Bekerja sama untuk menghilangkan sampah adalah solusi untuk melindungi lingkungan - WisataHits
Yogyakarta

Bekerja sama untuk menghilangkan sampah adalah solusi untuk melindungi lingkungan

Bekerja sama untuk menghilangkan sampah adalah solusi untuk melindungi lingkungan

Krjogja.com – YOGYA – Kerjasama dan gerakan masyarakat dalam pengelolaan sampah dari skala terkecil bisa menjadi solusi dalam menangani permasalahan sampah. Hal itu diungkapkan pengelola sampah Resikplus Mara Trishel saat audiensi dengan anggota MPR RI Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas di Istana Kilen.

Didampingi Bayu Imamtoko (Praktisi Teknis Pengelolaan Sampah Resikplus) dan Nanang Wiwid (Pengelola Resikplus), Mara juga berkesempatan memaparkan kegiatan terkait pengelolaan sampah yang telah dilakukan Resikplus di Yogyakarta selama lima tahun terakhir. Juga diskusi dan permintaan arahan dari GKR Hemas untuk pengelolaan sampah di Yogyakarta yang lebih baik.

“Pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan oleh semua pihak yang diatur dalam sistem pengelolaan yang terintegrasi dengan bekerja sama antara pemerintah, masyarakat dan swasta,” kata Mara, Senin (17/10/2022).

Ia menambahkan, kegiatan pengelolaan sampah dapat dimulai dengan mempertimbangkan potensi (ketersediaan fasilitas pembuangan sampah, tingkat pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah) dan keterbatasan (lahan, pengelolaan sumber daya manusia, teknologi) masing-masing wilayah di Yogyakarta, seperti B. Desa dan kota, untuk mengaktifkan kerjasama dalam bentuk rumusan program: “Desa Gendong Kota, Desa Wisata Gendong dan Desa Gendong Industri”, yang intinya memberdayakan desa untuk mengatasi permasalahan sampah perkotaan yang wilayahnya tidak dikelola memungkinkan.

“Kebutuhan pendidikan masyarakat harus sampai ke tingkat yang lebih rendah dan dapat dilakukan secara luas. Semua sampah bisa diolah tanpa masalah asalkan sistem pengelolaannya benar,” jelasnya.

Turut hadir dalam audiensi tersebut Prof. Gunawan Sumodiningrat, Ph.D. sebagai akademisi di bidang pemberdayaan masyarakat dan ekonomi kerakyatan, yang juga menjadi pembina Resikplus.

Gunawan Sumodiningrat menjelaskan, sampah perlu diolah agar menjadi berkah dan tidak menambah masalah.

“Nah, untuk kegiatan pengolahan ini, para pekerja harus dibayar secara adil. Jika mereka tidak mau membayar, maka masyarakat sebagai penghasil sampah harus mengolahnya secara mandiri,” ujarnya.

Ditambahkannya, sampah yang diolah tidak merusak lingkungan, dapat menjadi daya dukung masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berdaya dan berbudaya.

Menurutnya, ada dua kategori penghasil sampah, yaitu produsen sebagai pembuat produk yaitu korporasi, dan produsen yang menggunakan produk kemudian menghasilkan sampah yaitu masyarakat. Oleh karena itu, tanggung jawab terhadap limbah harus menjadi tanggung jawab kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan masyarakat.

“Tugas pemerintah sebenarnya hanya mengatur aturan dan pembuat kebijakan. Namun, karena sistem pengelolaan sampah yang ada di kota tidak dapat berfungsi dengan baik, pemerintah akhirnya turun tangan untuk mengelola semua sampah ini dengan menyediakan fasilitas pengelolaan sampah dari depo/TPS, layanan transportasi ke TPA atau TPA,” katanya.

“Akar permasalahan sampah terletak pada kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem pengelolaan sampah, sehingga sangat penting untuk mengedukasi masyarakat. Untuk itu diharapkan kedepannya Resikplus dapat membantu pemerintah dan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan pengelolaan sampah dalam bentuk balai latihan atau training center berdasarkan pengalaman yang didapat,” sambungnya.

“Jangan lupa untuk menyelesaikan masalah sampah ini harus ada kolaborasi dari lima elemen (penta-helix), antara lain: Akademisi (perumusan konsep), Bisnis (bisnis), Komunitas (masyarakat), Pemerintah (pemerintah). , dan media (sistem informasi). ) sehingga sistem pengelolaan sampah dapat berjalan secara berkesinambungan,” imbuhnya.

Gusti Kanjeng Ratu Hemas menekankan pada kesempatan yang sama bahwa masalah sampah ini sebenarnya bukan masalah yang tiba-tiba. Masalah sampah ini muncul karena perubahan kondisi dan situasi dari waktu ke waktu, perkembangan teknologi yang mempengaruhi kebijakan pemerintah, gaya hidup masyarakat dan ketahanan lingkungan.

“Perubahan yang terjadi secara bertahap dan dari tahun ke tahun tanpa disadari telah mengubah gaya hidup dan budaya masyarakat ke arah hal-hal yang praktis dan instan, termasuk sampah. Lebih banyak orang membuang sampah daripada mengolahnya sendiri,” kata GKR Hemas.

Menurutnya, pengelolaan sampah membutuhkan kebijakan yang harus bisa memperhatikan kepentingan semua pihak (pemerintah-swasta-masyarakat).

Selain itu, sistem pengelolaan sampah daerah harus direncanakan dengan baik, komprehensif dan terukur, baik dari segi target pencapaian maupun jangka waktu. Harus ada langkah strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Seperti halnya masalah TPA Piyungan yang sering ditutup, perlu segera diselesaikan dalam jangka pendek, yang tidak mudah diputuskan.

Tak kalah pentingnya, teknologi pengolahan sampah perlu dikaji secara mendalam, banyak investor asing yang sudah siap dengan teknologi pengolahan sampah TPA, tapi siapkah kita ketika retribusi menjadi mahal ketika kita menggunakan teknologi ini, belum lagi kajian teknis teknologinya? benar-benar berharga dapat menyelesaikan atau nanti menjadi beban.

Selain itu, perlu adanya sistem pengelolaan sampah yang baik dari hulu hingga hilir sampah agar program pengelolaan sampah tidak berakhir di tengah jalan. Langkah-langkah praktis akan diambil, tetapi studi kelayakan perlu ditinjau kembali agar langkah-langkah ini menjadi layak.

“Pelibatan masyarakat, dimulai dari wilayah terkecil seperti PKK, Karang Taruna, hingga program pengelolaan sampah yang mudah dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat, yang tentunya harus memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” ujar GKR Hemas.

“Semua hal di atas memang tidak mudah dilakukan dalam waktu singkat, minimal mungkin 10 tahun bisa dilakukan, namun itu juga tidak menjadi halangan bagi kita untuk memulai pengelolaan sampah mulai dari sekarang. Dimulai dari yang sederhana, dimulai dengan apa yang ada dan apa yang bisa,” lanjutnya.

Pada dasarnya, lanjut GKR Hemas, pengelolaan sampah secara mandiri perlu dimulai dari tingkat terkecil dengan didukung oleh pendidikan dan pelatihan masyarakat oleh para ahli persampahan bekerjasama dengan berbagai pihak.

Mulai dari praktisi, akademisi dan perusahaan, dalam hal ini akan dilaksanakan oleh Resikplus yang didukung oleh pemerintah untuk bersinergi membangun sistem pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat yang akan menjadi solusi bersama untuk mengatasi masalah darurat sampah di Yogyakarta sehingga menjadi program yang juga dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

Source: www.krjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button