Bencana rutin di penghujung tahun, tanpa disadari merenggut nyawa - WisataHits
Jawa Barat

Bencana rutin di penghujung tahun, tanpa disadari merenggut nyawa

MerahPutih.com – Peringatan bencana akhir tahun sudah terpasang. Masyarakat diharapkan lebih berhati-hati, terutama untuk kegiatan di luar ruangan (di luar) atau wisata alam.

Potensi bencana pada akhir tahun hingga awal 2023 diperkirakan akan meningkat seiring dengan intensitas hujan yang semakin ekstrim. Masalah bencana yang terjadi tidak lepas dari perkembangan penduduk, menipisnya sumber daya alam dan berkurangnya daya dukung lingkungan dari hujan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan memberikan instruksi khusus terkait bencana tersebut. Dalam sambutannya pada rapat paripurna kabinet di Istana Negara Jakarta, Selasa (11 Oktober), Jokowi meminta jajarannya untuk mengantisipasi dan menghitung potensi bencana alam akibat kondisi cuaca ekstrem di tanah air.

“Antisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam akibat cuaca ekstrim juga harus diperhitungkan. Gelombang panas di Eropa, banjir bandang di Pakistan, angin topan di Florida, kemarau panjang di Afrika, di Kenya, saya kira kita lihat semua itu harus menjadi bahan penilaian kita,” kata Presiden Jokowi.

Jokowi juga mengingatkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana. Demikian disampaikan Presiden Jokowi kepada pejabat negara dalam forum Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali.

Baca juga:

Selama 3 minggu terjadi 227 bencana di Indonesia, 33 orang meninggal

Bahkan anak-anak pun tak luput dari bencana di penghujung tahun. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan beberapa insiden merenggut nyawa anak-anak karena tidak waspada terhadap bencana saat musim hujan.

Sedikitnya empat siswa dari SMP IT Al Hikmah, Kota Depok, Jawa Barat tewas setelah terseret beberapa waktu lalu saat mengikuti Pelatihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LKDS) ikut serta. Saat kejadian, hujan turun dengan lebatnya.

Dalam insiden ini, tiga siswa ditemukan tewas pada hari kejadian. Satu lagi ditemukan lima hari kemudian, juga tewas.

Dalam peristiwa Sleman, siswa SMPN 1 Turi, Sleman, yang berjalan di sepanjang Sungai Sempor, dihantam arus kuat dari arah utara. Peristiwa tersebut mengakibatkan 10 siswa tewas.

Kejadian serupa terjadi pada 15 Oktober 2021 saat 21 siswa MTs menjadi korban penyeberangan sungai di Ciamis. Hingga 10 siswa berhasil diselamatkan oleh warga yang membantu, namun 11 siswa lainnya ditemukan tewas.

Anggota KPAI Retno Listyarti menyayangkan pihak sekolah kurang bijak dalam menyelenggarakan kegiatan outdoor saat musim hujan. Dia meminta pemerintah daerah untuk melarang sekolah melakukan kegiatan di luar ruangan, terutama di daerah sungai selama musim hujan.

“Kalau hujan deras, apa saja bisa terjadi mulai dari longsor, banjir hingga banjir bandang di tempat ini,” ujarnya, Minggu (16/10).

Petugas memantau prakiraan cuaca di gedung pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta, Rabu (13/12).  Merahputih.com / Rizki Fitrianto
Petugas memantau prakiraan cuaca di Gedung Pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. (Foto: MP/Rizki Fitrianto)

BMKG memperkirakan bahwa pada November 2022 hingga Januari 2023 di Indonesia umumnya akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Pada November 2022, 53,08 persen wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan sedang (100 – 300 mm/bulan) dan 46,74 persen diperkirakan akan mengalami hujan lebat hingga sangat deras (>300 mm/bulan).

Pada Desember 2022, 66,42 persen wilayah Indonesia diprakirakan sedang dan 32,91 persen diprakirakan tinggi hingga sangat tinggi.

Sedangkan pada Januari 2023, 71,51 persen wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan rendah, 28,20 persen diperkirakan tinggi hingga sangat tinggi.

Sementara itu, puncak musim hujan 2022/2023 di sebagian besar wilayah zona musim (ZOM) diperkirakan terjadi pada Desember 2022 dan Januari 2023 dengan 295 ZOM.

BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti NOAA (AS), BoM (Australia) dan JMA (Jepang) memperkirakan La Nina dapat terus berkembang hingga mencapai intensitas La Nina sedang yang diperkirakan pada akhir 2020, jatuh pada Januari-Februari dan berakhir sekitar bulan Maret-April 2021.

“Kombinasi dua fenomena ini (La Nina dan IOD Negatif) diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers prakiraan musim hujan 2022/2023 di Jakarta, Rabu (31/1). /8).

Fenomena La Nina juga dapat menyebabkan musim hujan yang lebih panjang atau tidak ada musim kemarau dan peningkatan curah hujan yang signifikan selama musim tersebut. Fenomena La Lina membuat rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya 48 orang tewas dalam bencana hidrometeorologi basah pada Oktober 2022.

Sedangkan bencana di Indonesia dari 1 Januari hingga 29 Oktober 2022 secara keseluruhan didominasi oleh banjir.

Sebanyak 3.027 bencana telah terjadi di tanah air, antara lain banjir, cuaca ekstrim, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi, letusan gunung berapi dan kekeringan.

Sebanyak 3.027 kejadian bencana terdiri dari 1.238 kejadian banjir, 931 kejadian cuaca ekstrim, 562 kejadian longsor dan 248 kebakaran hutan dan lahan.

Kemudian ada 22 gelombang pasang dan abrasi, 22 gempa bumi, letusan gunung berapi, dan empat kekeringan. Akibat bencana tersebut, 198 orang meninggal dunia, 31 orang hilang, 832 orang luka-luka, dan 3.903.947 orang menderita dan mengungsi.

Baca juga:

Jokowi memerintahkan para menteri untuk mencegah bahaya dari bencana cuaca ekstrim

Kesadaran publik harus terus ditingkatkan setidaknya setelah akhir dan awal 2023. Kegiatan di luar ruangan seperti wisata alam harus dilakukan dengan hati-hati.

Menurut penggiat wisata alam dari Ekspedisi Hutan Rimba (Ekstanba) Rizki Adi, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat yang ingin berwisata atau beraktivitas di luar ruangan. (di luar) di akhir tahun.

Menurut Rizki, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah menguasai bidangnya. Dalam hal ini, pengalaman menjadi faktor utama.

Rizki mengatakan jika tidak memiliki pengalaman mendaki gunung, misalnya, dikhawatirkan pengunjung atau wisatawan akan menjadi korban bencana.

“Juga ada longsor atau banjir yang membutuhkan penanganan cepat. Namun dengan bantuan orang yang berpengalaman, bisa diantisipasi,” jelas Rizki, Jumat (4/11).

Khusus bagi yang berencana membawa anak-anak, wisatawan juga perlu berhati-hati dan tidak memaksakan diri ke medan yang sulit.

“Karena jika terjadi bencana atau cuaca ekstrim, anak-anak mudah menjadi korban. Pilih tempat yang nyaman dan aman untuk anak-anak,” kata Rizki.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan tempat wisata di luar yang memiliki standar keamanan yang baik. Misalnya, pengelola yang menyiapkan jalur evakuasi jika terjadi bencana dan infrastruktur yang baik.

Rizki juga menyarankan agar wisatawan berkoordinasi dan berkoordinasi dengan pengelola lokasi wisata dan pejabat setempat. “Ini penting untuk mengantisipasi jika akan terjadi sesuatu atau jika terjadi bencana,” kata Rizki.

Sementara itu, Ketua Komite VIII DPR Ashabul Kahfi mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) harus berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan pemerintah daerah untuk memetakan daerah rawan, terutama pada musim hujan.

“Perlu dibuat SOP (Standard Operating Procedure) sistem peringatan dini kerawanan bencana di tempat wisata. Termasuk perangkat keamanan dan sistem keamanan. Jangan menunggu datangnya bencana lalu saling menyalahkan atau menyerah begitu saja dan mengadu nasib,” ujarnya. (Knu/Asp/Pon)

Baca juga:

Bogor akan tanggap darurat bencana hingga 31 Desember 2022

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button