BI merumuskan tiga pilar Kerangka Pengembangan UMKM – KRJOGJA - WisataHits
Yogyakarta

BI merumuskan tiga pilar Kerangka Pengembangan UMKM – KRJOGJA

YOGYA, KRJOGJA.com – Bank Indonesia (BI) merumuskan kebijakan (framework) pengembangan UMKM melalui tiga pilar kebijakan, yakni penguatan formasi enterprise, peningkatan kapasitas dan akses pembiayaan untuk mendorong UMKM berdaya saing guna mempercepat pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dalam mendukung upaya pengembangan UMKM, BI DIY telah terlibat aktif dalam melakukan berbagai event nasional/internasional dan menjalankan program pengembangan ekonomi lokal untuk mewujudkan klaster ketahanan pangan, antara lain.

Kepala Perwakilan BI DIY Budiharto Setyawan menjelaskan strategi pengembangannya adalah mendorong UMKM berdaya saing untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi inklusif melalui tiga pilar kebijakan, yaitu penciptaan usaha, kapasitas dan pembiayaan. Kebijakan pengembangan UMKM BI dimaksudkan untuk mendukung kebijakan utama BI di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.

“BI DIY selama ini berperan dalam perkembangan UMKM dan mulai menggelar Event Tenaga Kerja Kreatif Indonesia (KKI), Festival Ekonomi Syariah, Festival Ekonomi Syariah Internasional bagi UMKM Grebeg DIY untuk mendukung UMKM digital dan dalam to go export. Selain itu, kami telah mengadakan FGD untuk meningkatkan akses pembiayaan UMKM, promosi perdagangan luar negeri, kurasi UMKM, forum konsultasi dan komunikasi ekspor-impor, sertifikasi halal, pengembangan desa wisata dan sebagainya,” katanya di Yogyakarta, Jumat (19/8). /2022).

Budiharto mengatakan, pihaknya menciptakan pertanian digital cerdas berupa klaster bawang merah Nawugan dan klaster cabai Sleman dengan hadirnya aplikasi diPanen.id yang diikuti 1.779 petani dengan 14 titik kumpul. Selain itu, peningkatan capacity building Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY. Namun sayangnya, pembiayaan UMKM saat ini masih menghadapi kendala terbesar berupa asimetris informasi antara UMKM dengan lembaga keuangan, dimana terdapat gap antara bank dan UMKM.

“Dari sisi perbankan, masih terbatasnya informasi tentang UMKM yang berpotensi untuk dibiayai. Sementara itu, dari sisi UMKM, kinerja UMKM yang belum pulih akibat pandemi menjadi akar dari kurang optimalnya permintaan kredit, dan rendahnya literasi keuangan masih menjadi faktor pendorong terjadinya underborrowing UMKM. Di sisi lain, ketersediaan dan kesesuaian produk pembiayaan bank dengan kebutuhan dan kondisi UMKM masih menjadi salah satu faktor pendorong belum optimalnya pembiayaan bank,” ujarnya.

Source: www.krjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button