dr Hardiwinoto menilai stagnasi ekonomi Jawa Tengah bukan karena "Ketunggon". - WisataHits
Jawa Tengah

dr Hardiwinoto menilai stagnasi ekonomi Jawa Tengah bukan karena “Ketunggon”.

dr Hardiwinoto menilai stagnasi ekonomi Jawa Tengah bukan karena “Ketunggon”.

Hardi mencontohkan, tanaman bisa subur karena dipupuk.

Rabu, 9 November 2022 | 19:12 WIB – Politik
Pengarang : Wisanggeni . Penerbit: Wis

KUASAKATACOM, Semarang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diharapkan dapat mempertahankan amanah tersebut hingga akhir. Penyelesaian berlangsung dalam hal waktu, hasil dan proses. Demikian disampaikan Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Dr. Hardiwinoto, MSi, Rabu (11/9/2022) bersama.

Hardi mengatakan hal ini terkait dengan seringnya Ganjar berkunjung ke luar daerah.

BERITA TERKAIT:
Sosialisasi pedoman keimigrasian untuk memfasilitasi penerbitan izin tinggal dan sosialisasi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
dr Hardiwinoto menilai stagnasi ekonomi Jawa Tengah bukan karena “Ketunggon”.
Dies Natalis Ketiga, Undip Inn: Semoga makin laris dan bisa memajukan pariwisata Semarang
Mbak Ita berbagi tiga strategi pariwisata kota Semarang untuk pulih dari pandemi
Daya saing desa wisata di enam destinasi harus diperkuat

“Dari segi bahasa agama, ketaatan terhadap tata tertib harus diselesaikan. Itu harus diselesaikan tepat waktu dalam hal hasil dan proses. Kalau sering ditelantarkan dan pergi tidak memenuhi kelengkapan, kecepatan prosesnya terganggu,” ujar mantan dekan FE Unimus ini.

“Semuanya harus segera diputuskan, kemudian koordinasi juga harus terus dilakukan,” imbuhnya.

Ia mengingatkan manajemen harus ketunggon (menunggu) dalam bahasa Jawa, kalau tidak ketunggon kantor membuat bawahan malas. “Kalau malas berarti level pimpinan di bawah sedang terganggu, atau bisa juga karena ditinggal sendiri, bisa juga karena yang di bawah punya motivasi untuk bekerja. Atau keputusan yang perlu diambil dalam rapat-rapat. dan seterusnya, karena kepergian pemimpin juga akan mempengaruhi kecepatan pengambilan keputusan,” ujarnya.

Itu, kata Hardi yang juga alumnus FEB Universitas Diponegoro itu, akan berbeda jika dia ketunggon. “Kalau ketunggon mana hasil kamu, mana hasil kamu, bisa langsung dikumpulkan. Itu yang perlu diperhatikan,” ujarnya.

Hardi mencontohkan, tanaman bisa subur karena dipupuk. “Pupuk yang paling manjur adalah kaki, kalau sering ke tanaman pasti bagus juga. Performanya semakin bagus jika dipupuk atau sering diperhatikan,” kata Hardi.

Selain itu, kata Hardi, pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah mengalami stagnasi selama pemerintahan Ganjar. “Kalau saya lihat macet, apalagi saya bongkar data PAD. Jateng masih tergantung Pajak Kendaraan Kedua Bank Jateng,” jelasnya.

Ini berbeda dengan daerah lain seperti Jawa Timur atau Jawa Barat. “Karena pascapandemi, sektor pariwisata menjadi penyumbang PAD terbesar. Destinasi wisata di Jawa Tengah masih kurang,” pungkasnya.

Sebelumnya, Hardi mengatakan pada September 2022, laju inflasi di Jawa Tengah lebih tinggi dari laju inflasi nasional. Laju inflasi Jawa Tengah sebesar 6,4 persen sedangkan laju inflasi nasional sebesar 5,9 persen.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah lebih rendah dari pertumbuhan nasional. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2022 mencapai 4,6-5,5 persen y/y (yoy), angka ini lebih baik dari tahun 2021 yang hanya 3,32 persen. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,28 persen pada triwulan III 2022.

“Angka ini masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,72 persen,” lanjut alumni FEB Universitas Diponegoro ini.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button