Amal Jawa Timur untuk oksigen bagi dunia bagaimana?
- Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur mengatakan: tindakan Menanam dan melindungi mangrove sebagai sedekah oksigen Untuk dunia. kamu akan menjadi terus menggalakkan pemberian oksigen karena oksigen merupakan kebutuhan masyarakat termasuk sekitar Dunia. pemilihan tanaman Mangrove karena mampu menghasilkan oksigen lima kali lebih banyak dibandingkan tumbuhan darat.
- Pemerintah Jawa Timur, dihitungUpaya pemulihan dan penguatan daya dukung alam, dan kelangsungan hidup ekologis. dia memiliki tujuan tanaman a yotpohon bakau hingga November tahun depan.
- Jumat, Kepala Dinas Kehutanan Jawa Timur, untuk mengatakan, daerah hutan Mangrove di Pulau Jawa timur terluas di pulau jawa sekitar 27.221 hektarDengan 6.66% kepadatan rendah, 46.06% kerapatan rata-rata dan 47,26% pertemuan. Pemerintah Jawa Timur terus mencoba Tanam mangrove di daerah Dengan kepadatan langka dan sedang di Madura dan Jawa, dari Pasuruan, Banyuwangi, hingga Trenggalek.
- Pemerintah Jawa Timur menggelar festival mangrove II di Politeknik Negeri Madura (Poltera), Sampang. Festival ini menampilkan berbagai makanan yang terbuat dari tumbuhan mangrove, pengenalan fungsi dan kegunaan mangrove pada suatu waktu tindakan tanaman bakau.
Ratusan orang berkumpul di Politeknik Negeri Madura (Poltera) Sampang, Madura, Jawa Timur pada 4 Desember. Mereka ingin menanam mangrove bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Dari para ibu hingga anak-anak.
Di sisi panggung, terdapat stan yang memajang berbagai produk warga, mulai dari olahan mangrove hingga olahan sampah eko-enzim).
Bangunan kampus tepat di sebelah hutan bakau merupakan pagar alami antara bangunan desa dan laut. Udara segar.
Pemerintah Jawa Timur menjadi tuan rumah Festival Mangrove II di Politeknik Negeri (Poltera) Madura, Sampang untuk kedua kalinya. Berbagai produk makanan berbahan dasar tumbuhan mangrove, pengenalan fungsi dan kegunaan mangrove, serta kegiatan penanaman mangrove ditampilkan pada festival ini.
Peluang pertama muncul Agustus lalu di Kecamatan Nguling, Pasuruan. Festival di Sampang juga merupakan acara penanaman bakau.
Khofifah mengatakan, aksi tersebut merupakan penyerahan oksigen kepada dunia. “Kami ingin mempersiapkan mendukung Oksigen untuk seluruh dunia,” ujarnya dalam sambutannya.
Pemerintah Jatim, kata Khofifah, berniat melanjutkan upaya pemulihan dan penguatan daya dukung alam dan ekologi.
Pemerintah Jawa Timur menargetkan menanam 1 juta pohon bakau hingga November tahun depan.
“Ketika kita mendapatkan tanaman, kita menanamnya, kita merawatnya, tanaman itu akan tumbuh, menghasilkan oksigen, lalu kita benar-benar memberi oksigen.”
Baca Juga: Aksi Endang Wahyurini Selamatkan Mangrove Madura
Salah satu burung yang menggantungkan hidupnya pada hutan mangrove. Foto: M Tamimi/ Mongabay Indonesia
Khofifah bertekad untuk terus mensosialisasikan pemberian oksigen karena oksigen merupakan kebutuhan bagi masyarakat sekitar, termasuk dunia. Ia memilih mangrove karena mampu menghasilkan oksigen lima kali lebih banyak dibandingkan tumbuhan darat.
Khofifah mengatakan penanaman mangrove tidak boleh dianggap enteng karena merupakan langkah besar. “Gerakan ini bisa dimulai dari mana saja, oleh siapa saja, tanpa memandang benihnya?”
Jumadi, Kepala Dinas Kehutanan Jatim, mengatakan luas hutan mangrove Jatim merupakan yang terluas di Pulau Jawa, sekitar 27.221 hektare, dengan kerapatan jarang 6,66%, kerapatan sedang 46,06%, dan kerapatan rapat 47,26%.
Di Madura, kata dia, luas hutan mangrove mencapai 15.133 hektare. Rincian: Sumenep (12.185 hektar), Bangkalan (1.412 hektar), Sampang (826 hektar) dan Pamekasan (690 hektar).
Jumadi mengatakan, Pemprov Jatim terus mengupayakan penanaman mangrove di kawasan dengan kerapatan langka dan sedang di Madura dan Jawa, mulai dari Pasuruan, Banyuwangi hingga Trenggalek.
Saat menanam, kata dia, biasanya dilakukan tambal sulam. Saat menanam untuk pertama kali, periksa persentase hidup dan kemudian pindahkan atau pindahkan sesuai dengan jumlah benih yang mati.
“Seperti di Banyuwangi, awal 2021 Nama keluarga di Teluk Pangpang, ekosistem Muncar yang hidup sekitar 70%, Sulam 30% lainnya.” Ia juga mengatakan akan ada pemadatan ekosistem di wilayah tertentu.
“Seperti sebelumnya, pelepasan (kopral hitam) dimaksudkan untuk mempertebal ekosistem. Ada vegetasi, ada fauna. Setelah itu juga berkembang di bawah, di bawahnya bisa kepiting, kerang dan sebagainya.”
Baca Juga: Perlunya Kesadaran Bersama Menjaga Hutan Mangrove Madura
Kondisi mangrove di Sampang. Foto: M Tamimi/Mongabay Indonesia
Jika kaya akan flora dan fauna, kawasan ekosistem penting bisa berkembang di sana. Sejauh ini baru ada empat kawasan ekosistem besar di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, Sumenep, Gresik, Banyuwangi, dan Tulungagung yang saat ini diusulkan.
Jumadi mencontohkan kawasan mangrove di Ujung Pangkah, Gresik. Ada burung migran Afrika di sana. “Habitatnya sudah siap, ada kerang hijau. Ini untuk tempat wisata rute jogingmenarik karena ada burung migran dari Afrika, dari Australia.”
Kerapatan tutupan mangrove lebih dari 90% memiliki banyak keuntungan.
“Kami ingin masyarakat mendapat penghasilan dari ekosistem ini… sambil menjaga kelestarian hutan bakau,” katanya.
Bilal Kurniawan, ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Makmur Jaya, ikut serta dalam penanaman mangrove. Pria asal Kecamatan Arosbaya ini juga menyiapkan 5.000 bibit.
Dia sudah sangat akrab dengan menanam mangrove. Karena mangrove sudah ditanam sejak kecil. Ia menjaga dan merawat mangrove bersama masyarakat pesisir di sekitarnya. Bilal tidak menggunakan istilah karbon atau pemanasan global, melainkan hal yang langsung dirasakan dalam kehidupan masyarakat nelayan.
“Nelayan juga mulai memahami manfaat tidak langsung dari mangrove. Kepiting, remis, dan udang melimpah di kawasan bakau ini. Jadi kita ada sebagai pendukung ekosistem pesisir itu sendiri.”
Walaupun terkadang ada orang yang beranggapan bahwa mangrove tidak mendapatkan pengaruh langsung, uang, dari mangrove itu sendiri. Dia suka memahami orang-orang seperti itu.
Ia mengatakan, manfaat jangka panjang penanaman mangrove seperti mangrove menjadi natural sea walls atau habitat biota laut seperti ikan dan kepiting sehingga bisa mencapai hasil.
“Kami beri tahu, dengan mangrove, desa ini aman. Nelayan pesisir memiliki tanggul alami.”
Bendungan yang terbuat dari beton akan lebih cepat rusak dibandingkan dengan “pagar” mangrove. Mangrove, katanya, semakin lama, semakin tua, semakin baik dan indah.
******
Source: news.google.com