Akademisi dan kerjasama travel mengembangkan layanan pariwisata digital - WisataHits
Jawa Timur

Akademisi dan kerjasama travel mengembangkan layanan pariwisata digital

Kota Blitar, Bhirawa
Sektor pariwisata menjadi sektor ekonomi yang paling terdampak pandemi Covid-19. Semua destinasi wisata di Indonesia tutup kunjungan. Bahkan Bali, magnet wisata utama di Indonesia, sangat sepi. Begitu juga dengan pariwisata di Kota Blitar, Jawa Timur.

SayaTour, salah satu perusahaan pariwisata di Kota Blitar, mengalami penurunan bisnis yang tajam baik untuk destinasi lokal maupun internasional. Tentunya hal ini juga berdampak pada perkembangan ekonomi di Kota Blitar secara umum. Di sisi lain, sebelum merebaknya pandemi, Pemkot Blitar menambah area investasi seperti perusahaan travel, pembukaan destinasi wisata baru dan infrastruktur pendukung lainnya, seperti: B. Menambah kampus dan kafe di pusat kota.

Untuk itu, SayaTour sebagai salah satu pelaku industri menggandeng akademisi dari UPN “Veteran” Jawa Timur untuk meningkatkan perluasan sektor pariwisata di Kota Blitar. Tim “Veteran” UPN Jatim juga tertarik membantu pemerintah mengembalikan pariwisata ke dalam agenda Rencana Induk Riset Nasional (RIRN). Dengan Program Inovasi Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA) yang dimulai oleh UPN “Veteran” Jawa Timur, SayaTour dan tim di UPN telah mengembangkan sistem pelayanan pariwisata digital.

Kegiatan BIMA sendiri dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 6 Agustus 2022. Digitalisasi ini meliputi pembuatan website sebagai platform digital yang mendukung pelanggan dalam berinteraksi dengan penyedia layanan melalui aplikasi web dan pembuatan Business Model Canvas (BMC) yang nantinya dapat diimplementasikan oleh SayaTour atau penyedia jasa pariwisata lainnya.

Sebagai pemilik perusahaan pariwisata SayaTour, Yosiawan mengatakan kerjasama sangat penting karena sekarang adalah saat dimana semua pihak harus bekerja sama untuk merevitalisasi perekonomian.
“Saat ini kami tidak bisa mengatakan bahwa pandemi telah berakhir. Sebagai perusahaan atau industri, kami masih berjuang untuk menemukan bentuk penyesuaian yang efisien yang dapat membantu kami keluar dari keterpurukan dalam bisnis kami,” kata Yosi, panggilan akrab Yosiawan.

Berdasarkan kondisi tersebut, tim UPN memunculkan ide untuk mendigitalkan layanan wisata yang disediakan SayaTour. Ketua Tim Pelaksana Program BIMA UPN Jatim Sugiarto mengatakan, memang fakta di mana-mana sektor pariwisata menjadi sektor ekonomi yang paling terpukul akibat pandemi.

“Kami mengusulkan adaptasi digital dalam bisnis pariwisata, yang mulai kami terapkan di SayaTour. Nah, SayaTour tentu saja merupakan mitra yang kredibel dan memiliki rekam jejak yang terbukti dalam bisnis. Itu yang terpenting,” kata Sugiarto. Selain itu, menurut Sugiarto, hal penting lainnya adalah pengenalan konsep Business Model Canvas kepada rekan-rekan kita di industri pariwisata.

“Business Model Canvas ini sebenarnya sudah banyak digunakan oleh perusahaan startup di perkotaan. Hanya saja belum merambah daerah. Kami ingin menyebarkan ilmu ini,” kata Sugiarto.

Selain itu, lanjut Sugiarto, kegiatan bersama kerjasama industri dan akademik ini juga mendukung program pemerintah yaitu Kampus Belajar Merdeka (MBKM). Oleh karena itu, kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa aktif dari berbagai program studi untuk dapat belajar langsung dari para pelaku industri khususnya pariwisata.

Vickri, salah satu mahasiswa yang mengikuti kegiatan BIMA, mengaku awalnya penasaran dengan berbagai program MBKM. “Omong-omong, saya kemudian diundang ke kegiatan ini oleh dosen saya. Saya tidak menyangka kegiatan ini begitu menantang. Kami diminta untuk memahami kesenjangan antara dunia akademik kami di kelas dan kondisi nyata di lapangan. Jujur saja, kegiatan seperti ini membuka mata saya terhadap dunia pariwisata,” jelas Vickri. [ina.htn.hel]

Source: www.harianbhirawa.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button