Dulu Banyak Sampah, Hutan Kota Plumbungan Sragen Kini Jadi Obyek Wisata Edukasi - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Dulu Banyak Sampah, Hutan Kota Plumbungan Sragen Kini Jadi Obyek Wisata Edukasi – Solopos.com

Solopos.com, SRAGEN — Sragen memiliki fasilitas wisata baru yang memberikan edukasi dan konservasi di hutan kota kawasan Plumbungan, Karangmalang. Pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat diuji akhir pekan lalu.

Wisata hutan kota dengan konsep edu-eco-tourism ini digagas oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo bekerjasama dengan PT Japfa Comfeed.

Daihatsu Rocky Promotion, Harga Mobil Rp 200 Juta Jadi Hanya Rp 99.000

Program tersebut dilaksanakan bersama warga yang tergabung dalam Bank Sampah Karang Becik (Kecik) di Kampung Karang, Desa Plumbungan, Karangmalang, Sragen.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata dan Kebudayaan LPPM UNS Istijabatul Aliyah saat dihubungi solopos.com, Minggu (6/11/2022) mengungkapkan uji coba wisata hutan kota dengan konsep eco-edu tourism di Plumbungan ini merupakan tahap keempat dari program kerjasama UNS-Japfa.

Ia menjelaskan, tahap pertama dilakukan dengan penguatan kelembagaan pengelolaan sampah. Level ini didasarkan pada keberhasilan program yang telah dicapai Japfa dengan dukungan UNS selama beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Diresmikan Bupati, Sragen Punya Desa Wisata Baru dengan Konsep Edukasi dan Religi

Sebelumnya, PT Japfa melakukan investasi sosial berupa pengelolaan hutan kota sebagai ruang terbuka hijau, rekreasi, pendidikan dan konservasi yang disebut Taman Harmoni.

“Penguatan kelembagaan terus dilakukan agar bank sampah kecil dapat menjadi contoh pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat. Hanya 5-10% sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” katanya.

aplikasi tempat sampah

Pengembangan wisata hutan kota di Plumbungan, Sragen tahap kedua akan memperkenalkan teknologi pengembangan aplikasi pipa limbah. Aplikasi untuk pengelolaan sampah dengan pengumpulan terkontrol berbasis teknologi

Istijasaul melanjutkan, tahap ketiga dilakukan dengan mengembangkan konsep pengelolaan sampah terpadu, khususnya sampah organik, untuk menyusun strategi dan mengelola kegiatan pariwisata.

Baca Juga: Diikuti Ratusan Warga, Begini Budaya Kemeriahan Pasar Bahulak Sragen

Ia mengatakan saat itu masyarakat sudah bisa melihat potensi yang mendasarinya dan kemudian mengemas potensi tersebut menjadi daya tarik dalam pengembangan pariwisata lokal, nasional dan internasional.

“Tahap keempat ini berupa upaya Eco-Edu Tourim dengan merakit paket-paket wisata untuk eksperimen pasar wisata Soloraya. Sasarannya mulai dari pelajar hingga keluarga,” ujarnya.

Menurutnya, masing-masing pihak yang terlibat memiliki peran. Misalnya, UNS menawarkan studi tentang pengembangan wisata hutan kota di Plumbungan, Sragen dan pengembangan konsep edu-eco tourism yang kondusif dan mendukung. izin operasi sosial (SLO) dari Japfa.

“UNS juga berperan dalam mempromosikan, melatih dan mendukung kelompok dalam pengembangan dan implementasi wisata edukasi dan konservasi di Hutan Kota JAPFA Sragen Harmoni Hijau,” ujarnya.

Baca Juga: Uniknya Obyek Wisata Gunungsono Miri, Sragen Memiliki Rumah Pohon Berlatar WKO

keanekaragaman hayati

Ia mengatakan kerjasama UNS-Japfa dimulai pada 2019 dengan memetakan potensi dan keanekaragaman hayati di Hutan Kota Plumbungan. Ia mengatakan hasil pemetaan menunjukkan ada lebih dari 59 jenis tumbuhan, 15 di antaranya belum teridentifikasi nama dan manfaatnya.

Pemetaan keanekaragaman hayati juga mendukung pemetaan masalah sosial dan masalah sampah. Awalnya, Hutan Kota Plumbungan menjadi kawasan TPA yang tersembunyi. Di sisi lain, juga rawan kejahatan di malam hari.

“Ternyata sampah itu berasal dari masyarakat sekitar. Japfa melakukan penelitian terhadap timbunan sampah dan hasilnya menunjukkan bahwa 40% sampah adalah anorganik dan sisanya organik. Konsep ruang terbuka hijau bisa menjadi ecu-eco-tourism dan akan disetujui Bupati Sragen pada 2020,” ujarnya.

Baca juga: 2 Tahun Berturut-turut, Inilah Rentetan Pekerjaan Rumah Pasar Bahulak di Karungan Sragen

Ia melanjutkan, Japfa kemudian menggagas lahirnya bank sampah kecil yang menjadi ujung tombak untuk memastikan hutan kota tidak menjadi tempat pembuangan sampah.

Juga pada tahun 2020, Bank Sampah Kecil akan dipercaya untuk mengelola hutan kota. “Tahun 2021 akan ada pandemi Covid-19. Pada tahun 2022 bayang-bayang kota akan kembali. Saat itu dilakukan uji coba eco-edu tourism,” jelasnya.

Daftar dan berlangganan Espos Plus sekarang. Cukup dengan itu Rp99.000/tahun, Anda dapat menikmati berita lebih detail dan bebas iklan serta berkesempatan memenangkan hadiah utama berupa mobil Daihatsu Rocky, motor NMax dan hadiah menarik lainnya. Daftar Espos Plus di sini.

Lihat berita dan artikel lainnya Berita Google

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button