Festival Gandrung Sewu bukan agenda wisata biasa - WisataHits
Jawa Timur

Festival Gandrung Sewu bukan agenda wisata biasa

Banyuwangi – Sabtu 29 Oktober 2022, saat jarum jam masih menunjukkan pukul 12.00 WIB, suasana kawasan wisata Pantai Boom di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur sudah ramai pengunjung.

Akses jalan menuju salah satu kawasan wisata di kabupaten paling timur pulau Jawa itu juga ditutup. Para pengunjung tidak hanya datang dari Banyuwangi dan sekitarnya, tetapi juga dari luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Ada juga banyak turis asing di sana.

Pada hari ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki niat besar, yaitu Festival Gandrung Sewu 2022: Banyuwangi Rebound. Agenda pariwisata ini sudah berlangsung sejak 2012 dan sempat terhenti selama dua tahun pada 2020 dan 2021 akibat pandemi COVID-19.

Pada tahun 2021 festival ini sebenarnya diadakan lagi, tapihibrida(offlinedanon line) terbatas karena situasinya belum memungkinkan. Menampilkan ratusan penari yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan juga luar negeri. Mereka adalah warga Banyuwangi yang merantau (diaspora).

Kini, setelah dua tahun tanpa acara, Pemkab Banyuwangi kembali menggelar Festival Gandrung Sewu 2022 tepat di Pantai Boom, yang akan menampilkan 1.284 penari mulai dari anak-anak hingga dewasa, termasuk para penari yang menampilkan drama kolosal.

Tak salah jika banyak warga Banyuwangi dan wisatawan dari luar daerah sangat antusias melihat festival tahunan ini. Mereka bahkan rela hadir tiga jam sebelum acara mulai merebut kursi depan.

Masyarakat yang tidak bisa datang langsung ke Banyuwangi tetap bisa menyaksikan Festival Gandrung Sewu melalui siaran langsungsungai kecildisiapkan oleh panitia.

Tema festival ini adalah “Sumunare Tlatah Blambangan” atau “Cahaya Bumi Blambangan”. Tema ini bercerita tentang Banyuwangi saat masih menjadi wilayah Kerajaan Blambangan. Pada saat itu, kerajaan sedang disapu oleh epidemi, atau pageblug, yang tidak dapat dibendung.

Banyak Blambangan yang terjangkit wabah dan meninggal. Pagi ada wabah, siang mati, malam didatangi wabah, pagi mati.

Akibatnya, segala aspek kehidupan terganggu hingga memasuki Istana Blambangan, termasuk Putri Dewi Sekardadu yang juga terkena wabah. Segala upaya sudah dilakukan oleh pemerintah, namun nihil.

Akhirnya, berkat usaha kerasnya, Keraton Blambangan berhasil menemui seorang pertapa muda bernama Syech Maulana Malik Ibrahim atau Syech Wali Lanang untuk meminta bantuannya.

Penyebar agama Islam berdoa kepada Allah SWT dan dengan izin-Nya berhasil menghilangkan Pageblug dari bumi Blambangan termasuk penyembuhan Putri Dewi Sekardadu. Seluruh rakyat Blambangan bergembira dan sebagai hadiah raja menikahkan putrinya dengan Syech Maulana Malik Ibrahim.

Cerita dalam drama kolosal ini menggambarkan situasi di Indonesia dan belahan dunia lainnya selama dua tahun terakhir yang dilanda pandemi COVID-19. Ribuan warga Indonesia menjadi korban keganasan virus yang pertama kali terdeteksi di China.

Hampir semua bidang kehidupan terpengaruh. Warga tidak bisa lagi berinteraksi dengan bebas, perekonomian terganggu, dan banyak bisnis yang tutup. Orang-orang khawatir akan ancaman virus mematikan ini setiap saat.

Drama kolosal “Kemilau Bumi Blambangan” diputar dengan indah di halaman berpasir Pantai Boom selama sekitar satu jam. Puluhan ribu penonton yang menyaksikan festival dibuat takjub dan terpukau dengan gerakan dinamis para penari Gandrung dengan atribut merah yang khas dan iringan musik gamelan Rancak Osing yang memadukan budaya Jawa dan Bali.

Meningkatkan kesadaran budaya

Saat pertama kali diadakan pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berjuang untuk menarik seribu penari yang bersemangat ke festival tersebut. Bahkan, para lurah, lurah dan camat dikerahkan untuk mencari peserta hingga lebih dari seribu penari online.

Seiring berjalannya waktu, warga Banyuwangi khususnya mahasiswa dan anak-anak milenial mulai tertarik untuk mengikuti kebangkitan Festival Gandrung Sewu. Juga tahun ini jumlah pendaftar yang ingin mengikuti festival ini lebih dari 3.000 orang, sehingga panitia harus melakukan seleksi hingga terpilih 1.284 artis.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas sangat terharu dengan kemeriahan dan antusiasme anak muda dan seniman dari berbagai daerah untuk mengikuti acara akbar ini.

Bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Festival Gandrung Sewu bukan sekadar ajang pariwisata biasa, melainkan upaya mempromosikan seni dan budaya daerah dengan melibatkan para pelaku seni di Bumi Blambangan (sebagaimana Banyuwangi), khususnya anak muda.

Saat menyebut “Gandrung” sekarang, imajinasi sebagian besar masyarakat langsung beralih ke Kabupaten Banyuwangi sebagai asal mula kesenian tersebut. Artinya, tari Gandrung telah mengangkat reputasi Banyuwangi tidak hanya secara nasional tetapi juga dunia.

Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda, tari Gandrung telah berkali-kali ditampilkan di berbagai acara nasional dan internasional, termasuk acara kenegaraan di Istana Negara dan acara budaya di Jerman, Malaysia, Prancis, Hong Kong, Brunei Darussalam, Rusia, dan Jepang.

Seringnya kemunculan tari Gandrung di berbagai acara di luar negeri menjadi peluang yang sangat baik bagi Kabupaten Banyuwangi untuk menjual potensi wisata dan bisnisnya. Pada akhirnya tentu akan berdampak pada kemajuan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Setidaknya sejak Festival Gandrung Sewu yang dihadiri puluhan ribu pengunjung atau wisatawan, banyak dampak ekonomi yang dimunculkan, seperti transportasi, akomodasi, kuliner hingga penjualan oleh-oleh khas hasil usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. . menjadi ).

Sektor UMKM menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Banyuwangi yang sempat turun minus 3,58 persen selama pandemi pada 2020 dan kembali meningkat pada 2021 dengan pertumbuhan positif 4,08 persen. Pada tahun 2022, ketika pandemi mereda, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi diperkirakan akan melebihi 5 persen, dengan salah satu andalan ini terus datang dari sektor UMKM.

Sisi positif penting lainnya yang dapat diambil dari Festival Gandrung Sewu adalah meningkatnya kesadaran dan kecintaan anak muda Banyuwangi terhadap budaya lokalnya. Anda boleh berbangga karena tari Gandrung kini sudah mendunia dan sejajar dengan budaya K-pop Korea yang juga digandrungi banyak negara di dunia.

Baca juga:

Akan kembali, delegasi G20 kagum dengan keindahan pulau Lengkuas Belitung


editor : Marcellus Widiarto

penulis : Diantara

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button