Air Terjun Kracakan tidak seramai dulu - WisataHits
Jawa Tengah

Air Terjun Kracakan tidak seramai dulu

BLORA, Radar Bojonegoro Gemericik Sungai Bengawan Solo yang mengalir di antara bebatuan terdengar berirama. Bebatuan tersebut berbentuk seperti selat. Penduduk setempat menyebutnya Kracakan Watu Gong (KWG). Disela oleh suara gemericik, Suroso menyiapkan umpan untuk memancing.

“Biasanya memancing di sini setelah bertani dan memberi makan sapi dari jam 3 pagi hingga siang hari,” kata pria asal Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Blora, yang tertimpa batu karang kemarin (8/9).

Fenomena air terjun mini di tengah Bengawan Solo ini seiring dengan terjadinya kekeringan menyebabkan air surut. Situs ini berada tepat di perbatasan Kabupaten Blora dan Bojonegoro. Namun, pariwisata muncul dari proses alam yang menjadi magnet yang mulai pudar.

WISATA SUNGAI: Wisata Kracakan terjadi ketika Sungai Solo surut saat musim kemarau. Ada air terjun mini di tengah Bengawan Solo. (Lukman Hakim/RDR.BLORA)

– Iklan –

Suroso menjelaskan, jarang ada orang yang selfie, memancing, dan mengobrol di bebatuan di tengah sungai. “Dulu, saat sungai surut dan terlihat akan mengalir, banyak orang yang datang. Dealer juga banyak yang jual,” jelasnya.

Angin berhembus menerpa kulit, begitu terasa saat berkunjung ke KWG, tepatnya di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu. Tentu saja, karena alam sendiri yang menciptakannya, perasaan itu baru bisa dinikmati saat air sungai surut. Selain selfie, deru dan deru angin juga bisa jadi alat obat.

Suroso menyayangkan kondisi wisata alam karena keindahan air yang mengalir tidak sejelas dulu karena menyimpan luka. Menurut dia, air sungai menjadi hitam, itu karena limbah. Hal ini juga menyebabkan semakin sedikitnya ikan saat memancing.

Hanya ikan Jendil dan Gloso yang akan memakan umpannya. Jarang mendapatkan Waders. Bahkan, banyak pemancing yang biasa mendapatkan waders sebesar tiga jari. “Dulu aku sering memancing Wales kecil tetap sederhana, bisa banyak. Sulit saat ini, ikan mati, baru kemarin mati berenang,” jelasnya.

Air sungai sudah menghitam selama dua hari karena surut. Suroso sering menjumpai air yang menghitam. Sayangnya, jika dikelola dengan baik, hal itu bisa menjadi magnet utama bagi pariwisata di wilayah tersebut. (luk/rij)

Source: radarbojonegoro.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button