Jawa Tengah

Ekspansi festival musik mencerminkan kebangkitan industri pertunjukan di tanah air

Jakarta (ANTARA) – Java Jazz Festival, Pesta Pora, Synchronize, We The Fest, Soundrenaline hingga NCT 127 menjadi beberapa penampilan musik tahun ini yang berhasil menyedot banyak penonton. Kehadiran puluhan ribu pengunjung dan ratusan musisi di atas panggung menjadi sinyal kuat bahwa dunia hiburan Indonesia telah bangkit kembali.

Diawali dengan Java Jazz Festival yang akan digelar pada 27-29 Mei 2022 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, penikmat musik seakan terbangun dari tidur panjangnya. Setelah itu, pertunjukan musik berlangsung hampir setiap bulan atau bahkan Minggu, baik dalam bentuk festival maupun solo. Hal ini tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi juga di beberapa kota besar.

Dentang alat musik elektrik dan suara vokalis, didukung sound system resonansi yang bertenaga, seakan menjadi penyelamat bagi ratusan ribu pecinta musik live di panggung terbuka.

Tidak ada acara musik sama sekali selama pandemi COVID-19. Acaranya tetap berjalan, hanya dengan konsep yang berbeda yaitu online.

Meski hiburan musik serupa, pengalaman menonton secara langsung tidak bisa digantikan dengan menonton idola dari layar TV atau ponsel. Dering penonton, saling bersentuhan saat berpindah dari satu panggung ke panggung lainnya, bernyanyi bersama tetangga meski tidak saling mengenal, atau heboh saat musik idola yang dirindukan masuk ke panggung, memiliki sensasi dan kesan tersendiri. pengalaman yang tidak dapat diubah hampir tidak pernah terulang.

Pengalaman ini tidak akan pernah bisa tergantikan oleh teknologi terbaru yang tersedia di ponsel atau perangkat audio dengan suara yang bertenaga dan bass yang hebat.

Pada akhirnya, semua orang masih haus akan hiburan musik live. Tak heran, saat festival musik digelar, kemeriahannya begitu luar biasa, meski yang tampil mungkin bukan idola mereka.

Jika kita ikuti dari awal, acara musik yang pertama kali live di masa pandemi adalah Mandalika Music Vibes yang berlangsung di ajang MotoGP Mandalika pada 19-20 Maret 2022 di Mandalika, Nusa Tenggara Barat.

Acara ini meliputi PADI Reborn, Maliq & D’Essentials, Samsons, RAN, Pamungkas, Feel Koplo hingga Slank. Selain pertunjukan musik, penonton juga dimanjakan dengan konsep panggung yang apik dan permainan multimedia yang spektakuler.

Sejak saat itu, sepertinya pihak penyelenggara mendapat angin segar untuk menjadi tuan rumah acara serupa, menampilkan berbagai musisi top Indonesia dan internasional dari Weezer, Westlife, Seventeen, NCT 127, Troye Sivan, The Script, Daniel Caesar, dan orang lain.

titik balik

Amin Abdullah, Direktur Industri Kreatif, Musik, Film dan Animasi Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf), sependapat dengan suasana spiritual yang dirasakan penonton dan para musisi.

Menurutnya, tahun 2022 merupakan titik balik bagi industri musik Tanah Air. Bisnis pertunjukan ini mulai menaiki tangga panggung untuk pulih setelah terpaksa hibernasi akibat pandemi.

“Setelah tahun 2020 mengalami pandemi, tahun 2022 seperti kelahiran kembali, sehingga ada penampilan seperti setiap minggu. Tidak hanya di satu tempat, tapi di beberapa tempat, baik di Jakarta maupun di daerah,” kata Amin.

Berdasarkan Proyeksi Pariwisata dan Industri Kreatif Indonesia Tahun 2020-2021, subsektor musik telah memberikan kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional sebesar Rp5,98 triliun. Angka ini dinilai cukup signifikan dan diperkirakan akan terus meningkat setelah pandemi mereda.

Pada tahun 2022 setidaknya akan ada lebih dari 20 pertunjukan musik yang datang dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, Lombok hingga Medan. Memang ada jeda beberapa bulan antara Mandalika Music Vibes (Maret) dengan Java Jazz Festival yang berlangsung pada Mei lalu, namun setelah itu panggung hiburan seolah tak bisa berhenti begitu saja.

Dari area Jakarta hampir setiap minggu ada festival musik atau konser solo seperti We The Fest (23-25 ​​September), Pesta Pora (23-25 ​​September), Westlife (24 September), Seventeen (24-25 September). Synchronize (7-25 Oktober), 9 Oktober), Singing and Goyang (28-30 Oktober), Soundrenaline (26-27 November), NCT 127 (4-5 November), Joyland Fest (4-6 November), Sarangheyo Indonesia (10 Desember), Proyek Gudang Djarkarta (9-11 Desember), dan Nadin Amizah (22 Desember).

Di luar Jakarta, diadakan pertunjukan musik besar: Explore Livin Sanur Fest 27-29. Mei 2022, Prambanan Jazz (1-3 Juli), Mount Bromo Jazz (22-23 Juli), Jogjarockarta (Skrip Sept Bandung (2 Oktober), dan Toba Caldera World Music Festival (27-28 Juli) Oktober).

Sayangnya, ekosistem yang mulai menunjukkan dominasinya ini dirusak oleh oknum penyelenggara “Cringing Bergoyang” yang mengambil kesempatan untuk meraup untung sebanyak-banyaknya.

Festival musik yang seharusnya berlangsung selama 3 hari itu terpaksa dibatalkan sebelum waktunya di hari kedua. Dibatalkan pada hari ketiga karena kehadiran melebihi kapasitas. Gedung tempat pementasan hanya mampu menampung 10.000 orang, sedangkan jumlah pengunjung mencapai 21.000 orang.

Kejadian ini juga mempengaruhi berbagai pihak, termasuk konser dan festival yang akan diselenggarakan di masa mendatang. Namun, Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) menjembatani kesenjangan tersebut dengan berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif dan Polri untuk mengembangkan Prosedur Operasi Standar (SOP) yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan pertunjukan skala kecil hingga besar.

Penyanyi muda Nadin Amizah, yang akan segera menampilkan penampilan solo debutnya, berharap kemeriahan dunia hiburan Indonesia tidak mereda, melainkan membuktikan kegigihannya. Musisi juga bisa berkarya kembali dan berkarya dari panggung ke panggung seperti sebelumnya.

“Mudah-mudahan makin nyaman lagi,” kata Nadin.

Ekosistem yang telah terbangun dengan baik ini dilestarikan semaksimal mungkin sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan industri pertunjukan musik.

Tentu saja Anda tidak bisa melakukan ini sendirian. Kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menciptakan ekosistem kinerja yang ideal. Tak hanya menghadirkan musisi handal, namun juga menjamin kenyamanan dan keamanan bagi penikmat pertunjukan live music di atas panggung.

Festival musik besar juga lebih baik jika tersebar di berbagai daerah dengan memanfaatkan destinasi wisata yang ada.

Pertunjukan musik panggung ke panggung tidak hanya meningkatkan pendapatan dari sektor musik, tetapi juga memberikan pendapatan bagi pelaku ekonomi di berbagai sektor, mulai dari pariwisata hingga gastronomi dan kerajinan.

Baca Juga: Fariz RM, Vina Panduwinata, Deddy Dhukun, Mus Mujiono Bakal Touring 2023

Baca juga: Kolaborasi Agatha Pricilla dan Mondo Gascaro sukses merilis dua lagu sekaligus

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button