Dulu tidak ada orang Jawa yang bisa membuat gerabah, sekarang mari belajar di Dinoyo, Malang

Reporter: Septyana Cahyani Eka Saputri

SURYAMALANG.COM, MALANG – Pada masa Jawa Kuna atau sebelum Islam menyebar ke Jawa, tembikar jelas memiliki status khusus.

Itulah sebabnya pecahan tembikar sering ditemukan di situs-situs klasik.

Keramik kuno ini umumnya diidentifikasi sebagai barang impor dari Cina atau wilayah Indochina saat ini. Artinya, orang Jawa kuno tidak memiliki keterampilan membuat gerabah.

Mengenai barang pecah belah, orang Jawa kuno hanya bisa membuat gerabah dari tanah liat lalu membakarnya.

Namun kini teknik pembuatan keramik sudah dikuasai oleh berbagai bangsa.

Pengrajin keramik di Dinoyo, Kota Malang hanya sebagian kecil.

Kawasan Dinoyo, khususnya di desa-desa sekitar pasar, telah dikenal sebagai sentra pengrajin gerabah selama kurang lebih setengah abad.

Banyak orang yang berkunjung ke daerah tersebut untuk berbelanja langsung dari pengrajinnya. Berharap untuk harga yang lebih rendah, tentu saja.

Akhir-akhir ini ada upaya untuk menambah nilai lebih bagi kawasan ini. Dari yang semula hanya memamerkan dan menjual barang, kini para perajin mencoba menawarkan wisata edukasi tentang teknik pembuatan keramik.

Salah satu pelopornya adalah Syamsul Arifin, 62 tahun, pengrajin gerabah di Jalan MT Haryono No. 336, Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang 9.

Dikatakannya, Dinoyo Pottery Center saat ini membuka paket wisata edukasi bagi siapa saja yang ingin belajar membuat gerabah.

Paket wisata ini banyak diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari anak sekolah, instansi maupun masyarakat umum.

“Saat ini kami membuka paket wisata edukasi bagi siapa saja yang ingin mempelajari proses pembuatan keramik. Harganya sangat terjangkau, cukup membayar Rp 35.000-50.000 per peserta,” ujar Syamsul Arifin, Jumat (16/12/2022).

Source: news.google.com