Anak Yatim Mahasiswa Asing Ikut Lomba 17s - WisataHits
Yogyakarta

Anak Yatim Mahasiswa Asing Ikut Lomba 17s

Harianjogja.comBANTUL – Dalam rangka memperkokoh semangat kebhinekaan dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia, Tourezia menggelar momentum HUT RI ke-77 pada Rabu (17/12).

Kegiatan ini merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) Tourezia sebagai perusahaan travel dan operator yang berbasis di Jogja. Double Seven Indonesia mengikutsertakan 80 peserta yang terdiri dari anak-anak panti asuhan, penyandang disabilitas dan mahasiswa asing yang mengikuti program pertukaran pelajar.

Ganda Tujuh Indonesia diisi dengan beberapa lomba dan kegiatan lainnya. Beberapa lomba tersebut antara lain lomba bakiak, lomba tangkap belut, lomba makan kerupuk, dan lomba estafet. Selain itu, para peserta diajak untuk membatik menggunakan canting.

Baca lebih lanjut: Keren! 12 pesepakbola anak Bantul akan mewakili Indonesia di Piala Kuala Lumpur 2022

Business Officer Tourezia, Istato menjelaskan, program CSR untuk anak-anak panti asuhan merupakan kegiatan tahunan Tourezia, yang kini memasuki tahun keempat. “Tahun ini kita cocok dengan 17-an. Dan yang istimewa tahun ini ada mahasiswa internasional penyandang disabilitas dan disabilitas,” ujarnya.

Kegiatan yang bertepatan dengan momentum kemerdekaan Indonesia ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa asing 17 permainan khas dan salah satu budaya Indonesia yaitu batik. “Sekaligus prihatin karena nantinya juga akan ada santunan bagi peserta penyandang disabilitas dan panti asuhan,” ujarnya.

Mahasiswa asing yang mengikuti kegiatan ini berasal dari 14 negara. Mereka saat ini kuliah di UGM dan UNY dalam program pertukaran mahasiswa. “Kami mengundang mereka sebagai kegiatan tambahan di hari libur ini,” ujarnya.

BACA JUGA: Siap-siap! Akan ada job fair di Bantul, 4.000 lowongan akan dibuka

Salah satu mahasiswanya, Mohamed Cisse, kuliah di jurusan akuntansi dan saat ini kuliah di UNY. Dia berasal dari Mali, Afrika Barat. Menurutnya, kegiatan ini sangat menarik karena memberikan tambahan pengetahuan tentang budaya Indonesia.

Cisse telah tinggal di Indonesia selama dua tahun. Dia bisa berbahasa Indonesia dengan cukup baik. Ia mengaku baru pertama kali mencoba membuat tie dye. “Budaya Indonesia sangat menarik. Karena ada beberapa pengetahuan yang berbeda di negara saya. Makanan, tie-dye,” katanya.

Source: jogjapolitan.harianjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button