Acara untuk belajar dan bersenang-senang, nikmati Sego Iriban setahun sekali sekarang - WisataHits
Jawa Tengah

Acara untuk belajar dan bersenang-senang, nikmati Sego Iriban setahun sekali sekarang

RADARSMARANG.ID – Desa Wisata atau Deswita saat ini menjadi salah satu tujuan para wisatawan atau pengunjung untuk memanfaatkan liburan khususnya bagi anak sekolah. Selain menyuguhkan keindahan alam, wisata edukasi juga menjadi andalan penting.

Desa Wisata Lerep di Hungaria Barat, Kabupaten Semarang merupakan salah satu Deswita yang menawarkan wisata edukasi. Desa wisata ini berdiri sejak tahun 2016 atas dukungan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang dan juga mendapat Surat Keputusan (SK) pada tahun tersebut. Namun, tahun ini tidak ada kegiatan yang masif, karena masih dalam tahap pembentukan dan persiapan dari segi sumber daya manusia. “Itu disengaja, massa, kita pelajari dulu. Karena desa wisata merupakan salah satu wisata yang unik,” kata Ketua Pokdarwis Rukun Santoso, Daniel Bayu Anggara.

Selang setahun, tepatnya tahun 2017 Pokdarwis mulai merintis dengan menghadirkan paket-paket wisata bagi pengunjung. Tahun ini Desa Wisata Lerep juga diikutsertakan dalam Lomba Desa Wisata Provinsi Jawa Tengah yang mewakili Kabupaten Semarang. Dengan prinsip gotong royong, Deswita Lerep akhirnya meraih juara pertama.

Bayu mengatakan, mendapatkan juara merupakan tantangan baru bagi dirinya dan Pokdarwis serta berbagai media yang akhirnya menampilkan Deswita Lerep. “Akhirnya kami menyusun paket wisata yang kami undang warga untuk berpartisipasi,” katanya.

Paket wisata di Deswita Lerep lebih bersifat wisata edukasi, baik edukasi tentang pengolahan kegiatan UMKM di desa Lerep maupun edukasi budaya. Bisa dikatakan desa Lerep memiliki wisata yang cukup lengkap mulai dari wisata alam hingga wisata budaya. Dari delapan dusun yang ada, ada tiga dusun yang menjadi cikal bakal lahirnya Deswita Lerep.

Ketiga dusun tersebut adalah Dusun Indrokilo, Dusun Soko dan Dusun Lerep. Dusun Indrokilo memiliki potensi wisata yang lebih kaya. Selain air terjun Indrokilo, juga terdapat potensi kopi yang cukup banyak dan perkampungan sapi perah. Selain itu ada juga produk dari KWT (Kelompok Wanita Tani) seperti teh telang, selai buah naga, saus buah naga dan yang sangat spesial adalah teh daun kopi.

Sementara itu, Dusun Soko sendiri memiliki keistimewaan dengan kampung iklimnya. Desa memiliki potensi untuk mengelola dan memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai atau barang-barang yang terbuang. Ada juga TPS3R dan bank sampah. Ada juga UKM kerajinan tangan dari barang bekas. “Nah, di Dusun Lerep sendiri potensinya hanya untuk UMKM, seperti B. Kreasi bambu dan sawah yang bisa dimanfaatkan untuk pendidikan anak,” imbuhnya.

Pasca pandemi, lembaga pendidikan seperti PAUD di perguruan tinggi sudah mulai menerapkan kelas tatap muka. Hal ini juga mempengaruhi intensitas pengunjung di Deswita Lerep. Mayoritas pengunjung berasal dari institusi pendidikan. “Seminggu sekali ada tiga tamu. Yang menurut kami cukup solid. Kalaupun biasanya hanya ada tamu rombongan seminggu sekali,” ujarnya.

Untuk pengunjung Deswita Lerep rata-rata kunjungan 200 orang per hari. Rombongan Pokdarwis terdiri dari 15 orang yang menjadi pendamping. Mulai dari mengantar tamu berkeliling hingga memastikan semuanya bisa berjalan lancar, seperti: B. Keluarga angkat dan makanan.

Selain itu, ada makanan dan oleh-oleh khas yang bisa dinikmati pengunjung dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Bayu mengatakan, oleh-oleh khas Lerep sangat beragam, mulai dari makanan hingga kerajinan tangan. Untuk makanan khas atau yang paling unik di Lerep, yaitu Sego Iriban yang biasanya hanya terjadi setahun sekali. Namun, Pokdarwis menyediakan kuliner yang nikmat untuk dinikmati dan juga dihadirkan.

“Lebih menarik lagi, untuk kemasan Sego Iriban itu namanya katoka atau menghancurkan Dimana menggunakan daun kelapa yang dianyam kemudian diikat di ujungnya,” ujarnya.

Semua kuliner khas dan oleh-oleh ini bisa Anda temukan di Pasar Kuliner Ndeso di Umbung Sebligo. Pasar kuliner Ndeso ini diadakan setiap hari Minggu, Pound dan Pahing. Dan bisa menjadi sarana mempromosikan dan memperkenalkan apa yang ada di desa wisata lerep. Saat ini yang paling ramai dan populer adalah Kampung Buah Naga, dengan oleh-oleh berupa biji buah naga untuk dibawa pulang oleh pengunjung.

Tahun ini, Pokdarwis telah meraih omzet sekitar 120 juta rupiah dari Januari hingga sekarang dengan mengoperasikan desa wisata. “Itupun omzetnya diputar ulang mas. Juga untuk perawatan, peralatan dan lain-lain serta pengembangan kampung liburan”,

Sejumlah pengunjung Desa Wisata Kandri sedang belajar tie-dye. (KHUSUS CHAMIM/ JAVA POS RADAR SEMARANG)

Anda bisa menanam padi, menangkap ikan, atau membuat tie-dye

Banyak paket wisata yang ditawarkan di Desa Wisata Kandri, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Mulai dari pendidikan pertanian hidup dalam program, kelas memasakBatik, seni tradisional dan banyak lainnya.

Manajer Desa Wisata Kandri Masduki mengatakan Deswita Kandri telah memulai pembangunan Waduk Jatibarang. Banyak warga sekitar yang terkena dampaknya. Lahan mereka diganti dengan waduk. “Akhirnya, tokoh masyarakat memikirkan bagaimana mereka dapat mendukung warganya,” katanya.

Akhirnya disepakati untuk membangun desa wisata. Paket wisata yang disiapkan tak jauh dari keseharian warga. Pertanian. Deswita Kandri didirikan pada tahun 2010 dan diresmikan pada tahun 2012.

Pangsa pasar anak sekolah dicari. Karena bertujuan agar anak-anak tertarik bertani, otomatis orang tuanya akan menemani dan membelikan oleh-oleh. “Karena ada beberapa desa wisata pendukung, antara lain UMKM, kerajinan, Tinggal di rumahdan kuliner,” jelasnya.

Paket wisata untuk anak-anak memberikan edukasi pertanian. Anak-anak bisa belajar menanam padi, menanam singkong atau menangkap ikan. Ada juga paket susu. Anda dapat mengolah susu, melihat sapi, melihat kambing.

kemasan tinggal di Terbuka untuk kelas dewasa. Kelompok sasarannya adalah wisatawan domestik dan mancanegara. Bahkan, wisatawan dari Eropa atau negara Asia lainnya sudah sering bermalam di Kandri melalui paket wisata dengan objek lain. “Biasanya dua hari di Kandri dan dua hari di Karimunjawa,” jelasnya. Wisatawan dapat menginap dengan homestay yang tersedia mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per malam. Untuk turis asing 25-30 USD per malam.

Selain itu, ada paket budaya dan UMKM yang berbasis di Omah Alas. “Karena kami juga menawarkan paket cooking class, paket tie-dye dan cloak painting, harganya sendiri-sendiri. Paket nyaping, tie-dye dan anak-anak Rp 150.000, bungkusnya dibawa pulang,” jelasnya.

Hasil dari berbagai tempat wisata tersebut masuk ke kas RW. Nantinya akan digunakan untuk meningkatkan sarana dan prasarana kawasan. “Jumlah terakhir 2018-2019, pendapatan kotornya Rp 1,5 miliar. Kalau pandemi biayanya hanya Rp 150 juta karena daya beli berkurang dan terjun bebas,” jelasnya.

Taman Kelinci di Taman Sinsu adalah salah satu tempat paling populer bagi pengunjung anak-anak. (ADDIN ALFATH/JAVA POS RADAR SEMARANG)

Bebas berburu dengan kelinci

Taman Sinsu juga merupakan objek wisata edukasi. Terletak di Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, taman wisata edukasi ini menawarkan wisata kebun kelinci.

Manajer taman Sinsu Hermanu mengatakan, sejumlah kelinci sengaja dilepaskan di sebuah taman. Pengunjung bisa bermain dan berburu kelinci. “Taman kelinci ini bertujuan untuk melatih kasih sayang anak-anak dengan memberi makan kelinci,” ujarnya.

Taman Sinsu juga menawarkan taman pendidikan tempat perkemahan untuk anak-anak hingga dewasa. Program yang ditawarkan adalah untuk pelatihan kemandirian dan hiburan.

“Kegiatan pelatihan kerjasama outbound. Kami menawarkan paket berkemah, Kincir ria, kereta api anak, kolam renang anak, skuter listrik, lukisan untuk anak,” ujarnya. Kedepannya, taman ini akan dilengkapi dengan mobil boom boom dan area lalu lintas anak-anak.

Beberapa taman kanak-kanak dan sekolah dasar telah bekerja sama untuk outbond. Setiap tahun selalu ada agenda untuk Taman Sinsu.

Taman Sinsu juga memiliki pemandangan alam yang indah. Tempat ini secara simetris diapit oleh Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Lingkungan Udara Bersih.

Rata-rata pengunjung pada hari biasa mencapai 100 orang. B. untuk liburan maksimal 500 orang. Pengunjung membayar Rp 15.000 pada hari biasa dan Rp 20.000 pada akhir pekan untuk masuk. Dan setiap kursi dikenakan tiket Rp 10.000. “Warga sangat senang berkunjung. Bahkan warga dari luar kota seperti Semarang, Jogja, Magelang, Pati, Jakarta yang semuanya datang ke Dieng menyempatkan diri datang ke sini,” ujarnya. (fgr/biarawati/din/ton)

Source: radarsemarang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button