Cerita Horor Gua Era Kolonial Jepang - WisataHits
Jawa Barat

Cerita Horor Gua Era Kolonial Jepang

Bogordaily.net– Tahura atau Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda, Bandung adalah cagar alam. Setelah dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda, taman ini awalnya merupakan hutan lindung yang kini dibuka untuk umum. Ada beberapa objek wisata di Tahura yaitu Gua Belanda, Gua Jepang, Air Terjun Omas dan Air Terjun Dago. Untuk menuju objek wisata ini, Anda hanya bisa berjalan kaki.

Nah, di balik indahnya suasana Tahura, hutan ini menyimpan misteri dan sejarah kelam yang membuat suasana ini terasa menakutkan. Salah satunya adalah cerita tentang gua Jepang di Tahura.

Gua ini, dilansir SuaraSoreang.id, dulunya digunakan tentara Jepang untuk pengintaian, pemotretan, ruang rapat, gudang, dan dapur. Gua ini juga memiliki empat pintu masuk dan dua lubang pengawas.

Setelah Sekutu menyerang Jepang, Goa Jepang diserang dan banyak tentara Jepang tewas di dalamnya. Setelah itu, gua ditutup dengan dedaunan hingga gua ini ditemukan kembali pada tahun 1965 dan dirawat.

Meski telah dirawat dan dirawat selama bertahun-tahun, namun aura mistisnya masih sangat kental. Begitu Anda melewatinya, Anda langsung merasakan hawa dingin yang menyengat dari dalam. Dinding murni dan jalan berbatu membuat sejarah gua Jepang ini sangat berbeda.

Mengutip dari Youtube Story of the Land of Java, salah satu crew Hari belum lama ini berkunjung ke Goa Jepang. Di sana ia bertemu dengan salah satu penjaga bernama Ayame. Konon Ayame adalah seorang wanita pribumi yang dipaksa untuk memenuhi keinginan tentara Jepang.

“Karena Ayame dipaksa datang ke sini oleh tentara Jepang setelah kematian suaminya, Ayame mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,” kata Hari.

Di dalam goa juga terdapat tempat yang sering digunakan orang untuk melakukan ritual, dan di tempat ini suasana mistis sangat negatif. Tak hanya itu, Hari selalu ditemani Ayame di dalam ruangan. Berikutnya adalah tempat yang sering digunakan untuk menghukum penduduk asli.

Ini disebut jalan buntu. Energi di sini sangat kuat. Ada beberapa seperti kekejaman Jepang terhadap Romusha, bagi mereka yang dianggap tidak mampu dieksekusi di lokasi ini.

Hari juga menyatakan bahwa jika dia tinggal lama, tentara Jepang akan membuat suara yang menghentak, seolah-olah tentara sedang berbaris. Dan para prajurit semua berlarian tanpa kepala.***

Source: bogordaily.net

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button