Dinas Sosial Kota Semarang akan mengubah pengamen menjadi badut jalanan untuk menghibur wisatawan - WisataHits
Jawa Tengah

Dinas Sosial Kota Semarang akan mengubah pengamen menjadi badut jalanan untuk menghibur wisatawan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Dinas Sosial Kota Semarang (Dinsos) memasang stiker dan spanduk secara massal di toko-toko dan warung makan.

Stiker dan spanduk yang dipasang melarang pengemis dan pengemis agar tidak mengemis.

Ini terjadi karena pengemis dan pengamen mulai menyerang warung makan dan toko di kota Semarang.

Menurut Bambang Sumedi, Kepala Dinas Disabilitas Sosial dan Perdagangan Manusia (TSPO) Dinas Sosial Kota Semarang, kondisi ini disebabkan adanya larangan pengemis dan pengamen besar-besaran di permukiman.

Ia mengatakan, seluruh permukiman di Kota Semarang telah mengeluarkan larangan masuk bagi pengemis dan pengamen jalanan.

Warga juga sepakat untuk menolak pengemis dan pengamen yang masuk ke pemukiman.

“Namun, mereka mulai menyasar toko dan warung makan, terutama di kawasan strategis,” ujarnya, Senin (26/12/2022).

Untuk itu, diberlakukan larangan pengemis dan pedagang kaki lima di warung dan toko.

Pemasangan ban tersebut juga sebagai bentuk penunjang pariwisata di kota Semarang.

Dasar pemberlakuan larangan tersebut adalah Perda Momor 5 Tahun 2014 dan Perda Nomor 5 Tahun 2017 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis.

“Tujuan kami adalah untuk membersihkan kota Semarang dari pengemis dan pengamen jalanan. Kami juga mendukung pengembangan pariwisata di Kota Semarang,” ujarnya.

Bambang menjelaskan, Kota Semarang diminati wisatawan dari berbagai daerah.

Jika banyak pengemis dan pengamen akan mengganggu wisatawan yang menikmati keindahan kota Semarang.

Jangan hanya melarang tanpa solusi. Bambang mengatakan, dinas sosial sedang berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.

Koordinasi tersebut terkait penyediaan tempat bagi pengamen hingga badut jalanan di tempat-tempat wisata.

Hal ini bertujuan untuk menghibur wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang.

“Pada dasarnya, kami berupaya memberikan tempat bagi musisi jalanan. Kami ingin mereka bisa tampil tanpa mengemis. Kami bahkan berbicara tentang mereka yang bisa mengisi di restoran dan kafe,” tambahnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button