Jawa Tengah

5 Peninggalan 18 Tahun Tsunami Aceh, Masih Ada Kapal di Atap Rumah di Lampulo Banda Aceh

TEMPO.CO, jakarta – Tanggal 26 Desember 2004 menjadi masa kelam bagi masyarakat Aceh. Gempa bermagnitudo 9,3 diikuti tsunami setinggi 30 meter melanda daerah itu. Tak hanya kerugian materi, lebih dari 500.000 orang tewas dalam bencana tsunami di Aceh. Itu meninggalkan bekas luka yang dalam.

Namun kini, sisa-sisa tsunami besar di Aceh telah menjadi tujuan wisata yang menarik pengunjung dari dalam dan luar negeri. Peninggalan ini menjadi saksi tsunami dahsyat yang mengguncang serambi Mekkah. Berikut beberapa sisa-sisa tsunami Aceh di Banda Aceh.

Baca: Hari Memilukan Bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004, Dalam 6 Menit Semuanya Habis

Warisan tsunami Aceh 2004

1. Museum Tsunami Aceh

Pada tahun 2007, untuk mengenang tragedi tsunami Aceh, pemerintah membangun sebuah museum bernama Museum Tsunami Aceh di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh melalui Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD Nias.

Bangunan empat lantai ini dirancang oleh Ridwan Kamil. Dilansir Antara Ridwan Kamil mengaku sempat menitikkan air mata saat merancang bangunan Museum Tsunami Aceh.

Museum ini menawarkan pengalaman yang membuat wisatawan merasa seperti diterpa bencana. Misalnya melalui makna filosofis desain ruangan atau lorong Space of Fear, The Light of God, Bridge of Hope, Memorial Hall dan masih banyak lagi. Memang, tempat ini tidak hanya menjadi tempat wisata tetapi juga tempat pendidikan geologi.

Nave ke-2 di atas rumah

Saat tsunami melanda Aceh, sebuah kapal feri merapat di atap rumah warga. Hingga kini, kapal tersebut masih ada di atas rumah di Lampulo, Banda Aceh dan menjadi objek wisata. Halaman ini berisi informasi rinci tentang apa yang terjadi pada kapal saat tsunami.

Kapal yang berlayar ke Lhokseumawe pagi sebelum tsunami itu menyelamatkan 59 ABK. Setelah dihantam badai tsunami, mereka selamat dengan berlabuh di atap rumah pasangan Misbah dan Abasiah. Setelah itu pemilik rumah pindah dan rumah tersebut dibeli oleh pemerintah setempat dan dijadikan tempat wisata tsunami.

3. Kapal PLTD Terapung I

Kapal ini terletak di Desa Punge, Blang Cut, Jaya Baru, Banda Aceh dan juga merupakan kapal yang terdampar di tengah daratan saat tsunami menerjang. Bedanya Kapal PLTD Terapung I ukurannya lebih besar.

Ada tugu peringatan tsunami yang mengelilingi pintu masuk ke situs ini. Pengunjung bisa langsung naik ke kapal karam ini untuk melihat pemandangan kota dari atas kapal.

4. Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Baiturrahman pertama kali dibangun pada tahun 1612 pada masa Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Aceh. Salah satu masjid terbesar di Aceh saat diterjang tsunami selamat hanya dengan kerusakan ringan. Meski begitu, masjid ini dijadikan tempat berlindung masyarakat Aceh dari gempuran gelombang tsunami.

5. Monumen Aceh Berkat dunia

Besarnya tsunami di Aceh tidak hanya menyentuh hati rakyat Indonesia, tetapi juga banyak bantuan datang dari negara-negara lain di dunia.

Hal ini dibuktikan dengan adanya Monumen Aceh Berkat Dunia di Lapangan Blang Padang, Kota Banda Aceh. Tugu berbentuk lima gelombang ini diberi warna biru putih agar terlihat seperti ombak.

Selain itu, terdapat 55 tugu peringatan kecil lainnya berbentuk kepala kapal dengan tulisan “Terima Kasih” sesuai dengan bahasa setempat. Tugu-tugu ini tersebar di sekitar lapangan Blang Padang. 55 tugu peringatan kecil tersebut mewakili jumlah negara yang membantu Aceh pascatsunami.

ANNISA FIRDAUSI

Baca Juga: Kisah Masjid Baiturrahin di Ulee Lheue Aceh yang Masih Berdiri Pasca Tsunami Aceh 2004

Selalu update informasi terbaru. Tonton breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di channel Telegram “http://tempo.co/”. klik bergabung. Anda harus menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button