Bersyukur karena bersyukur – Beritind
“SAYA bersyukur dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga miskin”. Itu yang dikatakan Pak Aqua Dwipayana saat berbincang-bincang saat berkunjung ke Semarang awal Desember 2022 lalu.
Ia melanjutkan, merasa bersyukur bisa mendapatkan gelar PhD, meski harus penuh dengan perjuangan.
Pengalaman dan perjalanan hidup inilah yang tampaknya menumbuhkan rasa empati dan simpati yang mendalam terhadap sesama. Juga untuk kebutuhan orang lain yang mungkin sulit untuk disadari oleh orang tersebut.
Perpaduan rasa syukur dan empati ini terwujud dalam bentuk lain dari rasa syukur, yaitu memberi kembali kepada mereka yang membutuhkan bantuannya.
Bentuknya pun bermacam-macam: ada komunikasi dan sharing motivasi, bisa berupa bingkisan untuk sharing dari peserta atau pegawai rendahan suatu lembaga, dan keramaian mengadakan program umrah gratis untuk banyak orang.
Kemudian saya membaca bagaimana Pak Aqua memberikan hadiah untuk perjalanan bulan madu ke Yogyakarta atau Bali, memberikan layanan kebersihan untuk naik pesawat Garuda Indonesia, dan membuat banyak orang menjauh.
“Saya sangat senang dan sangat berterima kasih setiap kali melihat orang lain senang dan gembira atas bantuan yang saya berikan. Menurut pesan agama, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi kehadiran saya bermanfaat bagi mereka,” kata Pak Aqua.
“Kembalikan” kepada orang lain
Saat pandemi Covid-19 melanda, ia tak segan-segan merogoh kocek ratusan juta rupiah untuk membeli barang dari para penjualnya. Dan barang yang dibeli kemudian diberikan kepada mereka yang membutuhkan.
Pak Aqua telah mencapai tingkatan yang dikatakan oleh Sayidina Ali bin Abi Thalib sebagai “Saya bersyukur karena saya bersyukur”.
Pak Aqua mensyukuri hidup yang telah diberikannya dalam bentuk rasa syukur dengan cara “mengembalikannya” kepada orang lain.
Barokallah dengan segala kebaikanmu Pak Aqua.
Heryanto Bagas Pratomo
Pemimpin Redaksi smol.id
Ini mungkin menarik bagi Anda
Source: news.google.com