Atraksi Lomba Sampan, sebuah tradisi nelayan pantai di Lombok untuk mencintai sumber penghasilannya - WisataHits
Jawa Timur

Atraksi Lomba Sampan, sebuah tradisi nelayan pantai di Lombok untuk mencintai sumber penghasilannya

TEMPO.CO, Mataram – Ribuan warga menjamur pada Minggu, 3 Juli 2022 di Pantai Keranji, Desa Pare Mas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat lomba kano diikuti 60 perahu tradisional, adalah Lombok dan dibuka oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah. Kegiatan yang berlangsung selama satu minggu yang berakhir Minggu 10 Juli 2022 itu memperebutkan hadiah uang Rp 7 juta untuk juara pertama, Rp 5 juta untuk juara kedua, dan Rp 3 juta untuk juara ketiga.

“Saya akan pastikan acara ini berlanjut tahun depan. Tidak hanya Piala Kepala Desa, tapi juga Piala Gubernur,” kata Zulkieflimansyah saat membuka lomba.

Seperti halnya balapan MotoGP, pihak penyelenggara menamai arena balap tersebut di Sirkuit Balap GP Sampan. Nama-nama sampan seperti pembalap MotoGP menggunakan nama Repsol, Ducati atau KTM. Di sebelah kru kano, sebelum memulai, ditemani oleh seorang gadis desa dengan pakaian tradisional, membawa payungnya.

Desa Pare Mas berjarak kurang lebih 55 kilometer atau dua jam perjalanan dari Kota Mataram. Jaraknya sekitar 20 kilometer atau satu jam perjalanan dari Kota Selong, ibu kota Kabupaten Lombok Timur.

Sekretaris Desa Pare Mas Syamsudin yang juga ketua panitia lomba sampan mengatakan arena di depan Pantai Keranji berbentuk lingkaran sepanjang 2,5 kilometer. Jarak dari garis start ke bendera pertama adalah 800 meter. Kemudian ke bendera kedua sejauh 500 meter dan bendera ketiga sejauh 400 meter, ke bendera keempat hingga garis finis sekitar 600 meter. “Para peserta melewati babak penyisihan. Setiap lomba akan dilakukan oleh dua sampan peserta,” kata Syamsudin.

Penanggung jawab lomba, Arpan Hadi dari Pemongkong, sebuah desa di sebelah Pare Mas, mengatakan para nelayan memiliki sampan yang lebih kecil dari biasanya untuk mengikuti acara tersebut. Kano ini menggunakan dua mesin Honda 6.5 PK. “Ini khusus untuk masyarakat pesisir, biasanya diikuti oleh peserta dari Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Mereka memiliki tim mekanik. Ini khusus untuk balap sampan, bukan untuk memancing,” kata Arpan Hadi.

Kepala Desa Pare Mas Sahman mengatakan atraksi balap sampan tradisional ini bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke desanya. ”Ini baru pertama kali diadakan. Kalau berhasil, itu rutin dilakukan,” katanya. Tujuannya untuk meningkatkan pariwisata dan pendapatan masyarakat. “Ini juga sebagai bentuk kecintaan masyarakat terhadap sampan yang menjadi mata pencaharian mereka,” kata Sahman.

Sebelum lomba kano ini berlangsung, Desa Pare Mas dikenal dengan Desa Lobster. Ada sekitar 20.000 lubang ( keramba jaring apung ) yang mampu menghasilkan 1,5 ton lobster setiap hari selama bulan Agustus dan Desember.

Menurut Sahman, wisatawan tidak hanya bisa melihat atraksi balap kano, tetapi juga berjalan-jalan di sekitar lokasi balap kano. Ada puluhan hektar hutan bakau yang meliputi lima dusun di daratan sekitar seratus meter dari pantai. Di dalam hutan terdapat bako kepiting, kerang dan tentunya tempat tinggal ikan saat air pasang. Salah satu dusun, tepatnya Permas Montong Agung, dibangun sebagai tempat wisata mangrove. Di tengah hutan bakau terdapat jalan setapak dengan lebar 1,5 meter dan panjang 150 meter, yang akan dibiayai oleh kementerian desa pada tahun 2021.

Di sekitar tempat lomba juga terdapat pulau-pulau kecil Gili Butak Mame dan Gili Butak Sembilan yang menempati areal seluas sekitar 2-3 hektar. Di sebelahnya ada Gili Kerate yang setiap akhir pekan ramai pengunjung.

Sahman berharap pemerintah bisa membantu membangun dermaga kapal lokal di Gili Belik, Gili Re dan Maringkik: “Kalau bisa speedboat bisa dijadikan jalur penghubung antara Lombok dan Sumbawa Barat,” ujarnya.

Direktur Biro Pariwisata NTB Yusron Hadi menjelaskan, balap kano memang sudah menjadi salah satu tradisi masyarakat pesisir di Lombok dan Sumbawa. Tradisi ini sama seperti di pacuan kerbau, pacuan sapi atau pacuan kuda

“Balapan sampan merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat ini sejak lama. Ini menjadi aset yang baik untuk dikemas dan dipadukan dengan atraksi lainnya sehingga lebih memiliki daya tarik untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung,” ujarnya.

SUPRIYANTHO KHAFID

Baca Juga: Festival Ngejot di Lombok, Ada Duta Seserahan dengan Sampak di Kepalanya

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita terbaru dan berita unggulan dari Tempo.co di saluran Tempo.co Update Telegram. Klik Pembaruan Tempo.co untuk bergabung. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram.

Source: travel.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button