Eduwisata di Desa Ketapanrame menjadi ekonomi warga

Hamparan persawahan yang luas dan hijau menjadi pemandangan yang akan Anda jumpai saat berkunjung ke desa wisata Ketapanrame, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Berbeda dengan kawasan wisata alam lainnya, kawasan desa wisata ini mengusung konsep edu-tourism atau wisata edukasi.

Kawasan wisata seluas empat hektar ini juga diapit pemandangan Gunung Arjuno dan Gunung Welirang. Sehingga pengunjung bisa menikmati alam sambil belajar.

Desa Wisata Ketapanrame baru-baru ini mengembangkan kawasan Dolanan Corner bekerja sama dengan Universitas Negeri Surabaya (Ubaya). Seperti namanya, area ini untuk anak-anak bermain dan belajar tentang permainan jadul (jadul) di luar ruangan.

Congklak, egrang, engkol dan ular tangga disiapkan untuk dinikmati pengunjung, terutama anak-anak yang datang. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan pendidikan berbasis digital.

“Kami juga sedang mengembangkan informasi digital, sehingga nantinya pengunjung dapat memindai barcode yang telah disiapkan untuk mengetahui informasi tumbuhan atau informasi permainan yang mereka mainkan,” ujar ketua tim pengusul Matching Fund (MF) Hari Hananto, SE, M.Ak.

Bermain egrang untuk dinikmati saat berwisata di desa Ketapanrame. (Foto: Pita Sari/Ngopibareng.id)

Menurut Hari, alasan keberadaan pojok Dolanan ini bisa dijadikan sebagai alternatif bagi orang tua untuk mengajak anaknya berlibur selama kuliah. Karena seperti yang kalian ketahui, anak jaman sekarang lebih cenderung menggunakan gadget.

Pihaknya menyampaikan ingin lebih memperluas cakupan pariwisata, yakni pengembangan pariwisata berbasis pendidikan.

“Kami menggunakan sarana, prasarana, kawasan, fasilitas wisata, SDM, serta dukungan program pembangunan desa melalui APBD. Kontribusi ini membuat potensi pengembangan pariwisata sangat menjanjikan,” jelasnya.

Wisata Ketapanrame merupakan penggerak perekonomian warga

Pengembangan desa wisata ini sudah dilakukan selama satu tahun, tepatnya pada tahun 2021. Kepala Desa Ketapanrame Zainal Arifin mengungkapkan, wisata edukasi ini merupakan pengembangan wisata kuliner di wilayah Ganjaran. Di wisata edukasi ini terdapat taman dan edukasi yang bisa dinikmati.

“Kami memiliki 1.000 spesies tanaman toga untuk dilihat pengunjung. Ada di sebelahnya Pemindaian Kode Batang berisi penjelasan tentang tumbuhan tersebut,” jelas Zainal.

Selain itu juga disiapkan spot-spot foto yang menarik, mis. B. Spot foto Walik (foto dengan objek berdiri terbalik) dan lain-lain.

Zainal Arifin juga berharap kawasan wisata ini dapat terus berkembang karena keberadaan kawasan wisata ini memberikan dampak yang besar bagi perekonomian warga sekitar.

Permainan gasing yang juga bisa dimainkan di kawasan wisata ini. (Foto: Pita Sari/Ngopibareng.id)

Warga yang biasanya hanya mengandalkan hasil pertanian kini bisa mencari nafkah dengan berdagang atau menyewakan lahannya untuk pariwisata.

“Di sini administrasinya ada di tangan warga, sistemnya bagi hasil dengan kerja sama kontraktual. Jadi dari awal parkir, yang berdagang dikelola warga sekitar,” kata Zainal Arifin.

Menurutnya, dengan menyewakan sawahnya untuk paviliun, warga bisa mendapat penghasilan Rp 1 juta per bulan.

Sementara penjualan bulanan wisata edukasi ini bisa mencapai Rp 150 juta dalam satu bulan. “Itu sudah diajukan ke kami, tapi untuk total penjualan itu harus kami hitung lagi,” imbuhnya.

Dia menambahkan, investasi untuk pariwisata juga akan diberikan kepada warga. Sekitar 160 keluarga telah berinvestasi dalam tur ini, selain dana dari lembaga lain.

“Di desa kami tidak ada pengangguran, bahkan kami kesulitan mencari orang untuk diajak bekerja sama. Kami mengajak warga desa untuk bekerja,” kata Zainal Arifin.

Temukan foto (terbalik) Walik di wisata edukasi Desa Katampanrame. (Foto: Pita Sari/Ngopibareng.id)

Tempat Wisata Edu di Desa Ketapanrame Wisata Sawah Sumber Gempong

Baca juga

Source: news.google.com