Candi Gedongsongo diblokir dari resesi oleh proyek PUPR - WisataHits
Jawa Tengah

Candi Gedongsongo diblokir dari resesi oleh proyek PUPR

Semarang, IDN Times – Resesi global yang diperkirakan akan menjalar ke seluruh negara pada 2023 menimbulkan kekhawatiran tersendiri, khususnya bagi pengelola properti pariwisata di Jawa Tengah.

Salah satunya diamati oleh pengelola Candi Gedongsongo di Kabupaten Semarang. Mereka dipenuhi dengan kekhawatiran ketika mereka melihat prospek ekonomi untuk tahun 2023.

1. Jumlah wisatawan akan turun 50 persen tahun depan

Menghadapi resesi, pengembangan pariwisata di Candi Gedongsongo menghambat proyek PUPRPotret Candi Gedong Songo Semarang (instagram.com/riifography)

Menurut Siyamto, Kepala UPTD Pariwisata Candi Gedongsongo Ungaran, karena situasi kunjungan wisatawan belum pulih setelah 2,5 tahun pandemi, pemerintah candi khawatir kondisinya akan memburuk pada tahun depan seiring dengan tahap pengembangan, dengan potensi untuk mengurangi minat wisatawan.

“Selama ini perekonomian masyarakat belum sepenuhnya pulih. Selain itu, situasi ekonomi daerah juga tidak stabil. Banyak orang secara otomatis akan menggunakan tabungannya untuk hal-hal konsumtif dan menunda keinginan untuk berlibur. Dan saya kira tahun depan, ketika terjadi resesi, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Candi Gedongsongo pasti akan berkurang hingga 50 persen,” kata Siyamto saat diwawancarai. waktu IDNMinggu (23/10/2022).

Baca Juga: 2 Tahun Pandemi, Karimunjawa dan Gedongsongo Hanya Mengandalkan Turis Lokal

2. Dibatasi oleh proyek akses jalan

Menghadapi resesi, pengembangan pariwisata di Candi Gedongsongo menghambat proyek PUPRgoogle.com

Ia mengungkapkan, pengembangan objek wisata Candi Gedongsongo tentu akan terhambat, seiring dengan upaya Kementerian PUPR yang akan membenahi akses jalan dari Bandungan hingga gerbang depan candi.

Tahap perencanaan jalan untuk PUPR akan dimulai awal tahun depan. Mulai dari renovasi tempat parkir, melalui renovasi jalan, hingga bagian depan situs Candi I Gedongsongo.

“Ini merupakan program kerja Kementerian PUPR mengembangkan perbaikan jalan terkait Bandungan. Proyek ini termasuk dalam bagian keempat dari Program Revitalisasi Pintu Masuk Candi Gedongsongo. Tapi tentu akan menjadi kendala bagi kita yang akan menyusun strategi promosi pariwisata, dewan dan bupati, tapi karena ini sudah menjadi program nasional, tidak ada yang bisa kita lakukan,” jelasnya.

3. Candi Gedongsongo selama ini hanya mengandalkan wisatawan lokal

Menghadapi resesi, pengembangan pariwisata di Candi Gedongsongo menghambat proyek PUPRIlustrasi kunjungan wisatawan (ANTARA PHOTO/Anis Efizudin)

Diakuinya, penataan akses jalan tentu akan mengurangi antusiasme masyarakat yang berlibur ke Candi Gedongsongo. Di sisi lain, ia menyampaikan situasi saat ini sangat berbeda dengan tahun 2019, dimana kunjungan wisatawan belum membaik.

Setelah pandemi COVID-19 selama kurang lebih 2,5 tahun, jumlah wisatawan di Candi Gedongsongo sekitar 200-500 orang pada hari biasa. Selama liburan itu meningkat menjadi antara 1.500 dan 3.000 orang.

“Di Gedongsongo, sekitar 200-500 orang berkunjung pada hari biasa. Pada akhir pekan atau hari libur, 1.500-3.000 wisatawan datang. Wisatawan yang sering berlibur di Gedongsongo kebanyakan adalah wisatawan lokal. Orang asing sangat jarang. Sejak pandemi hingga saat ini kunjungan belum terlaksana dan belum bisa sembuh. Rata-rata lebih rendah 80 persen dibanding 2019, jadi lagi-lagi butuh proses dan kerja keras,” ujarnya.

Lanjutkan membaca artikel berikut

Favorit Editor

4. Perlu bantuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Menghadapi resesi, pengembangan pariwisata di Candi Gedongsongo menghambat proyek PUPRANTARA FOTO/Holik Mandailing

Ia berharap, Pemkab Semarang dan Kemenparekraf dapat berperan aktif menjaga stabilitas industri pariwisata agar mampu menghadapi resesi global tahun depan.

Upaya pihaknya adalah meningkatkan daya tarik produk dan meningkatkan strategi pemasaran. Selain itu, Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif harus ikut mempromosikan keunggulan daya tarik wisata di Candi Gedongsongo.

“Ya, kita berharap tidak jatuh seperti pandemi kemarin. Apa pun yang terjadi, kita harus bangkit, apalagi saat terjadi resesi,” ujarnya.

5. Bonbin Mangkang memutuskan untuk mengembangkan pariwisata berbasis digitalisasi

Menghadapi resesi, pengembangan pariwisata di Candi Gedongsongo menghambat proyek PUPRSeekor gajah Sumatera berusia sembilan tahun bernama Guntur beraksi merayakan HUT RI ke-77 di Bonbin Mangkang. (Dok. Bonbin Mangkang Semarang)

UPTD Bonbin Mangkang atau Kepala Kebun Binatang Semarang Choirul Awaluddin mengaku masih optimistis dengan situasi ekonomi tahun depan. Namun, sejumlah langkah telah dilakukan untuk mengantisipasi dampak resesi global yang berpotensi melanda Indonesia.

“Tujuan kami untuk menghindari dampak resesi, yaitu dengan mengembangkan pariwisata berbasis digitalisasi. Sampai saat ini, kami masih memiliki MoU dengan beberapa perusahaan. Misalnya, dia akan menggunakan Cenima Film untuk menutupi biaya makanan reptil selama dua tahun ke depan. mengembangkan kendaraan mainan baru berbasis pendidikan digital. Semuanya direncanakan. Dan itu akan menjadi proyek bersama dengan pihak ketiga,” katanya saat dihubungi IDN kali.

Ia menargetkan wahana-wahana baru yang bersifat digital itu bisa tayang pada 2023. Selain itu, bank akan terus bekerja sama dengan kegiatan CSR untuk mengurangi biaya pakan.

6. Biaya pakan ternak di Bonbin Mangkang sekitar 150 juta rupiah

Menghadapi resesi, pengembangan pariwisata di Candi Gedongsongo menghambat proyek PUPRDua bayi harimau Bengal berusia tiga bulan saat diperlihatkan kepada pengunjung di Bonbin Mangkang Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Menurutnya, tingginya biaya pakan membuatnya memutar otak untuk mencari peluang baru.

“Pakan ternak sangat mahal. Biayanya bisa Rp 150 juta per bulan. Yang kemudian membebani kami adalah gaji karyawan. Makanya kami sering mendapat sumbangan pakan ternak seperti tiga sampai empat truk pikap dengan sayur-sayuran,” jelasnya.

Selain itu, dia mencatat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bonbin Mangkang sekitar ratusan ribu setiap bulannya. Persentasenya 50 persen wisatawan lokal dan 40 persen wisatawan asing.

“Target PAD yang kita tagih tahun ini Rp 150 juta. Kalau dilihat realisasinya, sudah dilampaui lima kali lipat. Sekarang kami telah menerima Rp 1,2 miliar. Kami akan mengejar tujuan lagi selama liburan sekolah di akhir tahun. Biar bisa mencapai Rp 3 miliar,” ujarnya.

Baca Juga: Peternak Banyak Bangkrut, Bonbin Mangkang Terima Pengiriman Puluhan Hewan

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button