Batik Khas Pangandaran, Sejarah dan Filosofi Motifnya - WisataHits
Jawa Barat

Batik Khas Pangandaran, Sejarah dan Filosofi Motifnya

Pangandaran

Kenali Batik Khas Pangandaran yang motifnya bergantung pada keindahan laut. Meski Pangandaran baru berumur jagung, namun sudah memiliki tie dye khas daerah yang memiliki ciri khas tersendiri.

Berbeda dengan tie-dye lainnya di berbagai daerah, tie-dye khas Pangandaran memiliki motif biota laut.

Rusdaya Saleh Hidayat (65), pengrajin batik pangandaran, mengatakan motif batik pangandaran pertama kali diciptakan pada tahun 1990-an.

Pertama, tie dye yang dibuat Rusdaya adalah motif bintang laut yang sangat sederhana.

“Ya iseng-iseng aja, tapi banyak yang tertarik bikin motif bintang laut,” kata Rusdaya baru-baru ini kepada DetikJabar.

Kemudian sejak Pangandaran menjadi daerah otonom baru di Jawa Barat sebelum tahun 2012. Belum lagi terkait penemuan cagar budaya di Pangandaran, salah satunya batik.

Pada tahun 2016, Rusdaya banyak membuat motif batik khas Pangandaran yang kemudian dijual di pasaran. Saat membatik di Cigugur, Pangandaran.

Ia mengatakan, saat ini ada hingga 50 motif tie dye khas pangandaran dengan pola yang berbeda-beda. Namun, ada 10 desain tie-dye terlaris di pasaran.

Top 10 tema indoor Pangandaran yang paling populer termasuk Tiger Prawns, Ocean Prawns, Pangandaran Sea Products, Marlin Statues, Sea Horses, Shrimp Stripes, Champion Marlin, Oceanic Marlin, Marlin Ferns, dan Marlin Stars.

“Sejak tahun 1950-an, motif batik khas pangandaran telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI),” katanya.

Pemerintah Kabupaten Pangandaran meresmikan pada tahun 2016 melalui surat edaran dari Bupati Pangandaran bahwa Batik Kodja merupakan Batik khas Pangandaran.

Penamaan Batik Kodja berasal dari Kawasan Pembuatan Batik Pangandaran di Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.

Filosofi Motif Batik Pangandaran

Filosofi tie-dye khas Pangandaran membutuhkan signifikansi regional. Karena ini merupakan kawasan wisata yang terdiri dari laut 91 km dan hasil laut yang melimpah membuat motif tie dye ini lebih unggul dari motif ikan marlin, ujarnya.

Menurutnya, ketika menjadi DOB, cita-cita Pangandaran ingin Pangandaran melompat lebih jauh dari kabupaten/kota lain di Indonesia, khususnya Jawa Barat.

“Sifat ikan marlin itu interaktif, lincah dan sering terbang. Sehingga menjadi ciri khas daerah Pangandaran yang jauh dari berbagai sektor,” katanya.

Dalam kain sepanjang 4 meter, jika Anda membuat kemeja tie-dye, ada motif tie-dye berupa 3 ikan marlin. Tiga ikan Marlin berarti jujur, dapat dipercaya, dan galak.

“Nanti siapa saja yang memakai motif tie-dye Marlin bisa mengikuti filosofinya,” kata Rusdaya, salah satu UKM di Pangandaran.

Kemudian sisi depan tie-dye yang lain dapat diposisikan dalam 4 motif ikan marlin yang memiliki makna potensi yang ada di Pangandaran diantaranya gunung, hutan belantara, laut dan pantai.

Harga batik khas Pangandaran

Untuk tie dye khas pangandaran harganya Rp 80.000, dua warna Rp 100.000 dan 3 warna Rp 125.000. Dua jenis kain yang bisa dipesan yaitu standar dan high class. Pemesanan bisa dalam bentuk ikat celup atau celup stempel.

(tey/tey)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button