BBM bersubsidi bertambah, beban pemilik angkot dan bus semakin berat - WisataHits
Jawa Tengah

BBM bersubsidi bertambah, beban pemilik angkot dan bus semakin berat

Semarang, IDN Times – Kenaikan harga pertalit dan solar bersubsidi yang berlaku mulai 1 September 2022 akan membebani operasional ribuan kendaraan angkutan umum di Kota Semarang.

Pasalnya, kenaikan harga kedua jenis bahan bakar minyak bersubsidi itu dilakukan karena pengusaha angkutan umum berusaha keluar dari situasi pandemi COVID-19.

“Beban yang kami rasakan akan semakin besar karena pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi, khususnya solar dan pertalit. Apalagi setelah 2,5 tahun pandemi, kondisi kita belum sepenuhnya pulih,” kata Ketua Organda Kota Semarang Bambang Pranoto kepada IDN Times, Rabu (31/8/2022).

Baca Juga: Kesejahteraan Rp 24T Tidak Cukup Untuk Menjaga Daya Beli Saat Harga BBM Naik

1. Ribuan angkot dan bus beroperasi di Semarang

Naiknya harga BBM bersubsidi, menambah beban angkutan umum dan operator bus di SemarangIlustrasi koneksi (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Di ibu kota Jawa Tengah, jumlah angkot yang beroperasi mencapai 1.400 unit. Ada sekitar 400 unit bus pariwisata.

Sementara 800 bus AKAP dan AKDP beroperasi. Selain itu, masih ada lebih dari 2.000 kapal barang yang dioperasikan oleh pengusaha yang tergabung dalam Organda Semarang, menurut Bambang.

Bambang mengatakan selama pandemi COVID-19, sebagian besar pengusaha angkutan umum harus berhutang karena bisnisnya banyak dikenai pembatasan dengan protokol kesehatan.

2. Organda minta pelonggaran pembelian BBM bersubsidi

Naiknya harga BBM bersubsidi, menambah beban angkutan umum dan operator bus di SemarangIlustrasi Bis. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Selain itu, dari sisi bisnis, pangsa pasar angkot dan bus wisata tergerus dengan hadirnya ojek online.

Situasi itu juga diperparah dengan keputusan Pertamina untuk membatasi pembelian BBM bersubsidi. Pertamina membatasi pembelian BBM bersubsidi untuk konsumsi di angkutan umum maksimal 200 liter per hari.

Meski begitu, pembelian BBM bersubsidi untuk angkutan umum hanya bisa dilakukan dengan menggunakan barcode MyPertamina.

“Sebenarnya kami setuju dengan langkah pemerintah menaikkan BBM bersubsidi mulai besok. Karena kami memahami bahwa harga solar tidak naik selama 10 tahun. Hanya saja, Anda tidak boleh membatasi diri hanya dengan membelinya. Soalnya kalau dibatasi, beban operasional kita akan sangat tinggi. Penumpang dari Semarang ke Bandung menggunakan solar 200 liter. Tapi ketika mereka datang ke Bali, mereka membutuhkan lebih dari 300 liter. Belum lagi angkutan barang, konsumsi solar juga meningkat,” keluhnya.

3. Ketua Organda Semarang: Angkutan umum dan bus kami sulit untuk dicapai

Naiknya harga BBM bersubsidi, menambah beban angkutan umum dan operator bus di SemarangIlustrasi lalu lintas kota. (Waktu Doc IDN/Khusus)

Melihat kondisi saat ini, Bambang meminta pemerintah pusat mencabut pembatasan pembelian BBM bersubsidi.

Sebaiknya, kata Bambang, aturan pembelian BBM bersubsidi dilonggarkan dengan menambah kuota pembelian solar di setiap SPBU.

“Ya, jika pembelian solar masih dibatasi oleh kenaikan harga, angkot dan bus yang kita miliki akan mempersulit jalan kaki. Pemerintah harus segera mencari solusi,” jelasnya.

4. Harga suku cadang juga naik

Naiknya harga BBM bersubsidi, menambah beban angkutan umum dan operator bus di SemarangIlustrasi suku cadang sepeda motor (IDN Times/Dwi Agustiar)

Dia juga memperkirakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak pada harga suku cadang kendaraan yang juga akan meningkat.

“Efek yang kami rasakan pasti bisa menaikkan harga suku cadang kendaraan karena biaya pembelian solar di angkutan barang menjadi lebih mahal,” kata Bambang.

Baca juga: Jangan Terlambat! Bayar PBB di Semarang dengan Harga Rumah, Ini Syaratnya

Source: jateng.idntimes.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button