5 Aset Sejarah Penting Yang Berasal Dari Hasil Wakaf - WisataHits
Jawa Tengah

5 Aset Sejarah Penting Yang Berasal Dari Hasil Wakaf

JAKARTA – Wakaf memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan Islam di seluruh belahan dunia termasuk Indonesia. Di negara kita, Wakaf bahkan diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004.

Dikisahkan oleh Evolusi Wakaf Dompet Dhuafa, perkembangan Wakaf dimulai di Indonesia ketika Islam masuk ke Nusantara. Perjalanannya kemudian berlanjut ke era Wali Songo, kemerdekaan, dan terus berubah hingga saat ini, ditandai dengan gerakan Wakaf Uang Nasional yang dicanangkan pada awal tahun 2021.

Pada gilirannya, perjalanan evolusi Wakaf telah banyak berkontribusi pada kondisi tersebut. Menurut Wakil Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia, Imam T. Satono, Wakaf memegang peranan penting di Indonesia, khususnya untuk sektor pembangunan fasilitas umum nasional. Imam juga menambahkan, peran wakaf di bidang ini sudah ada sejak era kemerdekaan.

Oleh karena itu, tidak heran jika negara kita memiliki sejumlah besar aset sejarah penting yang merupakan hasil dari praktik Wakaf. Ada apa dan bagaimana ceritanya? Simak ulasannya di bawah ini sampai habis, ya!

1. Wakaf Emas di Puncak Monas karya Teuku Markam, Aceh

GoNews Teuku Markam, Pengusaha dari A

Teuku Markam, pengusaha Aceh yang menyumbangkan 28 kilogram emas ke Monas. Foto: Spesial

Monas adalah tempat wisata ikonik yang memiliki banyak sejarah pertarungan yang ditawarkan. Ternyata, pembangunan itu juga didukung oleh pengusaha Indonesia Teuku Markam.

Dia menyumbangkan puluhan kilogram emas selama pembangunan Monas pada tahun 1961, dan emas sebanyak yang bisa kita lihat sekarang menghiasi puncaknya.
Cerita bermula ketika Presiden Soekarno membangun Monas sebagai proyek kebanggaannya. Dalam pembangunan tugu Monas, tercatat anggaran yang dibutuhkan total biaya sebesar Rp 358.328.107,57. Anggarannya cukup besar, sehingga Soekarno harus mencari donatur yang dermawan.

Singkat cerita, Soekarno pun bertemu dengan Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang kemudian menyumbangkan 28 kilogram emas untuk pembangunan tugu Monas (wakaf).
Selain Teuku Markam, donatur proyek pembangunan Monas juga berasal dari pengusaha bioskop dari seluruh Indonesia. Diberitakan, ada 15 bioskop yang menyumbang dana sebesar Rp 49.193.200,01 dalam kurun waktu November 1961 sampai Januari 1962.

2. Pesawat Wakaf Pertama Dakota DC-3 RI-001 Seulawah

GoNews Pesawat angkut pertama, Dakota

Pesawat angkut pertama, Dakota DC-3 RI-001 Seulawah. Foto: dok. Angkatan Udara Indonesia (TNI AU).

Aset Wakaf bersejarah pertama di Indonesia adalah Dakota RI-001 Seulawah. Merupakan pesawat angkut pertama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Kata Seulawah sendiri memiliki padanan makna gunung emas dalam bahasa Indonesia. Nama itu kemudian diberikan kepada unit pesawat karena dibeli oleh perusahaan patungan Aceh, sebanyak 20 kilogram emas.

Selain itu, pesawat Seulawah juga merupakan cikal bakal maskapai pertama Tanah Air yaitu Indonesia Airways yang juga merupakan cikal bakal Garuda Indonesia saat ini.

Ide donasi pesawat ini awalnya digagas oleh Kepala Staf Angkatan Udara Laksamana Soejardi Soerjadarma. Ia kemudian mendirikan kantor untuk menyiapkan 25 pesawat model Dakota.
Singkat cerita, Kepala Biro Propaganda TNI AU, OMU IJ Salatun, ditugaskan mendampingi Presiden Soekarno untuk menggalang dana bagi Pulau Sumatera. Di sana, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang menggugah patriotisme masyarakat Aceh untuk membantu menyumbangkan pesawat angkut pertama di Indonesia.

Pidato tersebut disampaikan pada tanggal 16 Juni 1948 di Hotel Aceh. Donasi juga dikumpulkan melalui panitia yang diketuai Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji.

Di antara banyak kontributor adalah satu bernama Nyak Sandang. Dia bahkan bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Maret 2018 di Istana Negara di Jakarta dan menceritakan bahwa pada tahun 1948 dia dan keluarganya menjual properti di mana 40 pohon kelapa ditanam untuk membantu pengadaan pesawat Dakota pertama. Ia juga menyumbangkan 100 gram emas dan hartanya senilai Rp 100 saat itu.

Berkat perolehan harta benda oleh masyarakat Sumatera khususnya Aceh, kehadiran pesawat RI-001 Seulawah Dakota juga membuka jalur penerbangan Jawa-Sumatera ke mancanegara. Wakil Presiden Mohammad Hatta bahkan menggunakan pesawat jenis ini untuk berkeliling Sumatera pada November 1948. Selain itu, pada tanggal 4 Desember 1948, Dakota juga digunakan untuk foto udara di atas Gunung Merapi.

Perjalanan Dakota tidak berakhir di sini. Pada tanggal 6 Desember 1948, ia melakukan perjalanan ke Calcutta, India, untuk diplomasi luar negeri. Namun, pecahnya Agresi Militer Belanda II membuat pesawat tersebut tidak dapat kembali ke Indonesia. Untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, didirikanlah sebuah maskapai penerbangan di Burma (Myanmar) dengan jenis pesawat Dakota RI-001.

Seiring berkembangnya teknologi, pesawat Dakota berhenti terbang karena jam operasional yang lama. Hingga saat ini, Dakota dianggap sebagai pelopor maskapai penerbangan komersial pertama di Indonesia.

3. Pesawat Avro Anson RI-003, dibeli dengan 14 kilogram emas

GoNews Monumen Replika Pesawat Avro

Tugu peringatan replika pesawat Avro Anson RI-003 di Lanud Sutan Syahrir, Padang. Foto: dok. Angkatan Udara Indonesia (TNI AU)

Fakta sejarah Wakaf selanjutnya adalah pesawat Avro Anson RI-003. Itu diperoleh dengan dana wakaf berupa sumbangan dari masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat.
Penggalangan dana dilakukan oleh sebuah komite yang dibentuk oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu Mohammad Hatta. Dana yang terkumpul mencapai nilai 14 kilogram emas pada tahun 1947 dan dibeli di Thailand.

Saat pesawat Dakota RI-003 buatan Inggris itu tiba dari Lanud Maguwo Yogyakarta dan melewati Lanud Gadut di Agam, disambut gembira oleh warga sekitar. Pesawat tersebut dibeli untuk digunakan di medan perang saat Agresi Militer Belanda II berkecamuk.

Hal ini menjadi salah satu strategi untuk menyelamatkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia agar tidak direbut kembali oleh Belanda. Kini pesawat wakaf tersebut berlabuh dengan replika tugu peringatan pesawat Avro Anson RI-003 yang dipamerkan di Lanud Sutan Syahrir Padang.

4. Bundaran di Stadion Utama Gelora Bung Karno

GoNews Stadion Bung Karno di m

Stadion Gelora Bung Karno di malam hari. Foto: Shutterstock

Stadion Gelora Bung Karno merupakan salah satu stadion termegah di Asia Tenggara. Menurut Wakil Ketua Pelaksana Badan Wakaf Indonesia, Imam T. Saptono, sebagian infrastruktur stadion, yakni lingkaran, dibangun dengan dana wakaf.

Sekalipun Indonesia memiliki banyak aset wakaf di masa lalu, pencatatan dalam keuangan publik masih belum tepat. Padahal, dengan mencatat aset wakaf, lembaga wakaf bisa menjadi penopang masyarakat di saat krisis.

5. Masjid Wakaf Wali Songo dan Kesultanan

GoNews Masjid Demak, wakaf von Raden

Masjid Demak, Wakaf Raden Fatah. foto: kompas

Seperti dilansir Tabung Wakaf Dompet Dhuafa, Wakaf sempat mulai berkembang di Indonesia sejak Islam masuk. Wakaf sebenarnya sudah dikenal dan berkembang sejak zaman Kesultanan juga. Tak heran sejumlah bangunan masjid, madrasah, makam dan tanah dibangun karena wakaf.

Beberapa aset sejarah yang ada saat ini sebagai Wakaf yang paling menonjol didominasi oleh bangunan masjid. Diantaranya, Masjid Al-Falah di Jambi berasal dari tanah Sultan Tah Saifudin; Masjid Demak, Wakaf Raden Fatah, Masjid Kauman Cirebon, Wakaf Sunan Gunung Djati; Menara Kudus, Wakaf dari Sunan Muria; Masjid Agung Semarang yang tidak lain adalah Wakaf Pangeran Pandanaran; lampu lalu lintas Masjid Surabaya yang merupakan Wakaf oleh lampu lalu lintas R. Rochmat Sunan; dan Masjid Agung Kauman Yogya, wakaf Sultan Agung.

Dalam perkembangan wakaf di Indonesia, Dompet Dhuafa menjadi bagian darinya. Tidak hanya sebagai lembaga penyelenggara zakat, Dompet Dhuafa telah resmi menjadi Wakaf Nadzir di Indonesia dan telah diverifikasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai lembaga Nadzir, Dompet Dhuafa selalu menawarkan terobosan dan inovasi terbaru untuk perkembangan Wakaf di Indonesia, seperti pendirian Rumah Sakit Dhuafa, Pusat Studi Al Quran, Pusat Pembelajaran Khadijah dan lain sebagainya.

Dengan mengetahui sejumlah aset sejarah di atas, Dompet Dhuafa berharap semakin banyak orang yang benar-benar memaknai ibadah wakaf dan mulai mengamalkannya meski dengan nominal yang sederhana.

Karena melalui Dompet Dhuafa kini Anda bisa mendonasikan aset mulai dari Rp 10.000 dan memberikan kebaikan yang langgeng kepada para penerima manfaat. Ayo sekarang mulai Wakaf Anda di Dompet Dhuafa dengan klik link ini.***

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button