Bandung memiliki desa sorgum dan menghasilkan ratusan ton tanaman pengganti gandum - WisataHits
Jawa Barat

Bandung memiliki desa sorgum dan menghasilkan ratusan ton tanaman pengganti gandum

BANDUNG, KOMPAS.com – Sejak Juni 2022, Presiden Jokowi telah mengarahkan beberapa kepala daerah untuk segera menanam dan menanam sorgum untuk menggantikan kebutuhan gandum dalam negeri.

Meski Presiden Jokowi hanya mengarahkan penanam sorgum untuk daerah yang sudah ditanami benih jagung, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun siapa sangka di kawasan Kabupaten Bandung, tepatnya di Jalan Bojongkoneng No.2, Desa Bojongmanggu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terdapat desa sorgum yang sudah berproduksi hingga ratusan ton.

Baca juga: Panen Sorgum Besar di Lamongan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Ajak Lawan Impor Gandum

Neneng Supriatiningsih, 47, kepala petani sorgum di Desa Bojongmanggu, mengatakan sorgum sudah dikenal di desanya sejak 1999.

Sekitar waktu inilah seorang tokoh masyarakat bernama H. ​​Supardi atau teman dekatnya bernama Abah Sorgum menemukan dan merintis usaha tanaman sorgum.

Saat itu, Abah Sorgum menemukan jenis tanaman ini di tepi sungai dan kemudian mulai menanamnya di Desa Bojongmanggu.

“Akhirnya bertahan sampai sekarang, bahkan industri ini berjalan di sini sejak pertama kali ditemukan,” katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/8/2022).

Sorgum merupakan tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri.

Baca Juga: Survei Ketertiban dan Kedamaian Kota Bandung, Lebih Dari 40 Persen Warga Beri Rating Baik

Sebagai bahan pangan, sorgum menempati urutan kelima setelah gandum, jagung, beras dan barley.

Neneng menjelaskan, tanaman sorgum memiliki sifat yang dapat tumbuh di mana saja, bahkan di tanah yang tergolong marginal.

Faktanya, sorgum dapat tumbuh lebih baik daripada gandum bahkan di tanah yang buruk.

“Karena kualitas dan kegunaannya, kami kembangkan di Desa Bojongmanggu,” ujarnya.

Sorgum, lanjutnya, merupakan tanaman pangan dengan kandungan karbohidrat yang tinggi.

Tak heran, sorgum disebut-sebut bisa menggantikan beras. Hal ini dikarenakan sorgum memiliki sifat yang hampir mirip dengan beras, namun kandungan nutrisinya berbeda.

Dari segi kesehatan, sorgum sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes. Tanaman pangan ini juga dapat mensucikan pencernaan atau darah.

“Maka itu bisa digunakan sebagai makanan untuk orang autis bebas gula. Kemudian kolesterol, asam urat dan sebagainya. Saat makan sorgum, kita merasa kenyang lebih lama,” jelasnya.

“Karena sorgum tinggi protein, tinggi karbon tapi rendah gula, ada juga fosfor dan sebagainya,” tambahnya.

Menurutnya, desa sorgum 2017-2018 sudah dikenal karena pernah menjadi juara nasional kategori desa dalam pengembangan dan budidaya sorgum.

Saat ini, karena krisis gandum dunia yang sibuk, perhatian kembali tertuju pada sorgum, lanjutnya.

Menurutnya, baik Desa Sorgum di Kabupaten Bandung maupun daerah lainnya harus dilestarikan.

“Namun karena kebutuhan bahan baku kami terutama gandum sudah menipis, kami mencari sorgum sebagai alternatif setelah sekian lama. Jadi itu yang harus dilestarikan,” kata Neneng.

Selain NTT di Desa Bojongmangu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ada desa Sorgum, tanaman yang bisa menggantikan nasi bahkan bahan mie instan.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Juga di NTT di Desa Bojongmangu, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ada desa Sorgum, tanaman yang bisa digunakan untuk menggantikan nasi bahkan mie instan.

Pengganti mie instan

Kabarnya harga mi instan naik tiga kali lipat akibat kelangkaan gandum, Neneng memperkirakan, sorgum bisa menjadi alternatif bahan baku pembuatan mi instan.

Namun, sorgum menyukai tanah yang sangat kering. Namun, Indonesia memiliki wilayah dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Dapat digunakan untuk budidaya sorgum.

“Meskipun sorgum bisa tumbuh di mana saja, tapi sebenarnya sorgum lebih suka tumbuh di tempat yang panas, jadi di Indonesia banyak di Nusa Tenggara. Karena sorgum awalnya tumbuh di Afrika, kemudian tumbuh ke India dan Amerika,” tambahnya.

Menurutnya, wacana pemanfaatan sorgum sebagai bahan baku mie instan sudah berulang di tanah air selama 20 tahun.

“Kepemimpinan presiden sebelumnya sama. Ya mungkin sudah waktunya, tapi kita lihat saja bagaimana kondisinya dalam 2 atau 3 tahun ke depan,” kata Neneng.

Meski bisa digunakan sebagai pengganti mie instan, sorgum perlu dicampur dengan bahan lain agar teksturnya kenyal dan lembut seperti mie.

“Jadi harus dicampur dengan bahan baku lain sebagai pengganti, namanya mocaf, jadi seharusnya bisa mengikat sorgum sehingga menjadi lebih keras saat diolah,” ujarnya.

Agung Wisnu Nugroho Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana memperluas areal perkebunan sorgum di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

Sorgum juga merupakan pengganti nasi yang sangat baik.

Saat ini distribusi sorgum Kabupaten Bandung hanya untuk toko-toko organik di beberapa daerah seperti Bandung, Bekasi, Jakarta dan Depok.

Itupun dijual dalam bentuk tepung dengan harga Rp 40.000 per kg.

“Yah, kita masih mendistribusikan 200 kg sebulan. Tapi dengan wacana ini, banyak yang memesan bahkan banyak permintaan,” jelasnya.

Penatausahaan desa sorgum di desa Bojongmanggu saat ini dilakukan oleh 12 orang perempuan yang tergabung dalam kelompok tani.

Selain menjaga eksistensi sorgum, fokus pengelolaan lainnya adalah menjaga ketahanan pangan dari lingkungan terkecil hingga terbesar.

“Lahan yang kami garap masih kecil, sekitar satu hektar, tapi alhamdulillah hasilnya sudah cukup baik. Tapi kami optimistis desa bisa memasok ke beberapa daerah. Karena kita tahu suatu saat nanti orang akan mencari sorgum, tapi kita sudah memilikinya,” jelasnya.

Neneng mengatakan harus terus menjaga keberadaan tanaman sorgum.

Baca Juga: Sorgum Ganti Gandum, Moeldoko: Kita Tak Akan Hadapi Mie Instan

Dia dan yang lainnya juga mulai menawarkan wisata edukasi kepada masyarakat umum. Melalui program tersebut, ia dan rekan-rekannya memperkenalkan sorgum dari pengetahuan umum hingga spesifik tanaman.

“Kami tahu sorgum ini bisa bermanfaat untuk bahan lain. Sekarang kalau kita pakai tiga mesin untuk pengolahan, kita panen sekitar 20 cm dari batangnya, kita ambil, setelah panen kita jemur kurang lebih empat hari,” lanjutnya.

Kemudian dimasukkan ke dalam mesin perontok untuk digiling menjadi biji-bijian seperti beras. Kemudian diolah menjadi tepung.

“Kalau tepung bisa apa saja, bisa pasta, bisa brownies, bisa cookies, bisa granola, bisa kerupuk dan lain-lain. Kami memperkenalkan hal-hal ini kepada masyarakat umum.” Lanjutnya.

Untuk pengembangan terkait sorgum, pihaknya tidak bekerja sendiri tetapi didukung oleh beberapa perguruan tinggi seperti ITB, Unpad, IPB Bogor dan Unpas.

Ia berharap pemerintah bisa benar-benar fokus mengembangkan tanaman sorgum ke depan.

“Tanaman ini merupakan sumber pangan lokal yang bisa kita lestarikan. Sorgum ini juga belum banyak dikenal masyarakat luas, masih banyak yang bertanya,” pungkasnya.

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: bandung.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button