Cobalah kompyang, burger ala solo yang sederhana namun lezat - WisataHits
Jawa Tengah

Cobalah kompyang, burger ala solo yang sederhana namun lezat

Cobalah kompyang, burger ala solo yang sederhana namun lezat

TEMPO.CO, solo – Haryono (52), pembuat kompyang, kue tradisional khas Solo, baru memulai harinya saat kota Solo mulai tutup. Sekitar tengah malam, ia dan tiga rekannya berkumpul di sebuah dapur di kawasan padat penduduk untuk mulai menyiapkan jajanan tradisional khas solo yang menyerupai burger ini.

Haryono telah menekuni profesinya selama lebih dari 30 tahun. Kue tradisional solo berwarna cokelat muda beraroma panggangan bertabur biji wijen ini sudah dikenal Haryono sejak usia 5 tahun.

Pasalnya, ibu dan paman Haryono merupakan pembuat kompyang ternama di Kota Solo sejak tahun 1970-an. Meski sudah terkenal, kue kompyang Haryono tetap menggunakan peralatan tradisional agar cita rasanya tidak berubah.

Kue kompyang dibuat dengan menggunakan oven yang dipanaskan dengan kayu bakar berbentuk lingkaran dengan lebar 4 meter dan kedalaman 1,5 meter. Untuk mendapatkan cita rasa yang otentik, oven yang digunakan tidak boleh sembarangan, ia harus memesannya sendiri dari salah satu pengrajin di daerah Pedan Klaten.

Tidak hanya alat untuk membuat Kompyang, hingga saat ini Haryono masih mempertahankan cara tradisional dalam membuat Kompyang agar tidak mengubah khasiatnya. Ada 4 babak dalam pembuatan Kompyang yaitu meremas (membuat adonan), mendesah (ratakan adonan), Semacam spageti (Taburkan wijen pada adonan) dan panggang.

Semua proses tersebut dilakukan secara manual oleh Haryono dan ketiga rekannya dan memakan waktu sekitar satu jam dari pukul 23.30 hingga 04.00. Harus disiapkan pada jam ini, karena compyang adalah salah satu makanan yang dimakan di pagi hari, sehingga kenikmatan mengolahnya sepanjang hari menjadi berkurang.

Dari segi bahan yang digunakan, Haryono belum menambahkan topping atau isian kekinian. Bukan malah memodifikasinya dengan rasa yang sedang populer di pasaran.

Sambil terus menguleni adonan, Haryono menjelaskan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat kompyang hanya tepung terigu, gula pasir, biji wijen, dan air. Bukan tanpa alasan penambahan keju mozzarella, teh hijau atau perasa sejenis dapat mengganggu proses pembuatan dan menghilangkan tekstur compyang yang keras dan sedikit renyah.

Dalam proses produksi, ia membagikan 75 kilogram tepung dan beberapa bahan lainnya, diukur menurut perkiraan pengetahuan ilmiah. Bagi Haryono, membuat compyang membutuhkan pengolahan rasa atau kepekaan rasa, mulai dari bahan hingga suhu api yang digunakan untuk pembakaran.

Jika tidak, alih-alih membuat karya besar Kue, takaran yang salah atau api yang terlalu panas dapat membakar atau mengeraskan kompang. Satu jam berlalu, Haryonos Compyang sudah siap, ia mengambil buahnya dan menyajikannya dalam keranjang anyaman bambu.

Haryono mengatakan usahanya tetap berjalan lancar meski lapisan masyarakat lain terganggu selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19. Dapur yang mendukungnya sebenarnya agak terguncang oleh kenaikan harga komoditas yang merayap sejak Maret 2022.

Kenaikan harga bahan baku Kompyang bahkan mencapai 100 persen atau dua kali lipat, dari Rp 140.000 per karung atau setara 25 kilogram menjadi Rp 189.000 per karung. Situasi ini memaksa Haryono ikut menaikkan harga jual Kompyang dari Rp 1.000 menjadi Rp 1.500 per biji.

Sebelum ayam berkokok pada pukul 03.00, beberapa orang telah datang dan pergi dari dapur Haryono untuk membeli kompyangnya. Ada yang membeli puluhan biji untuk dijual kembali, ada pula yang membeli 3 biji untuk dinikmati sendiri saat sahur atau sebagai cemilan pagi.

Kompyang bisa dinikmati dengan berbagai cara. Hidangan ini bisa disantap langsung selagi masih hangat dengan membaginya menjadi dua dan menambahkan isian pia pia yang dicampur dengan santan agar menyerupai kolak, atau dengan mencelupkannya ke dalam teh. Mereka yang tahu mengatakan semua jalur terasa istimewa, terutama bagi mereka yang menyukainya.

Baca juga: 6 rekomendasi kuliner khas Kota Blitar

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita terkini dan berita unggulan dari Tempo.co di kanal Telegram Tempo.co Update. klik Pembaruan Tempo.co bergabung. Anda harus menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button