Desa/Kecamatan Paranggupito membuka lapangan kerja baru - WisataHits
Jawa Tengah

Desa/Kecamatan Paranggupito membuka lapangan kerja baru

RADARSOLO.ID – Desa/Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri memiliki sejumlah andalan. Selain dianugerahi keindahan pantainya, pantai ini juga memiliki seni dan budaya yang unik. Cobalah untuk memanfaatkan potensi ini dengan memperkuat komunitas dan memutus mata rantai pengangguran.

Berada di tepi Samudra Hindia, Desa Paranggupito menawarkan sederet pantai eksotis. Sebut saja Pantai Dadapan, Njojogan, Klothok, dan paling timur adalah Pantai Sembuh. Menariknya, semua pantai tersebut memiliki karakteristik pasir putih. Menjadi magnet yang mampu menarik kunjungan wisatawan.

“Sejak tahun 2020, kawasan kami berkembang menjadi desa wisata. Desa Wisata sangat menjanjikan dan akan menghadirkan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Termasuk berwirausaha,” kata Kepala Desa (Kades) Paranggupito Dwi Hartono, Jumat (16/12).

Selain itu, Desa Paranggupito juga memiliki potensi seni budaya yang tak kalah menarik. Pantai Sembuh misalnya. Ada ritual Larung Agung yang rutin digelar setiap tahun. Tepatnya setiap malam 1 Sura (penanggalan Jawa).

Potensi seni lain yang digali oleh dewan desa Paranggupito (Pemdes), salah satunya adalah kerajinan kepang kuda. Bahkan, setiap keluarga di desa ini memiliki kuda kepang di rumahnya.

“Sebelum saya jadi kepala desa, saya adalah sekretaris desa. Saat itu saya sering mengunjungi desa wisata di daerah lain dan melihat desa wisata bisa mengangkat derajat masyarakat. Termasuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes),” tambah Dwi.

Tahun ini potensi seni dan budaya dihidupkan kembali menyusul pandemi Covid-19. Tidak terbatas, dua acara ukuran sama. Dimulai dengan Festival Tumangkar yang berlangsung pada bulan Mei. Dilanjutkan dengan Festival of Events di bulan Agustus.

Festival Tumangkar diisi dengan penampilan musik anak-anak seperti Yoga Laras, tari Wanoro dan flashmob, Tari Manuk Dadali, Tari Kreasi Paijo, Reog Jaranan Wukir Kencono, Madyo Laras, Pujonggo Mudo Jathilan Klasik, termasuk tembang Dolanan. Termasuk pertunjukan wayang kulit dan ruwatan.

“Melalui festival ini, UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) mulai berkembang di desa kami. Karena kami memberikan kesempatan kepada semua UMKM untuk mengisi formulir berdiri. Ada yang menjual aneka makanan tradisional seperti legondo, cucur dan sebagainya,” kata Dwi.

Ke depannya, Dwi ingin merumahkan seni budaya di desanya dengan membangun tempat khusus. Di tempat ini, warga setempat, khususnya seniman dan budayawan, diberi kesempatan untuk tampil.

“Harapan kami Desa Paranggupito terus maju. Tidak hanya dari wisata pantai, tetapi juga dari seni dan budaya. Sekaligus mengangkat potensi seluruh UMKM di sini,” jelas Dwi. (al/fer)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button