagi perekonomian masyarakat setempat,” tutup Maryam.

Source: mercusuar.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button