Asale Umbul Nilo Klaten, Dahulu kala ada pohon nila besar yang berdiri di dekat Umbul - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Asale Umbul Nilo Klaten, Dahulu kala ada pohon nila besar yang berdiri di dekat Umbul – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Suasana kawasan Umbul Nilo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Jumat (10/7/2022). Spanduk itu sudah ada sejak dulu atau sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso).

Solopos.com, Klaten – Kecamatan Tulung dan Polanharjo merupakan dua daerah kaya air di Kabupaten Klaten. Salah satunya Umbul Nilo yang terletak di Dusun Margosuko, Desa Daleman, Kecamatan Tulung.

Kawasan sekitar Umbul Nilo masih asri. Dikelilingi oleh pohon-pohon tinggi dan rindang seperti pohon beringin, tikar poplar dan bibis. Air panjinya jernih dan menyegarkan.

Daihatsu Rocky Promotion, Harga Mobil Rp 200 Juta Jadi Hanya Rp 99.000

Sekarang ada beberapa kolam di area umbul. Kolam renang utama berbentuk trapesium dengan lantai batu alam. Di tengah kolam utama terdapat bangunan berbentuk kotak yang konon merupakan bangunan pelindung untuk menjaga kualitas air bersih.

Selain kolam utama, ada kolam lain di sisi barat. Kedalaman kolam bervariasi antara 150 cm dan 160 cm. Ada juga kolam anak-anak dengan kedalaman sekitar 50 sentimeter.

Nama umbul tidak berasal dari nama salah satu jenis ikan, yaitu ikan nila. Demikian disampaikan Ketua RT 015/RW 04, Dusun Margosuko, Desa Daleman, Wiro, 77.

Baca Juga: BENCANA KLATEN: Puluhan Rumah Hancur Tertimpa Pohon Tumbang Akibat Angin puting beliung di Tulung

Ia menjelaskan, dulu nama umbul di kawasan Tulung dan Polanharjo identik dengan nama pohon yang pernah berdiri atau menjadi ciri kawasan umbul.

Wiro mencontohkan seperti Umbul Pelem di Desa Wunut, Kabupaten Tulung, di mana pohon pelem atau mangga biasa berdiri di dekat spanduk. Begitu pula dengan Umbul Nilo.

Meskipun demikian, ada pohon nila besar yang tumbuh tidak jauh dari area umbul. Hanya Wiro yang belum pernah melihat keberadaan pohon tersebut. Keberadaan pohon tersebut berdasarkan cerita para tetua desa.

“Itu dikatakan suci. Waktu itu konon ada yang mau ke pasar nanti gila jarinya di pohon dan ketika dia kembali warna jarit yang lama berubah menjadi yang baru, “kata Wiro saat dipukul. Solopos.com di rumahnya di seberang Umbul Nilo, Jumat (10/7/2022).

Dulu, Wiro membandingkan bentuk kolam di umbul dengan rawa. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pembentukan daerah panji dimulai. Awalnya, penataan dilakukan dengan menghentikan air yang terus keluar dari umbul dengan batu-batu yang berjejer dan ditumpuk.

Baca Juga: KORUPSI KLATEN: Warga Sedayu Cari Petunjuk Penyimpangan APBN untuk Desa Rugi Ratusan Juta Rupiah

Pemasangan pertama dilakukan pada tahun 1952. Pada tahun 1979 dibangun sebuah kolam di area umbul utama oleh dinas irigasi Kabupaten Klaten. Pada tahun 1980, sebagian air dari umbul digunakan oleh PDAM Klaten untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Warga lainnya, Marno, 57, memperkirakan usia Umbul Nilo sudah ratusan tahun.

Menurut orang tuanya, pada masa penjajahan Belanda, air dari Umbul Nilo digunakan untuk pabrik gula yang pernah berdiri di lokasi yang sekarang menjadi pasar Cokrokembang di kabupaten Tulung. Area panji dipagari dengan tembok tinggi.

Seiring waktu, dinding telah rusak. Area umbul kemudian dibangun kembali setelah kemerdekaan Republik Indonesia oleh Dinas Pengairan Klaten. “Saat itu tidak ada bangunan di tengah. kalo ga salah gedungnya [bangunan di tengah kolam utama] untuk air minum,” kata Marno.

Baca Juga: ASAL: Dulu Majegan Tempat Pemungutan Pajak Penghasilan Bumi

Meski sudah ada sejak dulu, air dari umbul masih digunakan untuk pertanian, perikanan dan kebutuhan air bersih. Belakangan, kawasan umbul ini dikembangkan menjadi objek wisata oleh usaha desa (BUM desa).

Selain memoles area sekitar umbul utama, akan dibangun kolam renang baru. Pembangunan ini diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD).

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button