Dispar Bantul: Sampah turis lebih sedikit dari sampah sungai - WisataHits
Yogyakarta

Dispar Bantul: Sampah turis lebih sedikit dari sampah sungai

Dispar Bantul: Sampah turis lebih sedikit dari sampah sungai

TRIBUNJOGJA.COM – Salah satu pencemar di Kabupaten Bantul berasal dari sektor pariwisata.

Saat ini sudah banyak pengelola wisata yang sadar akan kebersihan dan mengelola sampah yang dihasilkan oleh wisatawan.

Namun, Dinas Pariwisata menemukan bahwa jumlah sampah sungai yang hanyut ke laut dan akhirnya terdampar di pantai ternyata lebih banyak daripada sampah wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto mengatakan, setiap pengelola kegiatan wisata biasanya sudah dibarengi dengan kesadaran cara mengatasi sampah, meski menurutnya kesadaran itu masih perlu ditingkatkan.

Baca Juga: Bupati Bantul Dorong Lurah Gunakan TKD untuk Pengelolaan Sampah

“Mungkin ada yang sudah memilah, bahkan mengolahnya, tapi mungkin juga ada yang membuang sampah begitu saja atau membuangnya ke tempat lain, yang berakhir di TPA Piyungan,” ujarnya, Kamis (26/1/2023).

Untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah, pihaknya juga secara bertahap melakukan pelatihan pengelola destinasi wisata, baik yang dikelola Pemkab Bantul sendiri maupun yang dikelola Pokdarwis.

Masalah sampah ini tidak hanya ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), tetapi kegiatan wisata yang menghasilkan residu atau limbah juga diminta pertanggungjawabannya.

Lebih lanjut Kwintarto mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa banyak sampah yang terkumpul di lokasi wisata yang dikelola Pemkot.

Namun untuk kawasan pantai selatan, khususnya di Pantai Parangtritis, jumlah sampah wisatawan relatif sedikit.

“Sampah pemudik sebenarnya relatif kecil, rata-rata hanya 4-9 ton per bulan. Namun yang paling parah adalah saat pergantian musim, terutama musim hujan, sampah-sampah tersebut dibawa ke laut oleh aliran sungai kemudian dibawa kembali ke pantai, jumlahnya mencapai 60-100 ton, jumlah tersebut bisa terkumpul bahkan dalam waktu seminggu. ,” jelasnya.

Pada musim kemarau tidak banyak sampah yang terdampar di pantai tepi sungai.

Perbandingannya sama dengan sampah yang dihasilkan wisatawan.

Namun, jumlah sampah akan bertambah seiring dengan pergantian musim.

Kwintarto mengungkapkan, saat banjir pertama di awal pergantian musim, petugas kebersihan biasanya bekerja dari subuh hingga senja bahkan hingga 10 hari untuk membersihkan sampah.

Baca Juga: Kisah Warga Gondokusuman Jogja yang Sulap Sampah Jadi Wayang Uwuh, Bernilai Ekonomi Tinggi dan Mendunia

“Kalau lama tidak hujan, ya hujan, dan biasanya banyak sampah. Bisa kita simpulkan rata-rata turis dan warung di Parangtritis hanya memproduksi sekitar 4 ton dalam sebulan, tapi saat sungai banjir bisa membawa sampah ke pantai 10 sampai 20 kali lebih banyak dari turis,” jelasnya.

Menurutnya, pihaknya bisa mengontrol perilaku wisatawan dengan membuang sampah atas namanya sendiri, namun sampah di pantai tidak hanya berasal dari wisatawan, ada juga sampah yang hanyut di dasar sungai.

Menurutnya, sumber sampah yang hanyut mengikuti arus sungai tidak hanya dari Bantul.

Sampah-sampah itu bermacam-macam jenisnya, selain sampah rumah tangga juga ada ranting dan dahan yang ikut terbawa arus sungai hingga akhirnya terdampar di pantai.

“Kami tidak mau menyalahkan yang di utara Bantul, tapi faktanya setiap pasang surut seperti itu. Oleh karena itu, sebaiknya ada kesadaran di kota Yogyakarta dan Sleman untuk membuang sampah bukan atau membuang sampah pada tempatnya. Insya Allah akan mengurangi sampah di kawasan pantai selatan,” imbuhnya. (Tribunjogja.com)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button