Apakah factory outlet yang menjamur di kota bogor mulai berkurang - WisataHits
Jawa Barat

Apakah factory outlet yang menjamur di kota bogor mulai berkurang

BOGOR RADAR BOGOR, Kota Bogor terkenal dengan menjamurnya factory outlet di Jalan Pajajaran. Namun kini keberadaannya mulai berkurang.

Baca Juga: Berbagai Lomba Relawan Merayakan HUT ke-77 PMI

Hal itu dibenarkan oleh salah satu pengelola factory outlet di kawasan Jalan Pajajaran. Manajer Blossom Henry Christian mengakui, Jalan Pajajaran dulunya dikenal sebagai kawasan factory outlet yang menjadi surganya pecinta produk fashion. Kawasan ini juga menjadi tujuan utama wisatawan mancanegara.

Tapi sekarang situasinya berbeda. Ada beberapa factory outlet tersisa yang disukai wisatawan.

Trend factory outlet di kota Bogor sedang menurun. Jumlah gerai yang ada saat ini berbeda signifikan dengan beberapa tahun lalu.

“Dulu jumlah factory outlet tidak sebanyak sekarang. Dulu kita seperti trend center tapi sekarang wisatawan sepertinya lebih tertarik berkunjung karena alasan kuliner atau mungkin tempat wisata dengan pemandangan yang bagus,” ujarnya saat disambar Radar Bogor, Jumat (16/9/2022).

Sejumlah factory outlet nama besar kini ditenggelamkan, terpaksa ditutup dan gedungnya diubah menjadi unit usaha lain.

Misalnya Factory Outlet Lumbung Padi yang disulap menjadi Super Bazar dan kini menjadi mini market. Contoh lain adalah FO Grande, yang kini menyisakan bangunan kosong berbalut pagar seng dan tampak tak terawat.

“Dulu ada factory outlet besar bernama Rumah Gaya. Tempat parkirnya cukup besar untuk 20 mobil besar tapi akhirnya ambruk sebelum pandemi. Padahal, banyak pemain lama yang gugur,” kata Henry.

Henry menjelaskan, kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pandemi Covid-19 memberikan pukulan telak bagi para pelaku industri fashion.

Selain ketakutan wisatawan meninggalkan rumah, sejumlah pembatasan juga mempengaruhinya.

Momen Ramadhan dan Idul Fitri yang seharusnya menjadi puncak peluang meraih banyak kemenangan, nyaris terlewatkan karena pembatasan yang diberlakukan.

Akibatnya, perusahaan harus menerima penurunan penjualan hingga 45 persen. Selain itu, sejumlah konsekuensi juga diberlakukan, seperti: B. Perampingan, pemotongan gaji dan upaya lainnya.

Tidak hanya Blossom yang merasakan kondisi ini, tapi juga factory outlet lainnya. “Saya suka pergi ke outlet lain untuk bertanya, ternyata mereka merasakan hal yang sama,” kata Henry.

Adanya sistem belanja online juga dinilai menjadi tantangan tersendiri bagi para pemain factory outlet. “Selain itu, banyak orang sekarang lebih memilih untuk mengunjungi department store di mal,” tambahnya.

Henry mengatakan pengunjung factory outletnya didominasi wisatawan dari luar kota. Mereka banyak berkunjung pada akhir pekan atau hari libur. Frekuensinya jauh berbeda dari hari-hari biasa.

Baca Juga: Ratusan Mahasiswa Baru Unpak Berbekal Ilmu Hukum

Ia mengatakan, Blossom yang berdiri sejak 2007, mampu melewati tantangan tersebut karena memiliki banyak pelanggan setia yang terus datang kembali.

“Ada perbedaan antara dulu dan sekarang. Factory outlet dulu jadi tujuan utama, sekarang hanya persinggahan untuk belanja oleh-oleh,” kata Henry. (cr1)

Reporter: Reka Faturachman
Penerbit: Joseph

Source: www.radarbogor.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button