Bangkai kapal kayu Belanda ditemukan warga Lombok Timur - WisataHits
Jawa Timur

Bangkai kapal kayu Belanda ditemukan warga Lombok Timur

area temuan termasuk area penambangan pasir besi

MATARAM (ANTARA) – Warga Desa Pohgading, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur dihebohkan dengan ditemukannya bangkai kapal Belanda berusia ratusan tahun di pantai Dedalpak.

Hal ini membuat khawatir warga Pokdarwis Pondok Kerakat setempat, yang berkoordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait untuk mengidentifikasi serpihan kayu yang diduga kapal.

“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan dinas terkait untuk memastikan pengiriman serpihan kayu kapal,” kata anggota Pokdarwis Asri saat dikonfirmasi melalui telepon, Minggu.

Jebolnya bendungan dan ditemukannya serpihan kayu kapal terjadi pada Kamis, 14 Juli 2022.

“Alhamdulillah, kemarin sudah terpasang antrean Garis polisi di lokasi oleh Kapolres Pringgabaya agar masyarakat tidak terlalu dekat,” katanya.

Baca Juga: TNI AL Temukan Kapal Nazi di Laut Jawa

Baca juga: Kapal AS Bantu Eksplorasi Penemuan Logam di Laut Mamuju

Menurut informasi yang diperoleh Asri dari orang tua dan tokoh masyarakat setempat, kemungkinan kapal tersebut merupakan peninggalan Belanda dan/atau kapal Cina yang membawa harta karun yang karam di kawasan tersebut.

“Menurut apa yang dikatakan orang tua kami, ada dua kemungkinan bagian kapal. Yakni peninggalan Belanda atau kapal Cina yang tenggelam saat itu. Kisah ini diceritakan oleh nenek moyang kita secara turun temurun,” kata Asri.

Dijelaskan bahwa tempat penemuan adalah bekas Labuhan Damar yang termasuk wilayah Bangsal Poh Gading pada era 1857 Masehi.

Selain serpihan kayu, beberapa barang juga ditemukan masyarakat, antara lain plat kuningan. “Situs ini merupakan bekas pelabuhan perdagangan dan pangkalan militer. Ini dari referensi teman kita Gegen,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Asri, sejak kemunculan bongkahan kayu tersebut, karena penasaran menjadi objek tontonan publik.

Beberapa kayu, besi, dan barang-barang lainnya di kapal dijarah oleh masyarakat. Untuk mendapatkan kayu, masyarakat menggunakan mesin potong untuk menjarah.

Baca Juga: KKP Dukung Pengembangan Wisata Harta Karun Bawah Laut di Selayar

Baca Juga: DFW: Pengangkatan Harta Karun Bawah Laut Harus Dilarang untuk Orang Asing

Sebagai informasi, lanjut dia, warga sekitar juga menemukan kapal karam di tempat yang sama empat bulan lalu. Namun sayang kayu dan barang-barang lainnya dijarah oleh masyarakat.

Inilah yang ditakuti dan tidak diinginkan Asri. Menurut dia, kapal karam tersebut dapat dijadikan sebagai situs sejarah dan cakar budaya daerah tersebut.

“Apa yang dikatakan kakek buyut kita sejauh ini benar. Juga, ini merupakan langkah awal bagi pemerintah dan arkeolog untuk meneliti keberadaan kapal karam tersebut,” kata Asri.

Ia juga meyakini bahwa masih banyak peninggalan kapal yang tertimbun pasir, karena merupakan stasiun atau pelabuhan dagang pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia.

“Area yang ditemukan berada di area penambangan pasir besi, saat ini merupakan kolam pengerukan. Namun, karena tanggul atau pembatas tersebut jebol diterjang ombak, air surut sehingga membuat moncong kapal kayu itu,” kata Asri.

Baca Juga: Pengamat: Membuka Investasi Harta Karun Bawah Laut Bisa Merugikan Indonesia

Baca juga: Nilai Harta Karun yang Dijarah Tidak Bisa Ditaksir

Hal senada disampaikan salah satu pimpinan gereja setempat, Satriawan. Dia mengaku telah mengetahui dari mendiang neneknya bahwa beberapa kapal telah tenggelam di lokasi ini ratusan tahun yang lalu.

“Almarhum nenek saya pernah bercerita tentang kapal yang tenggelam di sana, nenek saya mendapat cerita dari neneknya juga. Namun, kami tidak berani memastikan kebenaran cerita tersebut,” kata Satriawan.

Satriawan mengatakan, berdasarkan peta Belanda tahun 1857-1879, situs penemuan itu menjadi pusat perdagangan dan militer. Terbukti dengan adanya nama bekas kotamadya Poh Gading.

Upaya tokoh masyarakat dan anggota Pokdarwis setempat. Pihaknya bergiliran menjaga tempat itu, karena orang yang ingin menjarah kapal tidak berani.

“Kami ingin mengangkat bangkai kapal itu dan menjadikannya sebagai cagar budaya,” kata Satriawan.

Baca Juga: Perairan Indonesia Berlimpah Harta Karun

Reporter: Riza Fahriza * Rosidin Sembaluhun
Penerbit: Budhi Santoso
HAK CIPTA © ANTARA 2022

Source: www.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button