Dari seonggok sampah, pria ini memberi makna dan kehidupan pada wayang - WisataHits
Yogyakarta

Dari seonggok sampah, pria ini memberi makna dan kehidupan pada wayang

Dari seonggok sampah, pria ini memberi makna dan kehidupan pada wayang

Harianjogja.com, JOGJA — Kecintaan terhadap seni banyak bentuknya, termasuk memanfaatkan limbah sebagai bahan pembuatan wayang. Melalui kreativitasnya, Iskandar Hardjodimuljo mampu menjelajahi dunia.

Semasa kecil, Iskandar dianggap nakal dan suka bermain-main. Jalan dari Jogja ke Solo sudah tidak asing lagi baginya saat duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. Sayangnya, hobi bermain game ini memaksanya untuk keluar dari kelas.

Akhirnya orang tuanya membawanya ke sekolah di dekat Gentan, Jalan Kaliurang, Sleman. Di bekas kediaman masih sepi dan pedesaan Dalam hal ini, tidak jarang ada pertunjukan wayang ketika masyarakat memilikinya kerja.

Pertunjukan wayang di sekitar kediaman saudaranya bisa berlangsung siang atau malam. Siang hari biasanya untuk dalang junior, sedangkan malam hari untuk dalang utama.

Iskandar kecil adalah penikmat pertunjukan wayang. Suatu ketika, saat menonton wayang malam, dia tertidur di tempat sampah. “Tempat sampahnya ada bagian yang daunnya banyak yang kering, hangat buat tidur, langsung bangun goro goro [adegan saat punakawan muncul]. Pernah adik ibu saya datang dan memukulnya dengan sarung karena tidur di tempat sampah, saya masih ingat sampai sekarang,” kata Iskandar saat melihat Pendidikan di halaman rumahnya, Demangan, di Angkringan, Minggu (15/01/2023). Jogja, kena. .

Juga pada pementasan tidak jarang ada yang menjual wayang karton. Alexander tertarik. Dia tidak membuat wayangnya sendiri dengan membelinya, melainkan dari kotak rokok.

Otodidak dan ingin bereksperimen, Iskandar kecil dan teman-temannya membuat beberapa boneka. Mereka bergiliran mementaskan di gudang taman. Pemirsa adalah teman. suara gamelan? Mulut manusia itu serba guna.

BACA JUGA: Keajaiban wisata khas China ini cocok untuk dikunjungi saat liburan Imlek

Namun, Iskandar tidak lagi dekat dengan Wayang sejak lulus SD hingga kuliah. Baru saja bekerja sebagai auditor internal dan manajer keuangan di beberapa perusahaan di Jakarta sejak 1997, ia kembali terhubung dengan kenangan masa kecilnya. Sepulang kerja ia melukis wayang baik di atas kanvas, kaca atau media lainnya.

Tidak terkesan melanjutkan, studi ekonomi justru memperkuat keputusannya di dunia seni. Di bidang ekonomi, ada analisis pasar dan pesaing yang ia terapkan saat memilih lukisan wayang.

Iskandar Hardjodimuljo./Jogja-Sirojul Khafid Daily

Ini karena ada banyak aktor dalam lukisan abstrak, kontemporer, dan lainnya. “Saya ingin pameran di luar negeri, tapi misalnya seni lukis umum, perbandingannya bisa 1:1000 dengan seniman lain, itu banyak. Akhirnya saya putuskan untuk melukis wayang, pertama karena cinta, kedua karena persaingannya tidak banyak,” ujar lulusan Program Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan (STIE YKPN) ini.

“Saya juga ingin melestarikan seni wayang yang mulai dijauhi anak muda,” imbuhnya.

Kegiatan berkesenian yang awalnya hanya berlangsung setelah bekerja, ternyata membuat Iskandar berhenti dari pekerjaannya sekitar tahun 2002. Bukan karena diberhentikan, tapi karena Iskandar lebih memilih fokus di dunia seni.

percobaan

Iskandar menjadi salah satu undangan dalam acara tersebut Jakarta Dua Tahunan 2013 berdasarkan topik Apakah ada seni di antara kita? Saat itu belum ada ide konkrit. Pendanaan juga ketat. Iskandar yang saat itu sedang membangun kampung seni di tepian Sungai Ciliwung, terbentur masalah akibat banjir. Bendungan yang jebol menyebabkan banjir hingga atap rumah.

Setelah retret, banyak sampah yang tertinggal. Sampah seperti botol plastik, seng, bambu dan triplek menjadi ide di benak Iskandar.

Semua itu ia gunakan sebagai media melukis wayang. Ia kembali melakukan berbagai eksperimen seolah mengulang kembali aktivitas masa kecilnya bersama teman-teman di kampung tua.

Hal ini memunculkan ide Wayang Uwuh, sebuah boneka yang terbuat dari bahan limbah.

“Wayang Uwuh yang kemudian dipamerkan di Taman Ismail Marzuki Jakarta bersama karya seniman dari 16 negara lainnya mendapat sambutan antusias. Dari situ, Iskandar kerap diminta turun tangan bengkel di kampus, di perusahaan, desa, anak jalanan dan lain-lain. Termasuk pameran di Bangkok 2017”, ujar bapak dua anak ini.

Wayang Uwuh sukses tampil di beberapa pameran dan museum di beberapa negara Asia, Eropa, dan Amerika.

BACA JUGA: Pementasan Wayang Malioboro 1.000 layar akan digelar pekan depan

Pria berusia 60 tahun ini pun ikut turun tangan bengkel dengan peserta dari kalangan akademik di berbagai benua. Termasuk memberikan pelatihan cara membuat wayang uwuh dari sekolah-sekolah di Indonesia hingga Korea Selatan.

Iskandar selalu berbahasa Indonesia di setiap bengkelnya. Bukan karena dia tidak fasih berbahasa Inggris, dia hanya melakukannya untuk memperkenalkan bahasa ibunya kepada dunia.

Berbagai pameran internasional ini juga membawa Wayang Uwuh menjadi ruang yang permanen Pusat Seni dan Budaya Bangkok yang terjadi di Thailand.

Pengelola SEA Junction yang terletak di lantai empat mengambil Wayang Uwuh dari Indonesia dan menjualnya di sana. Setiap beberapa bulan mereka datang membawa wayang uwuh sebanyak produksi Iskandar.

“Sangat untuk mengambil sebisa mungkin jualan disitu saja. Bangkok sebagai wisata internasional, pembeli Wayang Uwuh juga datang dari berbagai negara,” ujarnya.

“Orang asing bangga dengan wayang, orang Indonesia tidak. Ukuran kaya orang asing dengan koleksi seni, sementara [ukuran kaya] Kami adalah mobil dan rumah,” katanya.

Salah satu kunci keberhasilan Wayang Uwuh menjelajah mancanegara terletak pada pembeda. Artis lain juga bisa melakukannya, terutama yang masih muda. “Agar diakui, kreativitas harus memiliki sesuatu yang berbeda, membedakan. [Walaupun] Kalau mau kaya jangan jadi artis, artis kaya bisa dihitung. Kecuali Indonesia sudah menjadi negara maju dan indikator seseorang itu kaya adalah koleksi karya seni,” kata Iskandar.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button