Delman dan becak masih dipertahankan

TRANSPORTASI klasik di kota Semarang seperti becak semakin sulit ditemukan walaupun masih tersedia, hanya tersedia di sudut-sudut kota itupun bisa dihitung dengan jari.

Kereta wagon hampir tidak mungkin ditemukan sejak tahun 90-an, meskipun tidak ada larangan khusus untuk kereta kuda, mereka secara bertahap kehilangan landasan, menyebarkan transportasi bermotor seperti taksi, bus kota, atau angkutan kota di jalan yang berbeda.

Tidak hanya di kota tetapi juga di daerah pinggiran seperti Kabupaten Semarang, Demak, Grobogan dan Kendal sulit menemukan delman (oleh-oleh), juga becak yang tergerus waktu. Meski masih tersedia, namun dibangun kembali dengan tenaga mesin dan hanya untuk angkutan barang.

Delman saat ini hanya tersedia untuk angkutan wisata, di kota Semarang Delman hanya dapat ditemui pada Minggu pagi saat car free day dengan jumlah tidak lebih dari 20 unit dengan mengambil rute terbatas yaitu Jalan Ki Mangunsarkoro, Jalan Ahmad Yani dan Simpang Lima.

“Satu putaran mengitari lintasan seharga Rp 30.000,” kata Wandi, 40 tahun, penarik Delman asal Mranggen, Demak.

Bekerja sebagai penarik kereta, lanjut Wandi, bukanlah pekerjaan utama, karena penghasilan tidak bisa diharapkan, pekerjaan mingguan hanya cukup untuk merawat kuda atau perawatan kecil kereta.

“Hanya keinginan untuk mendapatkannya karena dulu orangtuanya tukang carter,” imbuhnya.

Plt Wali Kota (Plt) Kota Semarang Hevearita G. Rahayu bahkan meminta Delman atau sepeda listrik digunakan di beberapa tempat, seperti mengunjungi objek wisata Desa Flora Mijen, untuk menjaga keindahannya.

Halo para pembaca XNews.id, sampaikan penilaian Anda terhadap konten berita XNews.id. Ini akan menjadi masukan bagi kami. Redaksi XNews.id. Nilai ulasan Anda dengan mengeklik konstelasi di bawah ini. Terimakasih banyak !!

Source: news.google.com