BI Jatim dorong pemulihan sektor pariwisata - WisataHits
Jawa Timur

BI Jatim dorong pemulihan sektor pariwisata

Pagelaran Banyuwangi Ethno Carnaval (BEC) menjadi salah satu pendongkrak wisata sekaligus mendongkrak ekonomi UKM.

Banyuwangi, Bhirawa

Jumlah wisman dan devisa saat ini menunjukkan tren perbaikan yang stabil di tahun 2022, sejalan dengan tren peningkatan mobilitas wisatawan nusantara. Namun, kinerja lama menginap justru menurun dibanding tahun 2021 karena banyaknya hotel yang digunakan untuk isolasi mandiri atau karantina Covid-19 sepanjang tahun 2021.

Siti Rohmawati, Deputi Direktur BI Jawa Timur, mengungkapkan ada kesamaan pendorong peningkatan kinerja wisman dan wisman, yakni membaiknya kondisi keuangan, kemudian travel requirement dan munculnya destinasi wisata baru.

“Kinerja pariwisata tahun 2022 diharapkan terus membaik, pertumbuhan wisman triwulan II 2022 mencapai 167,03 persen (YoY), atau meningkat 104,9 persen secara triwulanan,” ujarnya.

Siti Rohmawati menjelaskan kinerja yang membaik juga tercermin dari pertumbuhan nilai tukar pada triwulan II 2022 yang mencapai 168,05 persen (yoy), atau meningkat 97,02 persen dari triwulan sebelumnya.

Adapun timeline recovery pariwisata Kemenparekraf antara lain tahun 2020-2021, survivability melalui crisis management dan impact reduction melalui program Quickwins yaitu Crisis Management and Pandemic Management for Tourism Destination (melalui Implementasi protokol CHSE, memperkuat destinasi produk wisata lokal).

“Tahun 2022-2023 merupakan masa pemulihan dan percepatan pemulihan serta peningkatan produktivitas melalui program Quickwins dengan membuka perbatasan, memperbanyak destinasi pariwisata, mengutamakan dukungan terhadap pariwisata dalam negeri, memulihkan pariwisata outbound dan ekosistem pariwisata untuk membantu merevitalisasi perekonomian nasional,” ujar Siti Rohmawati .

Dan tahun 2024-2025 merupakan masa pertumbuhan dan percepatan untuk mempersiapkan destinasi dan industri wisata masa depan yang adaptif dan berkelanjutan melalui program unggulan penghimpunan destinasi prioritas (DPSP) dan penciptaan ekosistem pariwisata yang adaptif dan berkelanjutan.

Pengangkat bisnis komunitas
Dengan menambah dan meningkatkan destinasi wisata, dipastikan dapat mendongkrak perekonomian baik pemerintah maupun masyarakat Banyuwangi. Karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga keindahan destinasi wisata agar bisa mengundang wisatawan.

Apalagi destinasi wisata di Banyuwangi ini tidak hanya Tamansari tetapi ada beberapa destinasi wisata menarik lainnya seperti Kawah Ijen, Taman Nasional Baluran, Banyuwangi Dialogoog, Taman Blambangan, Pantai Pulau Merah, Teluk Hijau, Pantai Sukamade, Pantai Plengkung dan Pulau Tabuhan, De Dinas dan Taman Nasional Alas Purwo.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi M Yanuar Bramuda mengatakan, di Banyuwangi semua pelayanan merupakan biro pariwisata dengan slogan The Sunrise of Java. “Jadi kita tidak butuh Superman, tapi kita butuh kerjasama untuk memajukan Banyuwangi melalui destinasi wisata,” ujarnya.

Begitu juga dengan Banyuwangi Ethno Carnaval (BEC) yang berlangsung setahun sekali. “Kegiatan BEC ini sebenarnya berada di bawah naungan Disparbud, namun kegiatan ini juga menjadi tanggung jawab Dinas Koperasi untuk mempersiapkan UKM guna menggairahkan kegiatan BEC,” ujarnya.

Yanuarto Bramuda menegaskan, kegiatan BEC ini tidak hanya bermanfaat bagi perekonomian UKM tetapi juga pendapatan Kabupaten Banyuwangi. “Jadi seluruh dinas di Banyuwangi harus bisa membuat inovasi program dan event yang bisa menarik wisatawan baik dalam maupun luar Banyuwangi, bahkan dari mancanegara.

Seperti yang dikatakan Ibu Rasmini, di setiap acara BEC, penjual lontong pecel menyambut gembira acara tersebut karena sangat meningkatkan pendapatan ekonominya. “Sudah dua tahun vakum, tidak ada event BEC sehingga banyak pedagang yang standby sejak pagi digelar. Syukurlah sisa dagangan tinggal sedikit dan saya dapat Rs 2 juta,” ujarnya.

Untuk itu, Rasmini berharap event BEC ini tidak menjadi agenda tahunan Banyuwangi. Syukuran bisa sebulan sekali, ujarnya sambil tertawa.

Berbeda dengan Vivi yang berasal dari Malang, ia selalu hadir saat Banyuwangi menggelar acara BEC. “Jangan terlalu sering mengadakan acara BEC ini, lebih baik setahun sekali agar masyarakat tidak bosan,” ujarnya.

Sementara itu, banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Banyuwangi menjadi harapan baru bagi para pelaku pariwisata di Banyuwangi. Saat pandemi Covid-19 merebak, otomatis pasar pariwisata mancanegara Banyuwangi hanya mengandalkan ekspatriat dan wisatawan yang tidak bisa pulang ke negaranya.

Namun, pada tahun 2020 ini masih ada 15.517 wisatawan mancanegara yang datang berkunjung. Paling parah tahun 2021 karena hanya ada 2.145 wisman selama setahun. Banyuwangi hampir seluruhnya mengandalkan wisatawan lokal yang masih membantu jumlah kunjungan mencapai 1,4 juta orang setahun.

“Kalau melihat pergerakan wisman saat ini, kita targetkan ada perbaikan. 25.000 orang per tahun jika memungkinkan,” katanya.

Menurut Yanuarto Bramuda, Banyuwangi memiliki jumlah kunjungan wisman tertinggi pada 2019. Saat itu, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Banyuwangi selama setahun mencapai 100.622 orang. Puncak kedatangan wisatawan mancanegara dapat diamati pada bulan Juni, Agustus, dan Desember. Tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 14.817 kunjungan wisman.[riq.mut.bed]

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button