Bhre Bhawana, ubah puntung rokok menjadi lukisan dan kerajinan tangan - WisataHits
Jawa Timur

Bhre Bhawana, ubah puntung rokok menjadi lukisan dan kerajinan tangan

SURABAYA (ANTARA) – Deretan toples tinggi berisi puntung rokok terlihat di sudut rumah Bhre Bhawana Praja Kawula, teman SDN Keling V, siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD), di Kota Surabaya, Timur. Jawa.

Setiap toples yang berjejer rapi di rumah Bhre di Boyfriend Keling Surabaya memiliki isi yang berbeda-beda. Ada gelas dengan puntung rokok yang masih utuh, sisa tembakau, kertas rokok, filter rokok dan filter rokok yang dipotong kecil-kecil.

Bocah 10 tahun ini mengaku prihatin saat melihat puntung rokok yang banyak bertebaran dimana-mana dan berinisiatif untuk mengubahnya menjadi benda yang berguna.

Selain itu, menurut informasi yang diterima Bhre dari Internet, puntung rokok adalah sampah terbesar di dunia, dan tidak banyak orang yang peduli dengan keberadaannya.

Selama ini sampah rokok dianggap sampah kecil yang tidak mencemari lingkungan. Sedangkan puntung rokok merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terurai di dalam tanah.

Bhre juga mendapat informasi dari internet bahwa puntung rokok bisa diolah menjadi barang yang bermanfaat dan ekonomis. Puntung rokok dapat dibuat menjadi boneka, bantal dan kasur, seperti di India. Di Amerika juga diproses menjadi plastik dan interlayers, di Australia menjadi batu bata dan trotoar.

Sementara di Indonesia, penghasil puntung rokok terbesar kedua di dunia, tidak banyak orang yang peduli.

Inisiatif pertama datang ketika Bhre pulang dari bermain sepak bola dan melihat puntung rokok berserakan di mana-mana.

“Kok seperti mengganggu kebersihan dan tidak ada yang peduli. Padahal puntung rokok adalah sampah. Kemudian saya berdiskusi dengan ayah saya apa yang bisa diproses. Kemudian saya disuruh oleh ayah saya untuk membuka internet dan Youtube”, kata Böhre ketika ditanya di mana Ide mengolah puntung rokok pun muncul.

Di sinilah kegiatan puntung rokok Bhre dimulai. Ia mulai mengumpulkan puntung rokok yang bertebaran di sekitar desanya. Dia tidak takut memungut puntung rokok di lapangan, di pasar, di pinggir jalan dan di dekat kafe.
Bhre Bhawana mengumpulkan sampah di jalan dekat rumahnya di kawasan Pacar Kota Surabaya. (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)

Kegiatan ini dilakukan sepulang sekolah atau sebelum berangkat sekolah. Dalam sebulan, Bhre bisa mengumpulkan lebih dari 1.300 puntung rokok.

Bhre mengaku pernah dianggap oleh beberapa orang sebagai anak gila karena memungut dan mengumpulkan puntung rokok.

“Ada juga yang marah, mereka mengatakan bagaimana orang tuamu mengatakan kepada anak-anaknya bahwa mereka ‘Ngothes’ (Ngothes dalam bahasa Surabaya artinya memungut puntung rokok). Saya mendapat julukan Bhre Othes sejak itu,” katanya.

Menurut Bhre, ia memisahkan puntung rokok yang terkumpul menjadi tiga bagian: kertas, filter, dan tembakau. Setiap bagian diolah menjadi kerajinan yang berbeda. Ia mengolah kertas tersebut menjadi kertas daur ulang, patung, lembaran miniatur, dan kotak perhiasan.

Sedangkan filternya dibuat menjadi miniatur pohon, miniatur meja dan kursi, lukisan, tempat pensil, bingkai foto, pot dan vas bunga, gantungan kunci hingga kopiah. Sedangkan tembakau dapat diolah menjadi pestisida alami.

Setelah dipisahkan menjadi tiga bagian, filter rokok direndam dalam air yang dicampur dengan larutan cuka, garam dan jeruk nipis selama sehari semalam sebelum dibuat menjadi kerajinan tangan.

Fungsinya untuk menghilangkan polutan yang masih menempel pada filter. Setelah itu di jemur sampai kering. Kemudian dicuci kembali dengan pewangi untuk menghilangkan bau rokok. Puntung rokok yang diolah menjadi kerajinan tangan tidak lagi berbau rokok dan higienis.

Bank Putung

Saat ini, putra kedua pasangan Sardiyoko dan Mela Damayanti ini tidak lagi hanya memungut puntung rokok di jalan, tetapi juga bekerjasama dengan Warkop, kafe, restoran dan tetangga sekitar yang disebut “Bank Putung”.

Melalui Bank Puntung ini, Bhre mengedukasi para pemilik warnet, cafe, resto dan tetangganya untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan, melainkan mengumpulkannya di tempat sampah yang disediakan Bhre.

Dampak dari Bank Puntung ini, kini ada 25 situs yang tidak lagi sembarangan membuang puntung rokoknya. Ketika wadah Pantat Bank sudah penuh, pemilik Warkop akan menghubungi Bhre untuk mengambilnya.

Dari Maret hingga Juli, Bhre mengumpulkan lebih dari 33.000 puntung rokok dan mengubahnya menjadi 174 kerajinan tangan yang terdiri dari 12 spesies.

Selain itu, Bhre menginformasikan lebih dari 1.500 orang tentang bahaya puntung rokok dan cara menggunakannya.

Sedangkan Sardiyoko, ayah Bhre, menghidupi anak keduanya. Juga, tidak ada seorang pun di Indonesia yang menggarap ide ini, bahkan di dunia yang dilakukan oleh anak kecil pun tidak.

Bahkan, Sardiyoko juga memberikan masukan ide untuk membuat jenis kerajinan baru dari puntung rokok.

Tidak hanya itu, Bhre juga pernah diminta untuk menjadi pembicara pada webinar Hidup Sehat dan Produktif Tanpa Rokok yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau dan juga pernah diundang menjadi nara sumber untuk acara Kelas Inspirasi Anak yang diselenggarakan oleh Kampung Lali Gadget” menjadi .

Dari hasil kegiatan tersebut, Bhre saat ini terpilih sebagai finalis dalam ajang “Penghargaan Pangeran dan Putri Lingkungan 2022” yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau.

Bhre juga pernah mengikuti pameran lukisan berskala nasional di salah satu pusat perbelanjaan Gresik dengan menunjukkan lima lukisan puntung rokoknya.

Saat ini Bhre membutuhkan kerjasama dalam penyediaan puntung rokok untuk Bank Butts yang akan ia dirikan di Warkop, kafe, restoran, pusat perbelanjaan dan supermarket. Bhre membutuhkan ratusan puntung rokok.

“Tujuan Bhre adalah membuka industri yang mengubah puntung rokok menjadi barang yang bernilai ekonomi,” kata Sardiyoko yang juga mantan aktivis lingkungan.

proyek lingkungan

Hijau, Senior Head Tunas, Mochamad Zamroni mengatakan ada ratusan anak di Kota Surabaya yang saat ini sedang mengerjakan proyek lingkungan berkelanjutan.

Menurut Zamroni, Tunas Hijau mendukung mahasiswa dengan proyek lingkungan. Dukungan ini juga tercermin dalam Penghargaan Pangeran Lingkungan 2022.

“Kami melakukan pelatihan awal, kemudian proyek pengembangan kurikulum dilakukan selama berbulan-bulan,” kata Roni.

Selain yang dilakukan Bhre, ada juga siswa SD yang setiap hari mengolah setidaknya 60 kilogram sampah organik untuk memelihara belatung, larva spesies black soldier fly, yang digunakan sebagai pakan ikan lele. Siswa-siswa ini juga didukung di banyak desa.

Tak hanya itu, ada juga siswa sekolah dasar yang menanam lebih dari 10.000 tanaman jahe merah hingga desa mereka dijuluki Desa Wisata Jahe Merah (Jahara). Karena setiap rumah warga menanam jahe merah dan berbagai produk olahan dihasilkan di desa tersebut.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengimbau anak-anak untuk melanjutkan apa yang telah mereka capai. Eri meminta Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, guru, kepala sekolah dan Tunas Hijau untuk terus mendukung anak-anak ini.

Walikota juga memiliki rencana agar produk olahan tersebut dapat menembus sektor perhotelan dan UMKM. Bahkan, ada beberapa produk yang sudah diperdagangkan melalui aplikasi E-Peken Pemkot Surabaya. Namun sampai saat ini produk-produk tersebut harus memenuhi standar yang berlaku.

Harapan dari semua ini adalah kepedulian terhadap lingkungan di Surabaya. Ini dimulai dengan hal-hal kecil yang dilakukan oleh anak-anak kecil untuk orang dewasa.

Dengan upaya tersebut, kebersihan lingkungan di Surabaya tetap terjaga setiap saat.

Source: jatim.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button